Karena kemiripan sindroma ini dengan tetani, harus dilakukan pengukuran kadar kalsium dan magnesium serum—dan tentu saja, hipokalsemia
dan hipomagnesemia dapat terjadi pada uremia. Sindroma uremic twitch- convulsive juga dapat dijumpai pada berbagai penyakit lainnya seperti neoplasia,
delirium tremens, diabetes dengan necrotizing pyelonephritis,dan lupus erythematosus,dimana kadar ureum hanya sedikit meningkat; namun juga
dijumpai tanda-tanda gagal ginjal.
1,2
Seiring dengan memburuknya uremia, pasien dapat jatuh ke keadaan koma. Jika asidosis metabolik yang menyertainya tidak dikoreksi, pernafasan
kussmaul muncul dan berganti dengan cheyne-stokes dan berakhir dengan kematian.
1
Penting juga diingat bahwa ensefalopati dan koma pada pasien dengan gagal ginjal dapat juga diakibatkan oleh gangguan selain uremia itu
sendiri. Perubahan ekskresi obat menyebabkan akumulasi, kadang-kadang menyebabkan sedasi berlebihan walapun konsentrasi serum normal. Perdarahan
intraserebral dan subdural dapat mengkomplikasi uremia dan dialisis akibat defek pembekuan danhipertensi dan pasien azotemia kronis juga rentan terhadap
infeksi, termasuk meningitis.
1,2,3
II.1.3. Patologi dan Patogenesis
Terdapat berbagai pendapat tentang basis biokimia dari ensefalopati uremik dan sindroma twitch-convulsive. Kembalinya fungsi ginjal secara utuh
akan memperbaiki sindroma neurologis.
1
Belumcukup bukti untuk menyatakan bahwa penyebabnya adalah retensi asam organik, peningkatan fosfat di CSF atau
aksi urea atau toksin lainnya. Data yang mendukung peran ureum sebagai faktor penyebab masih ambigu, begitu pula agen endogen lainnya. Walaupun begitu,
dapat dinyatakan bahwa ureum itu sendiri bukan merupakan agen pemicu tunggal, karena pemberiannyatidak dapat menginduksi sindroma ini pada manusia maupun
hewan. Tampaknya tiap tingkatan SSP dapat terkena, dari medula spinalishingga serebrum. Gambaran CT Scan dan MRI menunjukkan elemen pengecilan serebral,
mungkin akibat hiperosmolalitas.
1,3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 1. Patogenesis Ensefalopati Uremik
Dikutip dari : Bucurescu G. Uremic Encephalopathy. 2008. Available from : http:emedicine.com
Gambar 1 menunjukkan model hipotesis tentang kerja eksitasi dan neurotoksik retensi ureum pada susunan saraf pusat. Model ini menekankan pada
efek terhadaP preseptor GABAA GABAA-R, NMDA-type glutamate NMDA- R dan voltage-gated Ca
2+
channel VGCC, namun dapat mencakup efek neuroeksitatorik lainnya. Neurotransmitter eksitatorik L-glutamate dilepaskan dari
ujung presinatik dan berikatan dengan reseptor AMPA dan NMDA. Interneuron GABAergik menyediakan inhibisi sinaptikmelalui aktivasi GABAA-R dan influks
klorida menyebabkan hiperpolarisasi membran. Dengan adanya GSA atau solut retensi ureum lainnya, GABAA-R akan dihambat dan reseptor NMDA diaktivasi.
Influks Ca
2+
melalui ionofor NMDA-R dan VGCC mengaktivasi kejadian postsinaptik yang dipicu Ca
2+
.Ini mencakup aktivasi nitric oxide synthase NOS dan protein density-95 PSD-95 postsinaotik, menyebabkan sintesis nitric oxide
NO difusi NO anterograde. Efek presinaptik NO dan aktivasi VGCC presinaptik menyebabkan peningkatan pelepasan glutamat eksitatorik.
II.1.4. Patofisiologi