selama sehari atau dua hari setelah dialisis, Konvulsi, yang biasanya dijumpai pada sepertiga kasus,biasanya menunjukkan respon terhadap antikonvulsan
dengan konsentrasi yang relatif rendah, dengan alasan bahwa albumin serum menurun pada uremia, meningkatkan bagian obatyang aktif yang tidak terikat oleh
protein. Jika terdapat gangguan metabolik lainnya, seperti hiponatremia, kejang menjadisulit dikendalikan.Pemberian obat pada gagal ginjal juga harus berhati-
hati karena dapat teradi kadar obat yang sangat tinggi dan tidak terkendali, contohnya antibiotik aminoglikosida kerusakan vestibular; furosemide
kerusakan koklear; dan nitrofurantoin, isoniazid dan hidralazine kerusakan saraf perifer.
Terapi medis ensefalopati meliputi koreksi gangguan yang berkenaan dengan metabolisme, yang pada umumnya memerlukan dialisis hemodialysis
atau peritoneal dialisis atau transplantasi ginjal. Gejala membaik seiring dengan perbaikan fungsi ginjal..Bangkitan seizure dapat diterapi dengan
anticonvulsants. Obat ini harus diberikan dengan dosis yang lebih rendah untuk menyesuaikan dengan kadar albumin yang rendah pada gagal ginjal kronis. Kadar
albumin yang rendah ini dapat menyebabkan kadar antikonvulsan bebas yang lebih tinggi.
1
2,3
II.2. Dialysis Disequilibrium Syndrome. DDS
II.2.1. Definisi
Dialysis Disequilibrium Syndrome adalah sekelompok gejala yang dapat terjadi sewaktu atau setelah hemodialisis atau dialisis peritoneal dengan berbagai
derajat edema serebri.
1
II.2.2. Gambaran Klinis
Pertama kali dideskripsikan pada tahun 1962, DDS adalah suatu gangguan sistem saraf pusat yang menjadi suatu masalah klinis yang penting pada
pasien dialisis. Gangguan ini ditandai dengan gejala neurologi dengan keparahan yang bervariasi yang dianggap disebabkan oleh edema serebri. Pasien baru yang
mulai menjalani hemodialysis berada pada resiko terbesar, terutama jika kadar ureum meningkat secara nyata di atas 175 mgdL atau 60 mmolL. Faktor
Universitas Sumatera Utara
predisposisi lain meliputi asidosis metabolik berat, usia tua, pasien anak, dan adanya penyakit susunan saraf pusat lainnya seperti bangkitan yang telah ada
sebelumnya. Gejala-gejala mencakup nyeri kepala, mual, kram otot, iritabilitas saraf,
agitasi, mengantuk dan konvulsi. Nyeri kepala, yang dapat bersifat bilateral dan berdenyut, dapat menyerupai migrain, terjadi pada sekitar 70 pasien, sementara
gejala lainnya dijumpai pada 5-10pasien, biasanya pada pasien yang menjalani dialisis cepat atau pada tahap awal program dialisis. Gejala-gejala cenderung
berlangsung pada jam ketiga atau keempat saat dialisis dan berlangsung selama beberapahari. Kadang-kadang muncul 8 hingga 48 jam setelah dialisis. Gejala-
gejala ini disebabkan oleh penurunan yang cepat dari ureum, menyebabkan kadar ureum di otak yang lebih tinggi daripada diserum dan menyebabkan pergeseran
cairan ke dalam otak untuk menyeimbangkan gradien osmotik reverse urea syndrome. Sekarang juga diduga bahwa pergeseran air ke dalam otak mirip
dengan intoksikasi air dan disebabkan oleh sekresi hormon antidiuretik yang tidak sesuai. Gejala hematoma subdural, yang dijumpai pada 3-4 pasien yang
menjalani dialisisdapat disalahartikan sebagai disequilibrium syndrome.
5
Gambaran klasik DDS mengacu pada gejala akut yang terjadi selama atau seketika setelah hemodialysis. Gejala awal meliputi sakit kepala, mual,
disorientation, kegelisahan, pandangan kabur, dan asterixis. Pasien yang lebih berat akan berkembang ke confusion, bangkitan, pingsan, dan bahkan kematian.
Sekarang telah dikenali, bahwa banyak gejala dan tanda lebih ringan berhubungan dengan dialisis seperti kram otot, anorexia, dan hoyong yang terjadi pada akhir
dari dialisis adalah juga bagian dari sindrom ini. Insiden DDS bervariasi menurut populasi pasien. DDS yang berat kini jarang dijumpai pada orang dewasa oleh
karena penggunaan standar rekomendasi berikut ini. Bagaimanapun, anak-anak tetap berada pada risiko yang besar. Suatu analisa retrospektif 180 anak remaja
dan dewasa muda pada dialisis menemukan bahwa 13 7 persen mempunyai dialysis-associated seizures. Hampir semua pasien ini menjalani hemodialysis.
Perkembangan dari gejala diatas selama dialisis menunjukkan DDS. Meskipun demikian, ada sejumlah gangguan lain yang harus dieksklusi mencakup uremia itu
sendiri, subdural hematoma, gangguan metabolisme hiponatremia, hipoglikemia,
1
Universitas Sumatera Utara
dan drug-induced encephalopathy. Akumulasi obat adalah masalah tertentu pada gagal ginjal dengan obat yang secara normal dikeluarkan oleh ginjal.
II.2.3. Patogenesis