4
Adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah : a. Sifat dari pembelajaran agama islam yang dogmatik dan hampir tidak
memberikan ruang kepada anak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal
b. Mengambalikan identitas pembelajaran ke arah sebenamya yaitu reinvensi kebermaknaan dalam pembelajaran.
c. Mencari altematif pada model pembelajaran yang lebih dinamis
B. Masalah 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain
a Apakah pembelajaran konstruktivisme telah dilaksanakan secara optimal pada Pendidikan Agama Islam
b Bagaimanakah tahapan pengembangan pembelajaran konstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam
c Apakah faktor-faktor penghambat pada pelaksanaan pengembangan kontstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam.
2. Pembatasan Masalah Mengingat luasnya pembahasan masalah yang telah diungkapkan maka
perlu dibatasi, diantaranya adalah : a Konstruktifisme yang diteliti adalah konstruktifisme sosiologis, karena
melihat pembelajaran agama islam ini adalah termasuk ke dalam bidang sosial.
b Tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi faktor-faktor pendukung dan penghambat
c Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran Agama Islam
5
d Selain konstruktifisme yang dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran, konstruktifisme ini juga ditinjau dari sikap dan tingkah laku langsung
siswa
3. Perumusan Masalah Dari permasalahan yang telah dibatasi, maka dapat dirumuskan
permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut : a.
Bagaimana langkah-langkah
pengembangan pembelajaran
konstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam? b. Apa sajakah faktor-faktor penunjang pengembangan konstruktivisme
pada Pendidikan Agama Islam? C. Tujuan Penelitian
Dari perumusan masalah terlahirlah tujuan dari penelitian. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai barometer keberhasilan yang telah dirumuskan
yaitu: a. Penelitian ini berupaya melihat gambaran mengenai langkah-langkah
pengembangan pembelajaran yang telah digunakan oleh Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah jakarta pada Pendidikan
Agama Islam b. Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari faktor-faktor penunjang
pengembangan konstruktifisme pada agama islam begitu pula faktor penghambatnya.
D. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
a Menambah pengetahuan lebih dalam lagi tentang pembelajaran konstruktivisme khususnya bagi para pendidik atau guru.
b Sebagai bahan rujukan untuk para guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembalikan hakikat pembelajaran yang lebih bermakna
6 c Memotivasi para peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang
pengembangan pembelajaran konstruktivisme dalam Pendidikan Agama Islam.
7
BAB II KAJIAN TEORI
A. Pengembangan Pembelajaran konstruktivisme
1. Pengertian Pengembangan dan Pembelajaran Pengembangan berasal dan kata dasar kembang yang berarti tumbuh.
Sedangkan imbuhan pe-akhiran an diartikan sebagai prefiks nominal atau bertalian dengan prefiks verbal juga dapat diartikan sebagai sebuah proses.
5
Pengembangan juga diartikan dalam kamus B.lndonesia karangan W.J.S Purwadarminto sebagai 1. Mekar dan terbuka, 2. Menjadi besar luas dan
banyak, 3. Menjadi bertambah-tambah sempuma.
6
jika diartikan secara istilah, pengembangan adalah suatu proses yang terus menerus tumbuh dan berkembang.
Pengembangan senantiasa diikuti oleh pengalaman-pengalaman, prinsip- prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang
terkendali.
7
Sedangkan untuk mengetahui makna pembelajaran memang tidak bisa dipisahkan dengan kata dasamya yaitu belajar. Banyak para ahli yang
mendefinisikan perilaku belajar salah satunya yaitu Gagne. Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara
terus menerus dan bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja.
8
Definisi yang agak sistematik dikemukakan oleh Lindgren dalam bukunya Psyhcology of personal and social adjusment adalah: Learning is the process of
5
DepDikbud, Kamus Besar B.ldonesia Ba1ai Pustaka: Jakarta,1988 h.
6
W.J.S. Purwadarminto Balai Pustaka: Jakarta, 1986 h. 473
7
A.Tresna Sastra Wijaya. M.sc. pe:ngembangan program pengajaran. Surabaya:Rineka Cipta 1991, cet. 1 h. 14
8
Ngalim purwanto, psikologi pendidikan ,Bandunng :remaja Rosda karya,2002, Cet..17, hal 78
8
becoming nature emotionally, intellectually add socially.
9
menurut Lindgren, orang yang belajar akan terbebas dari ilusi dan delusi angan-angan, khayalan dan
kecerobohan. Secara psikologis belajar itu adalah suatu usaha sadar yang terjadi dalam
diri manusia. Melalui input dan alat indera yang dapat mengetahui serta merasakan yang kemudian diinternalisasikan melalui proses kejiwaan yaitu
diolah, diasosiasikan dan disimpulkan. Kemudian proses itu menjadi bagian dari diri orang yang belajar dan dikenal sebagai output. Dengan input yang beraneka
ragam dan diproses, maka individu yang belajar tersebut akan mengalami perubahan atau modification.
Pengertian pengembangan dan pembelajaran diawali dengan kata dasar masing-masing kata. Kata dasar dan masing-masing kata yang telah diketahui,
kemudian ditambahkan imbuhan yang menjadi prefiks nominalnya. Sedangkan Pembelajaran berasal dari kata dasar Belajar yang memiliki
arti sebuah perubahan yang terjadi. dalam diri seseorang setelah berakhimya melakukan aklivitas belajar.
10
Pembelajaran atau instruction berpusat kepada tujuan yang hendak dicapai didasarkan pada perencanaan. Pembelajaran adalah
proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik untuk melakukan proses belajar sesuai dengan rencana belajar yang telah
diprograrnkan. Upaya pembelajaran yang berporos pada pihak guru, direncanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah yang teratur dan terarah
dengan memperhatikan berbagai aspek. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar adalah merupakan dua kegiatan yang berproses dalam
satu sistem.
11
Menurut konsep komunikasi. pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka
9
Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. jakarta: kencana, 2006, h. 258
10
Saiful Bahri Djamarah.dkk. Strategi Belajar mengajarRineka Cipta: Jakarta.2002h.44
11
Ria Octavianita, pengaruh pendekatan contextual teaching and learning terhadap hasil belajar matematika siswa studi experiment di SMP negeri 2Ciputat,
9
perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi suatu kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan.
12
Pengembangan pembelajaran yang telah diketahui dari makna masing- masing kata dan induk kata dasarnya dapat disimpulkan bahwa pengembangan
pembelajaran adalah, suatu proses yang secara terus menerus mengembangkan pola interaksi antara siswa, guru dan lingkungan belajar dalam rangka perubahan
sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan untuk siswa yang bersangkutan. Karena guru dan siswa, keduanya adalah subjek dari pembelajaran yang akan
mengalami pcngembangan tersebut. Guru dan siswa dituntut melakukan inovasi baru dalam dunia pendidikan.
2. Pembelajaran konstruktivisme Pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajsran yang berawal dari teori
filsafat konstruktif yang dikemukakan oleh Giambatista Vico seorang epistemology dari Itali. Dialah cikal bakal teori ini dalam ranah filsafat yang
mengemukakan “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan
dari ciptaan.
13
Sedangkan dalam ranah pendidikan teori filsafat ini banyak dikembangakan oleh Jean Piagel seorang psikolog pertama yang menggunakan
konstruktivisme dalam belajar.
14
Sedangkan pembelajaran konstruktivisme sendiri adalah pembelajaran yang menekankan pada kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri
melalui interaksi mereka dengan objek renomena dan lingkungan sekitar.
15
Teori konstruktivisme Piagel ini juga mengemukakan beberapa istilah yang baku untuk seseorang mencapai pengertian.
a. Skema Skema adalah suatu struktur mental alau kognitir yang dengannya
seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitamya. Contoh: seorang siswa yang baru melihat
12
Erman suherman dkk.,strategi pembelajaran... ,h.30
13
Paul Supamo, Filsafar Knstruktivisme Dalam Pendidikan Kanisius:Yogyakarta,I997 h. 24
14
Paul Supamo, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan.h. 30
15
Rhanizan Pembelajaran konstruktivisme diakses pada tanggal 5 maret 2008 dari http:www.geocities.comrhanizankeb2000ilmiah2.htm
10
belut mengatakan bahwa itu ular. Dalam hal ini, anak tersebut telah memiliki skema atau konsep tentang ular yang menurutnya saran
dengan belut. Kedua binatang yang berbeda itu dianggap saran karena memiliki beberapa persamaan yaitu berbadan panjang tidak berkaki
dan memiliki dua mata. Anak tersebut belum dapat membedakan antara ular dan belut yang jelas berbeda. Bila ia telah mampu melihat
perbedaan-perbedaanya, ia akan memperkembangkan skemanya tentang belut, tidak sebagai ular lagi.
b. Asimilasi Proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contoh seorang siswa yang baru pertama
kali mengenal konsep pluralisme. Dalam pikirannya ia memiliki konsep pluralism, jika ia menambahkan unsur lain dalam konsep
pluralisme ini, hingga banyak spekulasi yang memposisikan konsep pluralisme hampir bersentuhan dengan liberalisme. ia akan tetap
memiliki skema yang sama tentang pluralisme. Bedanya adalah skemanya tentang pluralisme semakin berkembang diperluas dan
diperinci lebih lengkap, bukan hanya sebagai pluralisme yang sempit, melainkan pluralisme dengan bermacam-macam bentuknya dan
sifatnya.
c. Akomodasi Akomodasi adalah memhentuk skema baru yang dapat cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Contoh: seorang siswa mempunyai
skema bahwa semua agama islam itu fiqih. Hal ini diperoleh dari abstraksinya terhadap permasalahan-permasalahan agama islam yang
pernah ditemuinya selalu bersentuhan dengan masalah hukum halal dan haram. Pada suatu hari siswa tersebut mendapati permasalahan