Perkembangan Teori Gerontologi Lanjut Usia

Demikian juga batasan lanjut usia yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Lanjut Usia dengan tegas dinyatakan bahwa yang disebut sebagai lanjut usia adalah laki-laki ataupun perempuan yang berusia 60 tahun atau lebih. Merujuk pada hal tersebut maka dalam penelitian ini batasan lanjut usia adalah individu berusia 60 tahun ke atas.

2.1.1 Perkembangan Teori Gerontologi Lanjut Usia

Terdapat sejumlah teori yang digunakan dalam menjelaskan fenomena penuaan aging dalam ilmu sosiologi. Penuaan dapat dianalisa menurut ilmu sosiologi sebagai tiga proses yang mempengaruhi orang-orang ketika mereka menjadi tua: biologis, psikologis, dan sosial; Tiga proses tersebut mengusulkan tiga metafor waktu perkembang yang berbeda, walaupun saling terkait satu sama lainnya Hardywinoto dan Setiabudi, 1999. 1. Penuaan biologis secara khas berarti berkurangnya penglihatan, kehilangan pendengaran, kerutan, suatu kemunduran kekuatan otot dan disertai penimbunan lemak, dan penurunan efisiensi kardiovaskuler. 2. Tua menurut psikologis diasumsikan bahwa memori, pelajaran, kecerdasan inteligensi, keterampilan, dan motivasi untuk belajar cenderung untuk merosot karena umur. 3. Penuaan sosial terdiri dari norma-norma, nilai-nilai, dan peran yang secara kultural dihubungkan dengan umur secara kronologis tertentu . Universitas Sumatera Utara Sosial gerontologi adalah bidang studi multidisipliner dan merupakan instrumen teoritis utama kaum ortodoks yang berkenaan dengan lanjut usia terutama di Amerika Serikat, Inggris dan akademisi Australia Phillipson dalam Powell, 2001. Berikut ini penjelasan singkat mengenai teori-teori tersebut yang merupakan ikhtisar dari buku ”Sosiologi Wanita”. Teori- teori tersebut dibagi dalam 3 tiga tipe dasar yakni: a teori-teori fungsionalis yang memfokuskan pada diskontinuitas dalam proses penuaan dan hilangnya status; b teori-teori yang memfokuskan pada penuaan individu dan interaksinya dengan masyarakat serta lingkunganya; dan 3 teori-teori kritis yang memperhatikan faktor-faktor struktural yang mempengaruhi kaum Lansia Ollenburger dan Moore, 1996. Teori Fungsionalis, terdiri dari beberapa teori yang membangun diantaranya Powell, 2001 : 1. Teori peran Komponen utama teori peran adalah hilangnya peran dan penyesuaian diri atau ketidakmampuan menyesuaikan diri dengan peran-peran baru dalam usia tua. Perubahan peran yang terjadi setelah pensiun, ketika peran kerja yang bebas digantikan oleh bentuk-bentuk hubungan sosial yang tergantung. Salah satu premisnya, wanita lebih mudah menyesuaikan diri dengan peran-peran usia tua, karena mereka mengalami transisi yang lebih lancar kedalam peran-peran ketergantungan pada umumnya. Teori ini cenderung melestarikan nilai-nilai Universitas Sumatera Utara kultural yang dominan, dan melukiskan suatu gambaran wanita dalam masyarakat yang strereotipe. 2. Teori aktivitas Teori aktivitas mengemukakan bahwa terdapat suatu hubungan positif antara aktifitas sosial dan kepuasan hidup. Lebih jauh teori aktivitas menjelaskan bahwa orang yang masa mudanya sangat aktif dan terus juga memelihara keaktifannya setelah dia menua. Ahli jiwa mengatakan bahwa “sense of integrity” dibangun semasa muda dan akan tetap terpelihara sampai tua. Ericson, membuat suatu ringkasan tentang fase-fase perkembangan manusia sejak bayi sampai tua, yang mana tiap fase menerangkan tentang adanya krisis-krisis untuk memilih antara ke arah mana seseorang akan berkembang. Fase terakhir disebut bahwa ada pilihan antara: “sense of integrity” dan “sense of despair” karena adanya rasa takut akan kematian. Pada masa tua terjadi krisis antara deferensiasi egonya ego differentitation melawan preokupasi peranannya dalam bekerja work role preoccupation. Hal ini dipengaruhi oleh pikiran-pikiran tentang pensiun. Juga ditambahkan bahwa pada masa ini ada krisis, seseorang itu dapat membangun suatu hubungan-hubungan yang memuaskan dengan orang lain dan mengembangkan aktivitas-aktivitas yang kreatif untuk melawan pikiran-pikiran yang terpusat kepada kemunduran-kemunduran fisiknya. Namun, teori ini menganggap bahwa individu mempunyai suatu elemen kontrol terhadap dunia Universitas Sumatera Utara sosial mereka, dan mengabaikan persoalan kemiskinan, gender, dan diskriminasi ras. 3. Teori keterlepasan Teori keterlepasan mengemukakan bahwa pengurangan interaksi sosial diharapkan oleh individu-individu lansia, terjadi saling menarik diri antara lansia dan non-lansia di dalam sistem sosial. 4. Teori lingkungan sosial Teori lingkungan sosial memfokuskan pada pengaruh lingkungan sosial dan fisik kaum lansia terhadap aktivitas-aktivitas sosial, pola-pola interaksi lansia dengan tetangga dan keluarga, dan kepuasan hidup mereka yang terlihat dari persepsi dan makna yang diterapkan dalam kehidupan sehari- hari lansia. Hal ini dikembangkan dalam suatu tipologi dengan memperhatikan lingkungan berusia sama dan lingkungan beragam usia. 5. Teori pertukaran Teori pertukaran fokusnya adalah pada individu-individu, karena mereka berinteraksi dan berupaya mempertahankan suatu keseimbangan ketika mereka mempertukarkan imbalan-imbalan, hukuman dan persahabatan. Norma pertukaran ini merujuk pada bagaimana orang di sekitar Lansia membantu mereka, dan mereka juga memberikan dukungan kepada orang lain. Bagi wanita Lansia, pertukaran ini seringkali dinegosiasikan dalam arti kesukarelawanan atau bentuk-bentuk pekerjaan yang tidak dibayar. Universitas Sumatera Utara Teori-teori kritis dibangun dengan mempertimbangkan faktor-faktor struktural dalam menjelaskan fenomena penuaan populasi ini: 1. Stratifikasi umur Teori stratifikasi umur menganalisis lapisan- lapisan sosial berdasarkan kelas, yang membagi individu-individu dan kelompok-kelompok dalam beberapa golongan sosial, yang memiliki akses yang berbeda pada imbalan, sumbersumber dan kekuasaan. 2. Ekonomi politik penuaan Ekonomi politik penuaan bahwa perbedaan ancaman dan diskriminasi terhadap kaum Lansia, mencerminkan distribusi kekuasaan, pendapat, dan pemilikan dalam keseluruhan struktur sosial. Kebutuhan kaum Lansia menjadi prioritas yang rendah dalam suatu sistem berdasarkan kapitalisme dan pencarian keuntungan. Kemiskinan kaum tua sekarang, merupakan fungsi dari ketidakmampuan sistem kapitalis untuk mengontrol institusi- institusi politik, ekonomi, dan sosial.

2.1.2. Konsep Successful Aging

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Terhadap Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

11 64 127

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

0 0 16

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

0 0 2

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

0 0 8

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

0 0 28

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

0 1 3

Pengaruh Pengetahuan, Sikap, Dukungan Keluarga Dan Kader Terhadap Pemanfaatan Posyandu Lanjut Usia Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Dolok Kecamatan Pagar Merbau Kabupaten Deli Serdang

0 0 15

Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Terhadap Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 16

Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Terhadap Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 2

Pengaruh Motivasi dan Pengetahuan Terhadap Keaktifan Kader Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Bandar Khalipah Kabupaten Deli Serdang Tahun 2016

0 0 9