KAJIAN TEORI Pengembangan pembelajaran konstrutifisme pada pendidikan agama Islam Di Madrasah Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

10 belut mengatakan bahwa itu ular. Dalam hal ini, anak tersebut telah memiliki skema atau konsep tentang ular yang menurutnya saran dengan belut. Kedua binatang yang berbeda itu dianggap saran karena memiliki beberapa persamaan yaitu berbadan panjang tidak berkaki dan memiliki dua mata. Anak tersebut belum dapat membedakan antara ular dan belut yang jelas berbeda. Bila ia telah mampu melihat perbedaan-perbedaanya, ia akan memperkembangkan skemanya tentang belut, tidak sebagai ular lagi. b. Asimilasi Proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contoh seorang siswa yang baru pertama kali mengenal konsep pluralisme. Dalam pikirannya ia memiliki konsep pluralism, jika ia menambahkan unsur lain dalam konsep pluralisme ini, hingga banyak spekulasi yang memposisikan konsep pluralisme hampir bersentuhan dengan liberalisme. ia akan tetap memiliki skema yang sama tentang pluralisme. Bedanya adalah skemanya tentang pluralisme semakin berkembang diperluas dan diperinci lebih lengkap, bukan hanya sebagai pluralisme yang sempit, melainkan pluralisme dengan bermacam-macam bentuknya dan sifatnya. c. Akomodasi Akomodasi adalah memhentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Contoh: seorang siswa mempunyai skema bahwa semua agama islam itu fiqih. Hal ini diperoleh dari abstraksinya terhadap permasalahan-permasalahan agama islam yang pernah ditemuinya selalu bersentuhan dengan masalah hukum halal dan haram. Pada suatu hari siswa tersebut mendapati permasalahan 11 agama islam tidak hanya pada masalah hukum halal haram, tetapi permasalahan akhlak, kenegaraan, pendidikan dll. Siswa tersebut mengalami bahwa skema lamanya tidak cocok lagi, terjadi konflik dalam pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan terhadap skema lamanya. Ia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema baru bahwa permasalahan agama islam bukan hanya berputar pada hukum halal dan haram tetapi juga akhlak, ketatanegaraan, pendidikan dll. d. Equilibration Equalibration adalah pengaturan diri seeara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga sebaliknya disequilibrition, adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Equalibrition adalah proses dari disequalibrium ke equalibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri orang melalui asimilasi dan akomodasi. Equalibriton membuat orang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya skemata. Bila terjadi ketidak seimbangan dengan jalan asimilasi atau akomodasi. e. Teori adaptasi Intelek Bagi Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual yang dengannya pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui seseorang yang sedang belajar dengan membentuk struktur pengertian yang baru. 16 . Contoh: seorang siswa yang memiliki gambaran bahwa shalat Jumat hanya dilakukan oleh kaum pria saja pada hari Jumat. Namun kenyataan baru yang ia peroleh bahwa shalat Jumat tidak hanya dilakukan oleh kaum pria bahkan wanita pun diperbolehkan untuk melakukan shalat Jumat tetapi takaran hukumnya saja yang berbeda. Siswa tersebut ` 16 Paul Suparno, Filsafah Konstruktivisme Dalam Pendidikan...h. 33 12 pada akhirnya mengubah gambaran awalnya dengan mengatakan bahwa shalat Jumat tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan. Orang ini sekarang membentuk pengetahuan yang baru. Ia telah merubah skema lama dan membentuk skema baru yang lebih cocok dengan pengalamannya yang baru. Pembelajaran konstruktivisme juga merupakan tujuh element penting dalam pembelajaran kontekstual 17 Pembelajaran konstruktivisme juga lebih dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar akan menghasilkan kualitas yang efektif dan efisien. 18 Dalam pembelajaran konstruktivisme, posisi siswa adalah sebagai subjek, siswa aktif, kreatif, dan juga kritis. Sedangkan guru adalah sebagai mediator. Teori pembelajaran ini juga memandang sarana pembelajaran baik soft ware maupun hard ware harus didesign oleh guru guna memperlancar proses pembelajaran. 19 Pengembangan pembelajaran konstruktivisme dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan pembelajaran yang lebih dinamis dan bermakna dengan langkah-Iangkah yang diambil sesuai dengan ciri-ciri pernbelajaran konstuktivisme . ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme sendiri antara lain adalah: a Memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan b Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa c Memperhatikan ide dan problem yang di munculkan oleh siswa d Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa c Menciptakan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen f Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog g Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil belajar 17 Tujuh Komponen pembelajaran kontekstual article ini diakses dari http:pakguruonline.pendidikan.netpend konteks bab2a.html pada tanggal 8-12-2008 18 M. Saechan Muchith. M.Pd. Pembelajaran Kontekstual RaSAiL: Semarang ,2008 h. 2 19 Karnadi dan Prof. Dr. Ansyar. KTSP Membuat Guru Kreatif artikel ini di akses pada tanggal 4 Desember 2008 dad http:www.erlangga.co.idindex.php 13 h Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa i Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif 20 B. Pendidikan Agama Islam Pendidikan adalah sebuah aktivitas yang memiliki maksud tertentu, yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Konsep pendidikan dalam islam tidak dapat sepenuhnya difahami tanpa lebih dahulu memahami penafsiran islam tentang pengembangan individu sepenuhnya. 21 Pendidikan Agama Islam biasanya sering dikaitkan dengan menejemen sikap pada diri seseorang. Pendidikan Agama Islam yang bersifat kognitif tidak dapat dipisahkan dengan ruh didalamnya yang lebih bersifat afektif yang mengacu pada kemantapan sikap bagi peserta didik. Secara garis besar Pendidikan Agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah dan keimanan, amaliyah, dan budi pekerti luhur atau dengan kata lain akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt. 22 dalam buku yang sama Metodologi Pembelajaran Agama Islam diterangkan bahwa metode Pendidikan Agama Islam yang sering digunakan dalam pembelajaranya lebih banyak menggunakan kata seruan atau ajakan, namun tidak menutup kemungkinan seorang pendidik menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan biasa yang digunakan. 1.Ruang Lingkup Dalam buku ilmu pendidikan Islam, Prof. Dr.M.Arifin mengatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di 20 Zurinal. Z, Ilmu Pendidikan:Pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan.UIN Jakarta Press:Jakarta,2006h.117 21 Ali Ashraf, Horison baru pendidikan islam, pustaka firdaus, 1996 h.1 22 M. Basyiruddin Usman, Metodologi pembelajaran Agama Islam, Ciputat : Ciputat Pers, 2002h. 4 14 dunia. Oleh karenanya pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah islamiyah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan. 23 Selain itu, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga melipuli aspek aspek sebagai berikut. 1. AI Quran dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5. Tarikh dan Kebudayaan islam. 24 Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya Dari penjelasan di atas, jelas sudah bahwa Pendidikan Agama Islam bersifat menyeluruh, Pendidikan Agama Islam tidak hanya berbicara mengenai kognitif saja ataupun afektif namun Pendidikan Agama Islam melingkupi semua bidang kehidupan manusia. Bila kita jabarkan Pendidikan Agama Islam yang ada dalam kurikulum- kurikulum sekolah, seperti aqidah akhlak, fiqih, tarsir hadits dan juga sejarah kebudayaan islam, memiliki karakteristik-karakteristik yang membidani semua aspek pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keempat kategori dalam agama islam di sekolah, masing-masing memiliki implementasi sendiri dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik. 2.Karakteristik Pendidikan Agama Islam Islam sebagai sebuah ajaran agama juga merupakan jalan hidup manusia sangatlah apresiatif terhadap perkemhangan diri dan fikiran manusia. Bahkan islam sendiri mengakui akal manusia sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, pada realitanya. akal tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan indera yang berperan sebagai navigator. Kemudian diantara 23 M Arifin. IImu Pendididkan Islam; tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy, ……….h. 9 24 Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam article ini diakses dari situs http:www.docstoc.comdocs292155901-PENDIDIKAN-AGAMA-ISLAM- pada tanggal 612009 15 keduanya terdapat wahyu yang menjadi penengah yang menetralisir keduanya saat beroprasi karena kondisi keduanyalah yang amat terbata. Akhirnya ilmu dirancang dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan spiritual yang bersumber dari wahyu Allah S.W.T. berupa wahyu. 25 Dengan demikian kurikulurn Pendidikan Agama Islam di sekolah memuat materi dari ketiga hal tersebut, yakni akal, indera, dan wahyu. Dalam konteks konstruktivisme, materi Pendidikan Agama Islam yang memiliki karakteristik akliyah dan inderawi secara penuh dapat digunakan, sedangkan yang bersifat transenden wahyu secara penuh tidak dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivisme. Begitu pula materi Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki ciri dan karakteristik tertentu. Akidah keimanan memiliki karakteristik sebagai dogmatic doktriner, kemudian, fiqih berkarakteristik legal-formal, akhlak yang memiliki karakteristik normatif, sejarah yang informatif-faktual, dan AI-Quran Hadits yang memiliki karakteristik teknis-kontekstual. 26 Pembelajaran Konstruktivisme Pada Pendidikan Agama Islam 1. Implikasi konstruktivisme pada teori-teori belajar Membedah suatu teori yang mendasari suatu pembelajaran dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan teori-teori belajar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pendidikan. Ada beberapa teori dalam belajar yaitu: Teori perubahan konsep, teori Bermakna Ausebel, teori Conectionisme, Behaviourisme dan maturasionisme. Teori perubahan membedakan perubaban menjadi dua macam perubahan konsep yaitu : perubahan yang kuat dan yang lemah. Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengakomodasi terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan fenomena yang baru. 25 Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik Jakarta : Penerbit Erlangga,2005.h. 125 26 Ahmad Syarif. Skripsi: Persepsi Guru Agama Pada Pembelajaran Konstruktivisme: 16 Sedangkan teori asimilasi Ausebel bagaimana belajar terjadi. yaitu bila siswa mengasimilasi apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang telah ia punyai sebelumnya. Dalam hal ini pengetahuan seseorang harus selalu diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena dan pengalaman-pengalaman yang baru. Selanjutnya teori conectionisme yang lebih dikenal dengan teori stimulus dan respen ini mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dengan adanya stimulus dan respon. 27 dengan kata lain belajar adalah suatu yang mengintegrasikan, mengakomodasi serta mengkoordinasi keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan sekitar adalah stimulus yang akan merangsang kembali pengetahuan yang kemudian dilanjutkan oleh respon dari fenomena yang telah diakomodasi menjadi sebuah pengetahuan. 2. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukan sekedar memindahkan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan dari siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri. Menurut teori ini seorang guru berperan sebagai mediator dan bukan seseorang yang serba mengerti. Guru sebagai fasilitator yang membantu agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Tekanan ada pada siswa yang belajar bukan pada guru dan disiplin. Fungsi-fungsi mediator pun salah satunya adalah: 1 menyediakan pengalaman belajar, 2 menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid, 3 Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pengetahuan murid berjalan atau tidak. Agar pembelajaran berjalan secara optimal langkah-Iangkah guru dalam hal ini adalah 1 Penguasaan bahan dan materi. 2 Strategi mengajar. 3. Trik mengevaluasi proses belajar siswa. Dalam strategi pembelajaran. guru harus dapat berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui, guru harus terlebih dahulu 27 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar Logos Wacana Ilmu: Ciputat 1999h. 84 17 membicarakan tujuan materi yang dipelajari dikelas, mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan melibatkan siswa dalam setiap belajar dengan memberikan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka mampu belajar. Selain itu guru sebagai seorang seniman ulung juga harus dapat memiliki pemikiran yang fleksible untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran dan hasil kajian siswa. Dalam Pendidikan Agama Islam, konstruktivisme sendiri memiliki pengaruh penting dalam mengantarkan Siswa lebih bersikap kritis dan mandiri. Konstruktivisme mengharapkan siswa menjadi seorang pembelajar dengan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi, akomodasi, hingga adaptasi intelek. Problematika yang harus dientaskan dewasa ini, menjadikan pembelajaran konstruktivisme sebuah solusi dalam melakukan pemikiran mendalam terhadap semua problematika yang berkaitan dengan masalah akhlak, aqidah, hukum hingga ketatanegaraan. Pendidikan Agama Islam yang disebut-sebut sebagai bengkel akhlak dalam institusi-institusi pendidikan di Indonesia memiliki peranan penting dalam mengentaskan permasalahan yang terjadi dewasa ini pada masyarakat Indonesia. Karena Pendidikan Agama Islam memiliki tiga unsur yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu Pendidikan Agama Islam juga memiliki kekuatan motivasi dalam mendorong siswanya untuk mengintegrasikan kecerdasan intektual, emosi dan spiritual. Hanya saja masih terdapat banyak guru agama islam yang masih terkungkung pada satu kecerdasan saja dengan menggunakan pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan monoton. Metodologi Pendidikan Agama Islam juga dinyatakan didalam AI-Quran bersifat multi approach yang meliputi antara lain: a. Pendekatan religius yang menitik beratkan kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaan b. Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk. rasional atau homo rationale, sehingga segala sesuatu yang menyangkut 18 pengembanganya didasari pada sejauh mana kemampuan berpikimya dapat dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya. c. Pendekatan sosiokultural yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berrnasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosius dan homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat. d. Pendekatan scientific yang menitik beratkan pada pandangan bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan kognitif, berkemampuan konatif, dan merasa emosional atau afektif. 28 Beberapa metodologi bagi Pendidikan Agama Islam yang telah disebutkan diatas, terdapat implikasi dari pembelajaran konstruktifisme. Pembelajaran konstruktifisme seperti yang dimaksudkan pada uraian diatas. Memiliki karakteristik yang berkaitan dengan beberapa metodologi Pendidikan Agama Islam di atas. Pembelajaran konstruktifisme yang menitik beratkan pada daya kritis siswa dan kemampuan siswa dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang mereka miliki baik secara kognitif, afektif. maupun psikomotorik sesungguhnya telah sesuai dengan metodologi Pendidikan Agama Islam. Pendidikan Agama Islam, yang memiliki Multi Approach seharusnya dapat difungsikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran konstruktifisme pada Pendidikan Agama Islam. Pendekatan-pendekatan filosofi. sosiocultural hingga scientific sangat dapat digunakan guru untuk membangun pengetahuan siswa secara mandiri dengan bantuan pengalaman belajar yang telah siswa dapati pada kehidupannya. Sedangkan pendekatan religius dapat difungsikan sebagai dasar materi Pendidikan Agama Islam yang trasendem dan ltiqodi D. Kedudukan CBSA dalam Konstruktifisme CBSA atau caa belajar siswa aktif pertama kali dipopulerkan oleh mantan rektor IKIP Prof. Dr Connie Semiawan. Beliau juga sempat disebut-sebut sebagai 28 H.M Arifln. llmu Pendididkan Islam: tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy Bumi Aksara: Jakarta, 2006 cet.2. 19 pendekar CBSA karena hingga kini masih lincah dalam menjawab pertanyaan mengenai CBSA Cara Belajar Siswa Aktif. CBSA adalah sebuah pendekatan atau dalam bahasa Inggris disebut juga Approuch. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar, ia pun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajaran akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Pendekatan CBSA Cara Belajar Siswa Aktit menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif. afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. 1. Dasar-Dasar Pemikiran GBSA Secara rasional dasar-dasar CBSA adalah sebagai berikut: a. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belajar. Dalam bubungannya dengan CBSA salah satu 20 kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional. mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat. b. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah seperti halnya pada teori pusara atau kumparan elektronik menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu curionsity pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk melakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai deengan isi materi pelajaran. c. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi Peluang memperoleh umpan balik untuk menilai efektivitas pembelajar itu. d. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mcndapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggaris bawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam pembelajaran konstruktifisme CBSA berperan sebagai pendekatan pembelajaran yang turut mensukseskan tujuan pembelajaran. Karena dalam CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik Pembelajaran konstruktifisme yang mengembangkan skemata pemahaman psikomotorik dan sikap adalah sebagai perkembangan dari pembelajaran konstruktifisme piaget dalam aspek cipta kognisi, karya psikomotorik, karsa afektif dan rasa emosi. 21

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Unit analisis Unit analisis ini difokuskan pada sasaran kegiatan penelilian.Kegiatan penelitian ini dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam dengan melakukanwawancara kemudian melakukan tindakan pengamatan yang dilengkapi dengandaftar checklist hingga studi analisis dokumentasi silabus dan rancanganpembelajaran dan pengajaran yang telah guru susun untuk pembelajaranPendidikan Agarna Islam dalam mengembangkan pembelajaran konstruktivisme. 1. Key Informent Untuk mencari informasi dari keseluruhan yang akan dite1iti maka penelitimengambil sumber untuk dapat membantu dan menunjang analisis data yang telahdikumpulkan. Key informant yang dijadikan sebagai penunjang data adalah GuruPendidikan Agarna Islam di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta. Madrasah Aliyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif HidayatullahJakarta memiliki siswa dan guru yang tidak sebanyak sekolah lain. Data pertama yang berhasil dikumpulkan peneliti mengenai jumlah keseluruhan siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah sebagai berikut Tabel 1 Kelastingkatan Jumlah siswa Jumlah Rombel I 50 2 kelas II 50 2 kelas III 50 2 kelas 2. Tempat dan waktu Penelitian ini juga terdapat pertimbangan lokasi. Lokasi yang dituju bertempat di Madrasah Pembangunan Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang 22 berlokasi di Jl. Ibnu Sina II Komplek Dosen UIN Ciputat. Alasan mengambiltempat dilokasi ini adalah karena letaknya yang strategis dengan kampus UIN dimana peneliti dapat dengan mudah mengakses buku-buku penunjang penelitian.Selain itu, madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayalullah adalah salah satu madrasah favorite yang menjadi sumber penelitian pembelajaran setiap tahunnya.Kemudian rnengingat bahwa madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini adalah sebagai dasar tempat penelitian pendidikan yang sengaja diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan untuk mengembangkan riset dalam bidang pendidikan. Waktu yang dipilih peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah berkisar dua hingga tiga minggu pada bulan februari alasan rnengarnbil waktu ini karena mengingat awal masuk siswa sehabis liburan yang terkadang belum mengalami pembelajaran yang normal, melihat penelitian ini tidak memakan waktu yang lama dan mengingat persiapan-persiapan yang harus dilakukan sekolah karena mempersiapkan siswa kelas XII yang akan segera menghadapi ujian akhir. Maka penelitian ini sengaja diminimalisir waktunya agar tidak mengganggu pekerjaan guru yang menjadi key informent dalam penelitian ini untuk berkonsentrasi pada tugas lainnnya. B. Disain Penelitian Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain diskriptif analisis. Disain penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai fenomena-fenomena yang akan dijadikan bahan studi selanjutnya. 1. Metode Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuanmenggambarkan fenomena-fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan 23 29 . Selain itu metode yang digunakan adalah metode diskriptif yang bertujuanuntuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki. 30 Metode deskriptif yang akan digunakan juga memiliki berbagai jenis seperti studi kasus, survey, studi perkembangan, studi tindak lanjut, analisis kecenderungan, studi korelasi, dan analisis dokumenter. 31 Dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini peneliti menggunakan jenis survey dengan teknik pengumpulan data melalui angket, observasi, wawancara dan juga analisis dokumen silabus dan RPP. Penelitian kualitatif ini menghasilkan data diskriptif yang di kombinasikan dengan data kuantitatif. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dapat dilaksanakan seeara bersamaan dengan kuantitatif, namun dengan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama C. Aspek Penelitian Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan hasil akhir berupa data deskriptif maka penelitian ini menggunakan aspek penelitian yaitu : 1. Pengembangan pembelajaran Kontruktiivisme pada PendidikanAgama Islam 2. Penerapan pembelajaran konstruktifisme dalam Pendidikan Agarna Islam yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. D. Teknik Pengumpulan Data Penelitian ini menggunakan beberapa pengambilan dan pengumpulan data yaitu: 1. Observasi Observasi yaitu kegiatan mengamati keadaan, kejadian sertaperubahan yang terjadi di lapangan penelitian. Observasi yang dilakukan 29 Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan PT.Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007 h. 94 30 Moh.Nadzir Ph.D, Metode Penelitian Ghalia lndonesia:Bogor 2005 h. 54 31 Donald Ary,dkk., Pengantar Penelitian dolam Pendidikan. Penerjemah Dr.Arief Furchan Usaha Nasional:Surabaya,t.t, h. 415 24 adalah observasi terbuka yaitu observasi atau pengamatan dengan langsung mencatat segala yang terjadi dan sedang diamati dalam proses pembelajaran. 32 Observasi ini tertuju kepada kegiatan pembelajaran antara guru dan murid pada Pendidikan Agama Islam, kelengkapan sarana dan fasilitas dalam memperlancar proses pembelajaran serta kondisi lingkungan sekolah yang dapat menstimulus siswa dalam pengembangan karakter dan potensinya. 2. Wawancara Wawancara adalah teknik pengambiJan data dengan caramemberikan pertanyaan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasana hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti dalam melaksanakan tugas wawancara. Wawancara ini diperuntukkan kepada dewan guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam, dan murid dalam partisipasinya sebagai subjek pembelajaran. 3. Analisis Dokumen Dokument juga dapat menjadi sumber informasi dalam melengkapipenelitian ini. Dokument-dokument yang dapat membantu penelitian antara lain adalah : silabus dan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam. 4. Angket 32 Prof.Dr.Rochiyati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.2006 h. 110