perhatian tubuhnya. Ibu akan sering mengulang kembali pengalaman persalinan dan melahirkan.
b. Fase Taking-Hold
Fase ini berlangsung 3-10 hari setelah melahirkan, ibu menaruh perhatian pada kemampuannya untuk menjadi orangtua yang berhasil dan menerima
peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya. Ibu berfokus pada pengembalian kontrol terhadap fungsi tubuhnya, fungsi usus, kandung kemih, kekuatan, dan
daya tahan. Ibu juga berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir misalnya, memeluk, menyusui ASI atau dengan botol, memandikan, atau
mengganti popok. c.
Fase Letting-Go Fase ini umumnya terjadi setelah ibu baru kembali ke rumah. Ibu sudah
menerima tanggung jawabnya untuk merawat bayinya dan ibu sudah harus mampu beradaptasi terhadap kebutuhan ketergantungan bayinya dan beradaptasi
terhadap penurunan otonomi, kemandirian dan interaksi sosial.
3. Konsep Air Susu Ibu ASI
3.1 Defenisi
Air Susu Ibu adalah suatu emulsi lemak dalam larutan protein, laktose dan garam organik yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu, sebagai
makanan utama bagi bayi Kristiyanasari, 2009.
Universitas Sumatera Utara
3.2 Fisiologi Laktasi
Laktasi atau menyusui adalah suatu proses produksipembentukan ASI refleks prolaktin dan pengeluaran ASI refleks let down Suradi dan Kristina,
2004. Pembentukan ASI refleks prolaktin dimulai sejak kehamilan. Pada masa kehamilan terjadi perubahan-perubahan payudara terutama besarnya payudara,
yang disebabkan oleh adanya proliferasi sel-sel duktus laktiferus dan sel-sel kelenjar pembentukan ASI serta lancarnya peredaran darah pada payudara. Proses
proliferasi ini dipengaruhi oleh hormon-hormon yang dihasilkan oleh plasenta yaitu laktogen, prolaktin, kariogona dotropin, estrogen dan progesteron Maryuni,
2009. Selama kehamilan, hormon prolaktin dari plasenta meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena dihambat oleh kadar estrogen yang tinggi Suradi
dan Kristina, 2004. Setelah persalinan, kadar estrogen dan progesteron menurun dengan
lepasnya plasenta, sedangkan prolaktin tetap tinggi sehingga tidak ada lagi hambatan terhadap prolaktin oleh estrogen. Hormon prolaktin ini merangsang sel-
sel alveoli yang berfungsi untuk membuat air susu Maryuni, 2009. Produksi prolaktin yang berkesinambungan disebabkan oleh bayi yang
selalu menyusui. Prolaktin akan berada di peredaran darah selama 30 menit setelah dihisap, sehingga prolaktin dapat merangsang payudara menghasilkan ASI
untuk minum berikutnya. Sedangkan untuk minum yang sekarang, bayi mengambil ASI yang sudah ada. Makin banyak ASI yang dikeluarkan dari gudang
ASI sinus laktiferus, makin banyak produksi ASI atau dengan kata lain, makin sering bayi menyusui makin banyak ASI diproduksi IDAI, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang kompleks antara rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormon. Proses pelepasan ASI
atau refleks letdown dikendalikan oleh neuroendokrin, dimana bayi yang menghisap payudara ibu akan merangsang produksi oksitosin yang menyebabkan
kontraksi sel-sel mioepitel. Kontraksi dari sel-sel mioepitel akan memeras air susu yang telah dibuat dan keluar dari alveoli, masuk ke sistem duktulus yang
selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus dan masuk ke mulut bayi sehingga ASI tersedia bagi bayi Maryuni, 2009.
Faktor-faktor yang memicu peningkatan refleks letdown yaitu pada saat ibu melihat bayi, mendengar suara bayi, mencium bayi, dan memikirkan untuk
menyusui bayi. Sementara faktor-faktor yang menghambat refleks letdown adalah kondisi ibu yang stress, keadaan bingung psikis kacau, takut, cemas, lelah, malu
dan merasakan nyeri Maryuni, 2009. Oksitosin juga memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan membantu mengurangi terjadinya perdarahan. Tidak jarang, perut ibu akan terasa sangat mulas pada hari-hari pertama menyusui. Hal ini
merupam mekanisme alamiah yang baik untuk kembalinya uterus ke bentuk semula Maryuni, 2009 ; Suradi dan Krsitina, 2004.
3.3 Manfaat ASI bagi Bayi
Manfaat ASI bagi bayi adalah ASI mengandung protein yang spesifik untuk melindungi bayi dari alergi, secara alamiah ASI memberikan kebutuhan
yang sesuai dengan usia kelahiran bayi seperti untuk bayi prematur, ASI
Universitas Sumatera Utara
memiliki kandungan protein lebih tinggi, bebas kuman karena diberikan secara langsung, suhu ASI sesuai dengan kebutuhan bayi, lebih muda dicerna dan
diserap oleh usus bayi, mengandung banyak kadar selenium yang melindungi gigi dari kerusakan dan menyusui akan melatih daya isap bayi dan membantu
membentuk otot pipi yang baik serta memberikan keuntungan psikologis Maryuni, 2009.
3.4 Manfaat Menyusui Bagi Ibu
Manfaat menyusui bagi ibu antara lain mengurangi perdarahan setelah melahirkan, mengurangi terjadinya anemia karena kekurangan zat besi akibat
perdarahan, menjarangkan kehamilan, mengecilkan rahim, ibu lebih cepat langsing kembali, mengurangi kemungkinan menderita kanker pada ibu yang
memberikan ASI eksklusif dan lebih ekonomis serta mudah karena menghemat pengeluaran untuk susu formula, perlengkapan untuk menyusui dan persiapan
untuk pembuatan susu formula Roesli, 2000.
3.5 Masalah-Masalah yang Dihadapi Ibu Menyusui
Adapun masalah yang sering terjadi pada saat menyusui adalah sebagai berikut :
a. Puting Susu Datar Terbenam Pada awalnya bayi akan mengalami kesulitan, tetapi setelah beberapa
minggu dengan usaha yang ekstra, putting susu yang datar akan menonjol keluar sehingga bayi dapat menyusu dengan mudah. Usaha untuk mengeluarkan puting
Universitas Sumatera Utara
susu yang terbenam ini dapat dilakukan dengan cara menyusui bayi segera setelah lahir. Menyusui bayi sesering mungkin misal 2-2½ jam akan menghindarkan
payudara terisi terlalu penuh dan memudahkan bayi untuk menyusu. Mengeluarkan ASI secara manual sebelum menyusui dapat membantu bila
kandungan payudara dan puting susu tertarik ke dalam. Pompa ASI yang efektif bukan yang berbentuk ‘terompet’ atau bentuk squeeze dan bulb dapat dipakai
untuk mengeluarkan putting susu pada waktu menyusui Depkes RI, 2001. b. Puting Susu Nyeri
Pada umumnya ibu akan mengalami sakit pada waktu awal menyusui. Rasa nyeri ini akan berkurang setelah ASI keluar dan bila posisi mulut bayi pada
saat menyusui benar, perasaan nyeri ini akan menghilang. Cara menanganinya adalah dengan memastikan posisi menyusui sudah benar dan memulai menyusui
pada puting susu yang tidak sakit untuk membantu mengurangi rasa sakit pada puting susu yang sedang sakit. Segera setelah minum, keluarkan sedikit ASI,
oleskan di puting susu dan biarkan payudara terbuka untuk beberapa waktu sampai puting susu kering dan jangan membersihkan puting susu dengan sabun.
Hindarkan puting susu menjadi lembab Depkes RI, 2001. c. Puting Susu Lecet
Puting susu yang nyeri, bila tidak segera ditangani dengan benar akan menjadi lecet, sehingga menyusui akan terasa menyakitkan dan dapat
mengeluarkan darah. Puting susu yang lecet dapat disebabkan oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh thrush candidiasis atau
dermatitis. Hal ini dapat diatasi dengan cara mengobati puting susu yang lecet dan
Universitas Sumatera Utara
memperhatikan posisi menyusui. Apabila sangat menyakitkan, berhenti menyusui pada payudara yang sakit untuk sementara untuk memberi kesempatan lukanya
sembuh dan keluarkan ASI dari payudara yang sakit dengan tangan jangan dengan pompa ASI untuk tetap mempertahankan kelancaran pembentukan ASI
serta berikan ASI perah dengan sendok atau gelas tetapi jangan dengan dot. Setelah terasa membaik, mulai menyusui kembali dan mula-mula dengan waktu
yang lebih singkat. Apabila lecet tidak sembuh dalam 1 minggu, rujuk ke Puskesmas Depkes RI, 2001.
d. Payudara Bengkak Pada hari pertama sekitar 2-4 jam, payudara sering terasa penuh dan
nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke payudara bersamaan dengan ASI yang mulai diproduksi dalam jumlah banyak. Penyebab payudara bengkak adalah
posisi mulut bayi dan puting susu ibu yang salah, poduksi ASI berlebih, terlambat menyusui, pengeluaran ASI yang jarang, dan waktu menyusui yang terbatas. Cara
mengatasinya adalah dengan menyusui bayi sesering mungkin tanpa terjadwal tanpa batas waktu. Bila bayi sukar menghisap, keluarkan ASI dengan bantuan
tangan pompa ASI yang efektif sebelum menyusui. Sebelum menyusui dapat dilakukan dengan kompres hangat untuk mengurangi rasa sakit dan setelah
menyusui dikompres dengan air dingin untuk mengurangi oedema Depkes RI, 2001.
Universitas Sumatera Utara
4. Konsep Motivasi