2.3.5. Dukungan Kader
Fungsi pelayanan kesehatan dan pemeliharaan kesehatan tidak dapat lagi seluruhnya ditangani oleh para dokter saja. Apalagi kegiatan itu mencakup kelompok
masyarakat luas. Para dokter memerlukan bantuan tenaga para medis, sanitasi gizi, ahli ilmu sosial dan juga anggota masyarakat tokoh masyarakat, kader untuk
melaksanakan program kesehatan, tugas tim kesehatan ini dapat dibedakan menurut tahapjenis program kesehatan yang dijalankan, yaitu promosi kesehatan, pencegahan
penyakit, pengobatan dan rehabilitasi Depkes RI, 2005. Peran anggota masyarakat kader adalah sebagai motivator atau penyuluh
kesehatan yang membantu para petugas untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang perlunya hidup sehat dan memotivasi mereka untuk melakukan tindakan
pencegahan penyakit dengan menggunakan sarana kesehatan yang ada. Disamping kader kesehatan, masyrakat memiliki pula kelompok yang berpotensi untuk
membantu menyehatkan penduduk yaitu para pengobatan tradisional Sarwono, 2004.
Pujiyono 2009, dengan hasil penelitiannya menunjukan bahwa mayoritas responden berumur 60-69 tahun, berjenis kelamin perempuan sedangkan pendapatan,
pengetahuan, sikap, praktik, peranan petugas kesehatan dan peranan keluarga termasuk kategori kurang. Variabel yang berhubungan secara signifikan dengan
pemanfaatan posyandu lansia yaitu umur, pendapatan, pengetahuan, sikap, peran petugas kesehatan dan peran keluarga. Sedangkan variabel yang tidak berhubungan
Universitas Sumatera Utara
dengan pemanfaatan posyandu lansia yaitu jenis kelamin. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik pemanfaatan posyandu lansia adalah peranan
petugas kesehatan. 2.3.6. Jarak Posyandu Lansia
Jarak posyandu yang dekat akan membuat lansia mudah menjangkau posyandu tanpa harus mengalami kelelahan atau kecelakaan fisik karena penurunan
daya tahan atau kekuatan fisik tubuh. Kemudahan dalam menjangkau lokasi posyandu ini berhubungan dengan faktor keamanan atau keselamatan bagi lansia. Jika
lansia merasa aman atau merasa mudah untuk menjangkau lokasi posyandu tanpa harus menimbulkan kelelahan atau masalah yang lebih serius, maka hal ini dapat
mendorong minat atau motivasi lansia untuk mengikuti kegiatan posyandu. Dengan demikian, keamanan ini merupakan faktor eksternal dari terbentuknya motivasi untuk
menghadiri posyandu lansia. Menurut Depkes RI., 2005, bahwa kelompok usia lanjut sendiri kurang
dapat memanfaatkan pelayanan kesehatan yang ada, antara lain disebabkan oleh jarak puskesmas atau posyandu yang cukup jauh dari tempat tinggalnya. Sihombing
2000, mengatakan bahwa kondisi geografi dan transportasi yang sulit, perlu kiranya dipertimbangkan tempat fasilitas pelayanan kesehatan yang sesuai atau strategis.
Untari 2007, juga mengatakan bahwa waktu perjalanan merupakan faktor terpenting dari akses geografi sehingga berkaitan dengan jarak tempat tinggal ke pelayanan
Universitas Sumatera Utara
kesehatan. Jarak, alat transportasi dan waktu tempuh memiliki dampak yang signifikan dengan pemanfaatan kesehatan.
2.4. Landasan Teori
Green dalam Notoatmodjo 2007, juga menyatakan bahwa faktor yang mempunyai potensi dalam memengaruhi perilaku kesehatan adalah faktor
predisposisi predisposing factor, faktor pemungkin enabling factors dan faktor penguat reinforcing factor, yang termasuk kedalam faktor predisposisi diantaranya :
pengetahuan, sikap, dan faktor sosio demografis umur, pendidikan, dan jenis pekerjaan. Sementara yang termasuk kedalam faktor penguat adalah faktor sikap dan
dukungan keluarga, tokoh masyarakat serta dukungan para petugas kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
2.5. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang masalah, maka kerangka konsep penelitian ini
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1. Kerangka Konsep Penelitian
Pengetahuan Lansia
Sikap Lansia
Dukungan Keluarga