14 langsung mampu menunjukkan identitas maupun status sosial dari individu
tertentu. Chaney 2004 melihat bahwa tampilan desain benda, kehidupan
metropolitan yang gemerlapan, petunjuk visual seperti citraan iklan advertising imagery, berdirinya bangunan komersial dan publik, carut marut aksesori jalan,
dan ikonografi publik lainnya merupakan suatu tontonan visual visual spectacle yang menghasilkan suatu citraan visual visual imagery yang menjadi prasyarat
menentukan kehidupan sehari-hari bagi budaya postmodern. Gaya hidup ini juga turut mempengaruhi kebiasaan manusia, termasuk dalam hal berbusana. Industri
fashion yang sudah semakin maju dengan beragam pilihan dan aliran telah menjadi candu bagi beberapa individu dan menjadi identitas individu tertentu
dalam berbusana. Pluralitas ide dalam masyarakat di era postmodern menjadikan beberapa hal yang dianggap tabu dan aneh menjadi hal yang lumrah dalam
masyarakat.
2.4 Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian Risnawaty 2014 dengan judul Busana Mencerminkan Kepribadian oleh menyatakan bahwa kepribadian seseorang dapat dilihat dari tata
cara berbusana dan berdandan, jenis dan warna pakaian yang dikenakan serta tata karma yang sopan mencerminkan kepribadian seseorang. Unsur penampilan
sangat mempengaruhi kepribadian seseorang, busana yang tepat, rapi, memberi keindahahan, keserasian serta keselarasan memberikan citra diri positif seseorang.
Sebaliknya seseorang yang berbusana semrawut dengan asesoris yang berlebihan memberikan kesan citra negatif bagi pemakainya.
Universitas Sumatera Utara
15 Kepribadian seseorang tercermin pada personal image citra pribadi
yang merupakan integrasi intelektualitas, watak, perilaku, karya dan penampilan seseorang di depan umum. Oleh karena itu untuk menimbulkan kesan pertama
yang mempesona dalam pergaulan atau beraktivitas dalam masyarakat, seseorang harus memperhatikan cara berbusananya serta pakaian yang dikenakan.
Penelitian oleh Ifa Handayani 2015 dengan judul Etika Berbusana dalam Pergaulan Mahasiswa menunjukkan bahwa beberapa mahasiswa memiliki
pandangan tersendiri terhadap busana dan kurang setuju dengan peraturan yang mengekang kebebasan berbusana. Banyak mahasiswa yang sangat tidak terbiasa
dengan busana formal dan tidak setuju jika dipaksa mengenakan busana formal ketika mengikuti perkuliahan di kampus. Namun sebagian mahasiswa juga setuju
dengan penggunaan busana formal karena lebih terkesan sopan dan nantinya akan membiasakan mahasiswa berpenampilan sopan di masyarakat. Busana yang cocok
atau pantas dipakai seseorang belum tentu yang harga bahannya mahal, tetapi yang praktis, serasi, memberi rasa tenang, dan nyaman bagi pemakainya.
Penampilan yang baik tidak berarti busana dan asesoris yang dikenakan harus lengkap, mahal atau bermerk, melainkan harus rapi, bersih, juga sesuai dengan
situasi dan kondisi aktivitas yang dilakukan. Oleh karena itu dalam mengekspresikan kepribadian seseorang dapat dilihat dari penampilannya dalam
berbusana, tutur kata, sikap serta perilakunya. Dalam penelitian Diah Andarini 2012 dengan judul Busana Sebagai
Identitas, mahasiswa Pendidikan Sosiologi dan Antropologi FKIP UNS cukup mengikuti tren fashion karena mengikuti perkembangan jaman itu sendiri dan juga
Universitas Sumatera Utara
16 untuk menarik perhatian lawan jenis. Mahasiswa mengikuti perkembangan tren
fashion melalui majalah, televisi, dan keberadaan mall butik. Lingkungan keluarga dan pertemanan sangat mempengaruhi sikap mahasiswa dalam
memandang fashion. Dalam penelitian selanjutnya berjudul Pakaian Sebagai Penanda oleh Herman Jusuf 2001, dikatakan setiap bentuk dan jenis pakaian
apapun yang mereka kenakan baik secara gamblang maupun samar-samar akan menyampaikan penanda sosial social signals tentang si pemakainya. Orang yang
berpakaian asal-asalan karena tidak menyukai perhatian orang lain tertuju pada pakaiannya, sekalipun tanpa mereka sadari telah menunjukkan peran sosial dan
kode-kode sosial yang dianutnya terhadap budaya dimana mereka berada. Dalam penelitian ini juga dikemukakan bahwa kecenderungan cara
berpakaian masa kini seringkali dianggap mengarah kepada ketidakformalan informality tersebut tidaklah tepat, karena pada kenyataannya yang kita hadapi
sekarang ternyata keformalan formality dalam berpakaian tidaklah hilang sama sekali, melainkan mengalami perubahan atau pergeseran dari keformalan lama
menjadi keformalan baru. Hal ini tentu sejalan dengan perubahan budaya masyarakat tersebut. Dalam penelitian ini juga dikatakan bahwa pakaian turut
menentukan status seseorang, umur, profesi, dan juga kelompok dalam masyarakat.
2.5 Definisi Konsep