Kekerasan Fisik KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PADA NOVEL TEA FOR

33 maupun psikis yang dilakukan oleh orang yang mempunyai hubungan yang dekat. Bentuk-bentuk KDRT pada Novel Tea for Two adalah :

4.1.1 Kekerasan Fisik

Pada Novel Tea for Two kekerasan fisik ini adalah Pada mulanya adalah curhat seorang sahabat. “Di suatu sore, teman baik saya mengirim sms ke saya. Katanya, dia ingin menceritakan sesuatu kepada saya,” ujar Clara Ng, penulis novel Tea for Two, yang dibahas dalam acara eve’s Book Club awal Juli lalu di Cheese Cake Factory Cikini, Jakarta. Maka, Clara dan teman baiknya itu pun sepakat untuk bertemu keesokan harinya. “Ketika bertemu, dia bercerita apa yang terjadi pada dirinya dan apa yang akan dia lakukan, keputusan dia selanjutnya. Ternyata dia mengalami kasus, KDRT,” ungkap Clara. Dalam Tea for Two, adegan KDRT langsung disajikan Clara pada bagian- bagian awal. Bahkan, Clara menuliskan kekerasan itu terjadi pada saat bulan madu yang menjadi korbannya adalah Sassy. Pelakunya adalah suami Sassy yakni Alan. Apa jadinya, kalau seorang mak comblang, masih mempertanyakan tentang apakah ada cinta sejati diluar sana buat dia. seseorang yang punya bisnis jodoh menjodohkan orang lain, ternyata belum bertemu dengan jodohnya sendiri dan masih terus mencari sosok yang tepat dalam hidupnya. Itulah yang terjadi pada sosok seorang wanita, tokoh utama dalam cerita ini, yang punya nama Sassy. Seorang wanita yang cukup mapan, dan punya bisnis yang menarik bernama Tea for Two. Perusahaan yang dijalankan Sassy ini adalah sebuah perusahaan mak comblang, yang selalu punya misi untuk mencarikan sosok yang tepat untuk orang lain. Dia dan timnya sering mengadakan sebuah pertemuan-pertemuan, yang pada Universitas Sumatera Utara 34 tujuannya adalah menjodohkan orang-orang yang ikut dalam pertemuan tersebut. Ibarat kata, Tea for Two adalah perusahaan yang punya banyak klien jomblo yang sudah mempunyai keinginan untuk menikah tapi belum bertemu dengan jodohnya. Tea for Two merupakan wedding organizer bagi para kliennya, intinya yang namanya cinta is all around every time every day, tetapi ironisnya bukan buat Sassy. Itu masalahnya. Walaupun menjadi otak dari proses terjadinya perjodohan tapi dia sendiri belum bertemu dengan Mr. Rightnya. Bahkan sahabatnya sendiri Naya bertanya “apakah kamu percaya akan cinta sejati?” Dan sassy pun bingung dengan jawabannya. Adakah cinta sejati untuknya. Sampai suatu hari ketika dia bertemu dengan sosok seorang pria bernama Alan. Tampan, mapan, baik, dan punya banyak sifat lain yang diinginkan oleh seorang wanita pada seorang pria idamannya. Jatuh cinta pada pandangan pertama itulah yang terjadi pada Sassy dan Alan juga. Setelah berkencan keduanya pun menikah. Akhirnya mak comblang yang punya banyak jasa pada banyak kliennya menemukan Mr. Right with his true love. Kita nggak dapat menyalahkan kehidupan pernikahan itu sendiri. Karena nggak ada yang salah dengan pernikahan, Yang mungkin tidak berjalan sesuai rencana adalah orang-orang yang menjalankannya dan bagaimana mereka menjalankan pernikahan itu. Hal ini terlihat di dalam novel Tea for Two karya Clara Ng 2007: 15 Bagi Sassy Alan adalah sosok suami yang begitu sempurna. Tampan, Punya pekerjaan tetap, dan romantis. Tapi kemudian yang terjadi adalah kebalikan dari apa yang dilihat oleh sassy dari penampilan luar seorang Alan. Ternyata Alan adalah sosok yang suka melakukan kekerasan. Sejak pertama kali berbulan madu Alan melakukan pemukulan dan kekerasan lain yang tentu saja bikin Sassy terkejut. Siapa sangka kalo Alan yang Universitas Sumatera Utara 35 begitu terlihat lembut dan romantis dapat ngelakuin sesuatu yang menyakitkan. Adapun kekerasan fisik yang dilakukan Alan pada Sassy dapat kita lihat dibahwah ini. Alan mendorong Sassy menampar tiga kali. Bunyi plak-plak seperti suara gelegar petir di langit yang gelap. Sessy terdorong ke belakang, kehilangan keseimbangan, lalu jatuh. Sinar mata Alan berkelebat kelam, seperti sinar kejaman yang membuat Sassy tidak sanggup memandanya. Alan berdiri di samping Sassy. Tubunhnya tinggi menjulang disamping perempuan itu. “kamu membuatku gila, Sas Aku gak mau dengan orang yang membuatku gila Dasar perempuan nista Alan berjalan begitu saja, meninggalkan Sassy. Meninggalkan Sassy sendirian, tergeletak di lantai. Dan meninggalkanya dengan rasa yang teramat pahit. Berdasarkan kutipan teks novel diatas dapat disimpulkan bahwa kekerasan fisik yang dialami oleh Sassy sangat menyakitkan hatinya dan menerima tamparan sebanyak tiga kali dari Alan. Dan kenyataan-kenyataan seperti inilah yang harus dihadapi oleh Sassy. Ketika dia berusaha buat nemukan orang yang tepat buat orang lain, ternyata dia sendiri bertemu dengan orang yang salah. Apalagi sebagai wanita berpendidikan Sassy nggak nyangka akan menjadi korban dari KDRT. Sassy juga mengalami sebuah kebingungan tentang apakah ia akan bercerita pada orang lain atau tidak, inilah yang menjadi pergulatan batin Sassy karena dia juga percaya bahwa Alan dapat berubah. Gaya bahasanya mungkin dapat dibilang tidak tergolong susah, tidak terlalu banyak gaya bahasa yang sulit, apa adanya dengan kejadian-kejadian yang tidak terlalu luar biasa karena memang sering kita lihat atau kita alami sendiri dalam keseharian kita. Kehidupan Sassy sewaktu lajang dan mencari cinta sampai kemudian menikah dan punya anak dapat kita lihat di sini. Sebuah potret lain tentang bagaimana kehidupan rumah tangga, tidak mudah memang dan tidak selalu jelek tapi juga tidak selalu baik-baik saja. Semua kemungkinan itu ada, dan Universitas Sumatera Utara 36 kebetulan saja Tea for Two mengangkat sisi lain dari manusia yang menjalankan pernikahan dengan bumbu-bumbu yang kurang sedap.

4.1.2 Kekerasan Psikis