Teori-teori kritis dibangun dengan mempertimbangkan faktor-faktor struktural dalam menjelaskan fenomena penuaan populasi ini:
1. Stratifikasi umur Teori stratifikasi umur menganalisis lapisan- lapisan sosial berdasarkan kelas,
yang membagi individu-individu dan kelompok-kelompok dalam beberapa golongan sosial, yang memiliki akses yang berbeda pada imbalan, sumbersumber
dan kekuasaan. 2. Ekonomi politik penuaan
Ekonomi politik penuaan bahwa perbedaan ancaman dan diskriminasi terhadap kaum Lansia, mencerminkan distribusi kekuasaan, pendapat, dan pemilikan dalam
keseluruhan struktur sosial. Kebutuhan kaum Lansia menjadi prioritas yang rendah dalam suatu sistem berdasarkan kapitalisme dan pencarian keuntungan.
Kemiskinan kaum tua sekarang, merupakan fungsi dari ketidakmampuan sistem kapitalis untuk mengontrol institusi- institusi politik, ekonomi, dan sosial.
2.1.2. Konsep Successful Aging
Perkembangan teori-teori tersebut kemudian melahirkan bagan atau kerangka konseptual untuk menguraikan hasilakibat yang ideal dari proses penuaan. Salah satu
dari terminologi yang paling umum digunakan untuk menguraikan suatu masa tua yang sukses adalah succesful aging, yang pertama kali dikemukakan oleh R. J.
Havighurst pada tahun 1961 dalam Bearon 1996. Konsep dari sukses di usia lanjut
Universitas Sumatera Utara
merupakan pusat dari ilmu usia lanjut gerontologi, dan artikel oleh Havighurst muncul sebagai konsep dalam isu pertama tentang publikasi Gerontologis.
Definisi konsep sukses ini sendiri menimbulkan kerancuan tidak ada definisi yang dengan baik diterima atau model tentang successful aging yang telah teruji
selama ini. Havighurst dalam Bearon 1996, mendefinisikannya sebagai adding life to the years dan memperoleh kepuasan hidup. Palmore 1995 dalam ensiklopedi
tentang proses penuaan, mengemukakan bahwa suatu definisi yang komprehensif tentang successful aging yang berkombinasi dengan survival umur panjang,
kesehatan ketiadaan cacat, dan kepuasan hidup kebahagiaan. Terdapat tiga teori gerontologi sosial yang dijadikan dasar dari munculnya
konsep successful aging ini, diantaranya: 1.
Teori keterlepasan Teori keterlepasan mengemukakan pada prosesrangkaian penuaan yang normal,
seseorang secara berangsur-angsur menarik atau melepaskan dari peranan sosial sebagai tanggapan alami untuk mengurangi kemampuan dan mengurangi minat,
dan untuk kurangnya dorongan untuk partisipasi bermasyarakat. Di dalam model ini, orang yang sukses di masa tuanya dengan sepenuh hati mengundurkan diri
dari pekerjaan atau kehidupan berkeluarga dan dengan puas berada di kursi goyang, atau mengucilkan diri, aktivitas pasif yang bersiap-siap menghadapi
kematian Bearon, 1996.
Universitas Sumatera Utara
2. Teori aktivitas Teori aktivitas mengemukakan bahwa orang berumur lebih sukses ketika mereka
mengambil bagian dalam suatu aktivitas satu harian penuh, artinya, tetap sibuk Lemon, dkk., dalam Bearon, 1996. Kini, teori-teori tersebut tidak lagi digunakan
oleh gerontologis yang memandang hal ini sebagai sesuatu yang terlalu membatasi dalam anjuran dari suatu gaya hidup tertentu. Riset empiris
menunjukkan heterogenitas para Lansia, mencakup orang-orang yang memilih kehidupan sedikit terstruktur tersusun atau tidak memperhatikan kesehatan atau
berarti untuk mengejar suatu jadwal aktivitas penuh. Meskipun demikian, aktivitas secara luas diakui oleh para Lansia sendiri sebagai kunci mereka menuju
sukses diusia tuanya, sehingga gerontologis sudah menggelari filosofi ini etnis yang sibuk Powell, 2001.
3. Teori kesinambungan Teori kesinambungan mengusulkan bahwa orang berumur paling sukses sukses
adalah mereka yang memindahkan kebiasaan, pilihan, gaya hidup dan hubungan dari paruh baya hingga akhir hidup Bearon, 1996. Kriteria sukses dalam
pembinaan kelompok usia lanjut, cukup kompleks seperti indikator subyektif dan obyektif. Indikator subyektif di antaranya meliputi kepuasan batin makna hidup.
Sedang indikator obyektif berupa usia yang panjang, kesehatan mental dan produktif sosial. Itu akan bisa tercapai jika seseorang bisa melakukan kontrol
personal.
Universitas Sumatera Utara
Konsep succesful aging sebagai perspektif yang berorientasi pada proses merupakan mekanisme dengan modal selektif, optimalisasi dan kompensasi. Hal ini,
yang dimaksud selektif adalah membatasi aktivitas sehari- hari secara proaktif sesuai dengan motivasi dan kemampuan yang dimiliki. Model kedua adalah kompensasi,
model ini tidak hanya mengandung adaptasi terhadap aktivitas yang selama ini dilakukan tetapi juga menciptakan aktivitas baru sesuai dengan kondisi Lansia. Agar
hasilnya bisa maksimal di samping dua hal tersebut, perlu diimbangi dengan optimalisasi. Sebab dengan adanya optimalisasi secara tidak langsung memberikan
kesempatan pada Lansia untuk melakukan praktek dan latihan dengan menciptakan kondisi lingkungan yang kondusif.
Di Indonesia umumnya memasuki usia lanjut tidak perlu dirisaukan. Mereka cukup aman karena anak atau saudara-saudara yang lainnya masih merupakan
jaminan yang baik bagi orang tuanya. Anak berkewajiban menyantuni orang tua yang sudah tidak dapat mengurus dirinya sendiri. Nilai ini masih berlaku, memang anak
wajib memberikan kasih sayangnya kepada orang tua sebagaimana mereka dapatkan ketika mereka masih kecil. Para usia lanjut mempunyai peranan yang menonjol
sebagai seorang yang “dituakan”, bijak dan berpengalaman, pembuat keputusan, dan kaya pengetahuan. Mereka sering berperan sebagai model bagi generasi muda,
walaupun pada kenyataannya banyak diantara mereka tidak mempunyai pendidikan formal. Pengalaman hidup lanjut usia merupakan pewaris nilai-nilai sosal budaya
sehingga dapat menjadi panutan bagi kesinambungan kehidupan bermasyarakat dan
Universitas Sumatera Utara
berbudaya. Walaupun sangat sulit untuk mengukur berapa besar produktivitas budaya yang dimiliki orang lanjut usia, tetapi produktivitas tersebut dapat dirasakan
manfaatnya oleh para generasi penerus mereka Yasa, 1999 dalam Suhartini, 2004.
2.1.3. Masalah Kesehatan pada Lanjut Usia