KAJIAN TEORI Pengembangan pembelajaran konstrutifisme pada pendidikan agama Islam Di Madrasah Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
10
belut mengatakan bahwa itu ular. Dalam hal ini, anak tersebut telah memiliki skema atau konsep tentang ular yang menurutnya saran
dengan belut. Kedua binatang yang berbeda itu dianggap saran karena memiliki beberapa persamaan yaitu berbadan panjang tidak berkaki
dan memiliki dua mata. Anak tersebut belum dapat membedakan antara ular dan belut yang jelas berbeda. Bila ia telah mampu melihat
perbedaan-perbedaanya, ia akan memperkembangkan skemanya tentang belut, tidak sebagai ular lagi.
b. Asimilasi Proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi,
konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contoh seorang siswa yang baru pertama
kali mengenal konsep pluralisme. Dalam pikirannya ia memiliki konsep pluralism, jika ia menambahkan unsur lain dalam konsep
pluralisme ini, hingga banyak spekulasi yang memposisikan konsep pluralisme hampir bersentuhan dengan liberalisme. ia akan tetap
memiliki skema yang sama tentang pluralisme. Bedanya adalah skemanya tentang pluralisme semakin berkembang diperluas dan
diperinci lebih lengkap, bukan hanya sebagai pluralisme yang sempit, melainkan pluralisme dengan bermacam-macam bentuknya dan
sifatnya.
c. Akomodasi Akomodasi adalah memhentuk skema baru yang dapat cocok dengan
rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Contoh: seorang siswa mempunyai
skema bahwa semua agama islam itu fiqih. Hal ini diperoleh dari abstraksinya terhadap permasalahan-permasalahan agama islam yang
pernah ditemuinya selalu bersentuhan dengan masalah hukum halal dan haram. Pada suatu hari siswa tersebut mendapati permasalahan
11
agama islam tidak hanya pada masalah hukum halal haram, tetapi permasalahan akhlak, kenegaraan, pendidikan dll. Siswa tersebut
mengalami bahwa skema lamanya tidak cocok lagi, terjadi konflik dalam pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan terhadap skema
lamanya. Ia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema baru bahwa permasalahan agama islam bukan hanya berputar pada hukum
halal dan haram tetapi juga akhlak, ketatanegaraan, pendidikan dll.
d. Equilibration Equalibration adalah pengaturan diri seeara mekanis untuk mengatur
keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga sebaliknya disequilibrition, adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan
akomodasi. Equalibrition adalah proses dari disequalibrium ke equalibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri orang melalui
asimilasi dan akomodasi. Equalibriton membuat orang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya skemata.
Bila terjadi ketidak seimbangan dengan jalan asimilasi atau akomodasi.
e. Teori adaptasi Intelek Bagi Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual yang
dengannya pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui seseorang yang sedang belajar
dengan membentuk struktur pengertian yang baru.
16
. Contoh: seorang siswa yang memiliki gambaran bahwa shalat Jumat hanya dilakukan
oleh kaum pria saja pada hari Jumat. Namun kenyataan baru yang ia peroleh bahwa shalat Jumat tidak hanya dilakukan oleh kaum pria
bahkan wanita pun diperbolehkan untuk melakukan shalat Jumat tetapi takaran hukumnya saja yang berbeda. Siswa tersebut
`
16
Paul Suparno, Filsafah Konstruktivisme Dalam Pendidikan...h. 33
12
pada akhirnya mengubah gambaran awalnya dengan mengatakan bahwa shalat Jumat tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga
perempuan. Orang ini sekarang membentuk pengetahuan yang baru. Ia telah merubah skema lama dan membentuk skema baru yang lebih
cocok dengan pengalamannya yang baru. Pembelajaran konstruktivisme juga merupakan tujuh element penting dalam
pembelajaran kontekstual
17
Pembelajaran konstruktivisme
juga lebih
dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar akan
menghasilkan kualitas yang efektif dan efisien.
18
Dalam pembelajaran konstruktivisme, posisi siswa adalah sebagai subjek, siswa aktif, kreatif, dan juga kritis. Sedangkan guru adalah sebagai mediator.
Teori pembelajaran ini juga memandang sarana pembelajaran baik soft ware maupun hard ware harus didesign oleh guru guna memperlancar proses
pembelajaran.
19
Pengembangan pembelajaran konstruktivisme dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan pembelajaran yang lebih dinamis dan bermakna dengan
langkah-Iangkah yang
diambil sesuai
dengan ciri-ciri
pernbelajaran konstuktivisme . ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme sendiri antara lain adalah:
a Memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan b Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa
c Memperhatikan ide dan problem yang di munculkan oleh siswa d Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa
c Menciptakan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen f Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog
g Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil belajar
17
Tujuh Komponen
pembelajaran kontekstual
article ini
diakses dari
http:pakguruonline.pendidikan.netpend konteks bab2a.html pada tanggal 8-12-2008
18
M. Saechan Muchith. M.Pd. Pembelajaran Kontekstual RaSAiL: Semarang ,2008 h. 2
19
Karnadi dan Prof. Dr. Ansyar. KTSP Membuat Guru Kreatif artikel ini di akses pada tanggal 4 Desember 2008 dad http:www.erlangga.co.idindex.php
13
h Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa i Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif
20
B. Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah sebuah aktivitas yang memiliki maksud tertentu, yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Konsep pendidikan dalam
islam tidak dapat sepenuhnya difahami tanpa lebih dahulu memahami penafsiran islam tentang pengembangan individu sepenuhnya.
21
Pendidikan Agama Islam biasanya sering dikaitkan dengan menejemen sikap pada diri seseorang. Pendidikan Agama Islam yang bersifat kognitif tidak
dapat dipisahkan dengan ruh didalamnya yang lebih bersifat afektif yang mengacu pada kemantapan sikap bagi peserta didik. Secara garis besar Pendidikan Agama
diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah dan keimanan, amaliyah, dan budi pekerti
luhur atau dengan kata lain akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt.
22
dalam buku yang sama Metodologi Pembelajaran Agama Islam diterangkan bahwa metode Pendidikan Agama Islam yang sering
digunakan dalam pembelajaranya lebih banyak menggunakan kata seruan atau ajakan, namun tidak menutup kemungkinan seorang pendidik menggunakan
pendekatan yang berbeda dengan pendekatan biasa yang digunakan.
1.Ruang Lingkup Dalam buku ilmu pendidikan Islam, Prof. Dr.M.Arifin mengatakan bahwa
ruang lingkup Pendidikan Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di
20
Zurinal. Z, Ilmu Pendidikan:Pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan.UIN Jakarta Press:Jakarta,2006h.117
21
Ali Ashraf, Horison baru pendidikan islam, pustaka firdaus, 1996 h.1
22
M. Basyiruddin Usman, Metodologi pembelajaran Agama Islam, Ciputat : Ciputat Pers, 2002h. 4
14
dunia. Oleh karenanya pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah islamiyah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses
kependidikan yang
berjalan diatas
kaidah-kaidah ilmu
pengetahuan kependidikan.
23
Selain itu, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga melipuli aspek aspek sebagai berikut. 1. AI Quran dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5.
Tarikh dan Kebudayaan islam.
24
Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan
Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya
Dari penjelasan di atas, jelas sudah bahwa Pendidikan Agama Islam bersifat menyeluruh, Pendidikan Agama Islam tidak hanya berbicara mengenai
kognitif saja ataupun afektif namun Pendidikan Agama Islam melingkupi semua bidang kehidupan manusia.
Bila kita jabarkan Pendidikan Agama Islam yang ada dalam kurikulum- kurikulum sekolah, seperti aqidah akhlak, fiqih, tarsir hadits dan juga sejarah
kebudayaan islam, memiliki karakteristik-karakteristik yang membidani semua aspek pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keempat kategori
dalam agama islam di sekolah, masing-masing memiliki implementasi sendiri dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.
2.Karakteristik Pendidikan Agama Islam Islam sebagai sebuah ajaran agama juga merupakan jalan hidup manusia
sangatlah apresiatif terhadap perkemhangan diri dan fikiran manusia. Bahkan islam sendiri mengakui akal manusia sebagai salah satu sumber untuk
mendapatkan pengetahuan. Namun, pada realitanya. akal tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan indera yang berperan sebagai navigator. Kemudian diantara
23
M Arifin. IImu Pendididkan Islam; tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy,
……….h. 9
24
Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam article ini diakses dari situs http:www.docstoc.comdocs292155901-PENDIDIKAN-AGAMA-ISLAM-
pada tanggal
612009
15
keduanya terdapat wahyu yang menjadi penengah yang menetralisir keduanya saat beroprasi karena kondisi keduanyalah yang amat terbata. Akhirnya ilmu dirancang
dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan spiritual yang bersumber dari wahyu Allah S.W.T. berupa wahyu.
25
Dengan demikian kurikulurn Pendidikan Agama Islam di sekolah memuat materi dari ketiga hal tersebut, yakni akal, indera, dan wahyu. Dalam konteks
konstruktivisme, materi Pendidikan Agama Islam yang memiliki karakteristik akliyah dan inderawi secara penuh dapat digunakan, sedangkan yang bersifat
transenden wahyu secara penuh tidak dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivisme.
Begitu pula materi Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki ciri dan karakteristik tertentu. Akidah keimanan memiliki karakteristik sebagai dogmatic
doktriner, kemudian, fiqih berkarakteristik legal-formal, akhlak yang memiliki karakteristik normatif, sejarah yang informatif-faktual, dan AI-Quran Hadits yang
memiliki karakteristik teknis-kontekstual.
26
Pembelajaran Konstruktivisme Pada Pendidikan Agama Islam 1. Implikasi konstruktivisme pada teori-teori belajar
Membedah suatu teori yang mendasari suatu pembelajaran dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan teori-teori belajar yang menjadi
landasan dalam pelaksanaan pendidikan. Ada beberapa teori dalam belajar yaitu: Teori perubahan konsep, teori Bermakna Ausebel, teori Conectionisme,
Behaviourisme dan maturasionisme. Teori perubahan membedakan perubaban menjadi dua macam perubahan
konsep yaitu : perubahan yang kuat dan yang lemah. Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengakomodasi terhadap konsep yang telah ia punyai
ketika berhadapan dengan fenomena yang baru.
25
Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik Jakarta : Penerbit Erlangga,2005.h. 125
26
Ahmad Syarif. Skripsi: Persepsi Guru Agama Pada Pembelajaran Konstruktivisme:
16
Sedangkan teori asimilasi Ausebel bagaimana belajar terjadi. yaitu bila siswa mengasimilasi apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang telah ia
punyai sebelumnya. Dalam hal ini pengetahuan seseorang harus selalu diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena dan pengalaman-pengalaman
yang baru. Selanjutnya teori conectionisme yang lebih dikenal dengan teori stimulus
dan respen ini mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dengan adanya stimulus dan respon.
27
dengan kata lain belajar adalah suatu yang mengintegrasikan, mengakomodasi serta mengkoordinasi keadaan lingkungan
sekitar. Keadaan lingkungan sekitar adalah stimulus yang akan merangsang kembali pengetahuan yang kemudian dilanjutkan oleh respon dari fenomena yang
telah diakomodasi menjadi sebuah pengetahuan. 2. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran
Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukan sekedar memindahkan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan dari siswa membangun
sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu
bentuk belajar sendiri. Menurut teori ini seorang guru berperan sebagai mediator dan bukan
seseorang yang serba mengerti. Guru sebagai fasilitator yang membantu agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Tekanan ada pada siswa yang belajar
bukan pada guru dan disiplin. Fungsi-fungsi mediator pun salah satunya adalah: 1 menyediakan pengalaman belajar, 2 menyediakan atau memberikan
kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid, 3 Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pengetahuan murid berjalan atau tidak.
Agar pembelajaran berjalan secara optimal langkah-Iangkah guru dalam hal ini adalah 1 Penguasaan bahan dan materi. 2 Strategi mengajar. 3. Trik
mengevaluasi proses belajar siswa. Dalam strategi pembelajaran. guru harus dapat berinteraksi dengan siswa
untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui, guru harus terlebih dahulu
27
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Logos Wacana Ilmu: Ciputat 1999h. 84
17
membicarakan tujuan materi yang dipelajari dikelas, mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan melibatkan siswa dalam
setiap belajar dengan memberikan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka mampu belajar. Selain itu guru sebagai seorang seniman ulung juga harus dapat
memiliki pemikiran yang fleksible untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran dan hasil kajian siswa.
Dalam Pendidikan Agama Islam, konstruktivisme sendiri memiliki pengaruh penting dalam mengantarkan Siswa lebih bersikap kritis dan mandiri.
Konstruktivisme mengharapkan siswa menjadi seorang pembelajar dengan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi, akomodasi, hingga
adaptasi intelek. Problematika yang harus dientaskan dewasa ini, menjadikan pembelajaran
konstruktivisme sebuah solusi dalam melakukan pemikiran mendalam terhadap semua problematika yang berkaitan dengan masalah akhlak, aqidah, hukum
hingga ketatanegaraan. Pendidikan Agama Islam yang disebut-sebut sebagai bengkel akhlak
dalam institusi-institusi pendidikan di Indonesia memiliki peranan penting dalam mengentaskan permasalahan yang terjadi dewasa ini pada masyarakat Indonesia.
Karena Pendidikan Agama Islam memiliki tiga unsur yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu
Pendidikan Agama Islam juga memiliki kekuatan motivasi dalam mendorong siswanya untuk mengintegrasikan kecerdasan intektual, emosi dan spiritual.
Hanya saja masih terdapat banyak guru agama islam yang masih terkungkung pada satu kecerdasan saja dengan menggunakan pembelajaran yang masih bersifat
konvensional dan monoton. Metodologi Pendidikan Agama Islam juga dinyatakan didalam AI-Quran
bersifat multi approach yang meliputi antara lain: a. Pendekatan religius yang menitik beratkan kepada pandangan bahwa manusia
adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaan b. Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk.
rasional atau homo rationale, sehingga segala sesuatu yang menyangkut
18
pengembanganya didasari pada sejauh mana kemampuan berpikimya dapat dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.
c. Pendekatan sosiokultural yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berrnasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang
sebagai homo sosius dan homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat. d. Pendekatan scientific yang menitik beratkan pada pandangan bahwa manusia
memiliki kemampuan menciptakan kognitif, berkemampuan konatif, dan merasa emosional atau afektif.
28
Beberapa metodologi bagi Pendidikan Agama Islam yang telah disebutkan diatas, terdapat implikasi dari pembelajaran konstruktifisme. Pembelajaran
konstruktifisme seperti yang dimaksudkan pada uraian diatas. Memiliki karakteristik yang berkaitan dengan beberapa metodologi Pendidikan Agama
Islam di atas. Pembelajaran konstruktifisme yang menitik beratkan pada daya kritis
siswa dan kemampuan siswa dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang mereka miliki baik secara kognitif, afektif. maupun psikomotorik sesungguhnya telah
sesuai dengan metodologi Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam, yang memiliki Multi Approach seharusnya
dapat difungsikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran konstruktifisme pada Pendidikan Agama Islam. Pendekatan-pendekatan filosofi. sosiocultural
hingga scientific sangat dapat digunakan guru untuk membangun pengetahuan siswa secara mandiri dengan bantuan pengalaman belajar yang telah siswa dapati
pada kehidupannya. Sedangkan pendekatan religius dapat difungsikan sebagai dasar materi Pendidikan Agama Islam yang trasendem dan ltiqodi
D. Kedudukan CBSA dalam Konstruktifisme CBSA atau caa belajar siswa aktif pertama kali dipopulerkan oleh mantan
rektor IKIP Prof. Dr Connie Semiawan. Beliau juga sempat disebut-sebut sebagai
28
H.M Arifln. llmu Pendididkan Islam: tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy Bumi Aksara: Jakarta, 2006 cet.2.
19
pendekar CBSA karena hingga kini masih lincah dalam menjawab pertanyaan mengenai CBSA Cara Belajar Siswa Aktif.
CBSA adalah sebuah pendekatan atau dalam bahasa Inggris disebut juga Approuch. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikis seperti halnya yang ada
pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar, ia pun dituntut memiliki
pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajaran
akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Pendekatan CBSA Cara Belajar Siswa Aktit menuntut keterlibatan
mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang
berhubungan dengan aspek-aspek kognitif. afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
1. Dasar-Dasar Pemikiran GBSA Secara rasional dasar-dasar CBSA adalah sebagai berikut:
a. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu
sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap
yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga
pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini
mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur,
mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak
bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belajar. Dalam bubungannya dengan CBSA salah satu
20
kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional. mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
b. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai
yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah
seperti halnya pada teori pusara atau kumparan elektronik menantang pembelajar berkomunikasi searah
yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu
curionsity
pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi
kesempatan untuk melakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai deengan isi materi pelajaran.
c. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara
seperti itu juga akan memberi Peluang memperoleh umpan balik untuk menilai efektivitas pembelajar itu.
d. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik maka strategi dengan
pendekatan CBSA layak mcndapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggaris
bawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar.
Dalam pembelajaran konstruktifisme CBSA berperan sebagai pendekatan pembelajaran yang turut mensukseskan tujuan pembelajaran. Karena dalam
CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik
Pembelajaran konstruktifisme yang mengembangkan skemata pemahaman psikomotorik dan sikap adalah sebagai perkembangan dari pembelajaran
konstruktifisme piaget dalam aspek cipta kognisi, karya psikomotorik, karsa afektif dan rasa emosi.
21