Pengembangan pembelajaran konstrutifisme pada pendidikan agama Islam Di Madrasah Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

(1)

PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN KONSTRUKTIVISME

PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

DI MADRASAH ALIYAH UIN SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

Skripsi

Oleh:

NOVI GIYANTI

104011000108

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2009


(2)

(3)

(4)

(5)

i DAFTAR ISI

1. DAFTAR ISI ... i

2. Ucapan Terima kasih ... iii

3. Abstraksi ... iv

4. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Masalah ... 4

1. Identifikasi Masalah ... 4

2. Pembatasan masalah . ... 4

3. Perumusan Masalah . ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 5

5. BAB II KAJIAN TEORI A. Pengembangan dan Pembelajaran 1. Pengertian Pengembangan dan Pembelajaran ... 7

2. Pembelajaran Konstruktivisme ... 9

B. Pendidikan Agama Islam 1. Ruang Lingkup ... 13

2. Karakteristik Pendidikan Agama Islam ... 14

C. Pembelajaran Konstruktivisme Dalam Pendidikan Agama Islam 1. Implikasi Konstruktivisme Pada Teori-Teori Belajar.. ... 15

2. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran ... 16

D. Kedududkan CBSA dalam Konstruktivisme 1. Dasar-Dasar Pemikiran CBSA. ... 18

6. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Unit Analisis 1. Key Informent ... 21


(6)

i B. Disain Penelitian

1. Metode Penelitian ... 22

C. Aspek Penelitian ... 23

D. Tekhnik Pengumpulan Data 1. Observasi ... 23

2. Wawancara ... 24

3. Analisis Dokumen ... 24

4. Angket ... 24

E. Tekhnik Analisis Data ... 26

7. BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah ... 28

B. Analisis Data . ... 35

C. Interpretasi Data . ... 54

8. BAB V KESIMPULAN ...63 9. LAMPIRAN


(7)

i UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahirabbil'alamiin akhirnya selesai Juga penulisan karya ilmiah ini. segala keringat dan jerih payah yang telah diupayakan hingga selesainya tulisan ini juga tak luput dari dukungan semua pihak yang terkait. Dukungan materi, dan non materi amatlah dirasakan penulis dalam menyelesaikan rangkaian kata-demi kata dalam karya ilmiah ini, ucapan terima kasih tersebut diberikan khusus kepada :

1. Allah SWT yang telah membimbing penulis dalam menyelesaikan tugas ilmiah ini.

2. Muhammad saw sebagai sang motivator dan inspirator pertama penulis dalam berjuang untuk kehidupan pendidikan islam yang lebih baik. 3. Orang tua tercinta, bapak Lukman Hakim dan Ibu Prihatin yang tak

pemah lelah memberikan dukungan moril dan materil serta menyematkan nama ananda penulis dalam setiap bait doanya. You are my everythingwithout you I am nothing ..

4. Dosen pembimbing skripsi Ibu Zunaydatul Munawwaroah M.Ag dan ibu Siti Khadijah M.A yang telah membimbing dan memberikan dorongan semangat selama kepenulisan karya ilmiah ini.

5. Drs. Eni Rosyda Syarbaini M.Psi selaku dosen pembimbing akademik yang tak pemah lelah memberikan semangat selama masa-masa kuliah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

6. Dr. Abd. Fattah Wibisono.dan Dra. Manerah selaku dosen penguji yang memberikan banyak masukan dalam proses sidang dan pengujian skripsi.

7. Dr. Abd. Fattah Wibisono selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam beserta jajarannya yang telah banyak memberikan bantuan berupa informasi selama penyelesaian tulisan ini.


(8)

i 8. Teman-teman seperjuangan di jurusan PAI. Selama 4 tahun kebersamaan kita susah dan senang kita lalui dalam sebuah harapan mimpi kita di masa depan akan terwujud indah.

9. Teman-teman seperjuangan dalam kepenulisan skripsi. Deden Sholihatunnida, Fitria Muthaminnah, Nadzirotulilmiah dan Winniy. Selamat dan sukses untuk kita semua

10. Teman-teman Kelas C PAI angkatan 2004 baik yang masih setia dikelas C ataupun yang sudah tumbang satu persatu. Susah senang kita bersama, kita muda, beda dan berkarya. Teruskan perjuangan mimpimu kawan. You rock!!

11. Sahabatku Era, Yuli dan Pipit yang memberikan semangat dan keceriaan saat penulis mengalami kebosanan. Peluk dan cium untuk kalian akhwat cihuy!!

12. Sahabat-sahabat di Lembaga Dakwah Kampus, KAMMI, DPMU PIM, dan BEM-J PAI yang selalu menjadi inspirator. Kalian semua kereeenn!!

13.Teman-teman team relawan RZ cabang Jaksel. Tak ada kata aku yang ada adalah KITA.

14. Remaja Al-Hasanah Tonny, Yudi, Kak Bunga, Mas Ari, Mbak Ida, Mas Ali, Vila, Afa, Feli dan lain-lain. Terima kasih atas doa dan dukungannya. Love you so much ^_^


(9)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berlandaskan pada Undang-undang Republik Indonesia no.20 tahun 2003 tentang tujuan pendidikan yaitu membentuk peradaban bangsa yang bermartabat, cerdas, kreatif. kompetitif dan memiliki potensi untuk mengembangkan kemampuan dibidang skill dan keilmuwan dan beriman serta bertakwa kepada tuhan yang maha esa. Selain itu terdapat sebuah keingintahuan penulis pada pendidikan yang berupaya melejitkan semua potensi Siswa.

Pembelajaran konstruktifisme memiliki daya tarik tersendiri bagi penulis dalam meneliti pengembangan pembelajaran ini secara lebih jauh. Terdapat keingin tahuan penulis kepada pembelajaran konstruktifisme khususnya yang dilaksanakan oleh sekolah-sekolah ternama. Point penting yang menjadi tolak ukur dalam penelitian ini adalah tahapan-tahapan pengembangan dan sesuaikah pengembangan yang dilakukan sekolah objek penelitian dengan idealnya pembelajaran konstruktifisme khususnya pada pendidikan agama islam.

Tujuan dari penelitian ini adalah penulis ingin melihat gambaran dari pengembangan pembelajaran konstruktifisme dari sekolah objek penelitian, menguraikan langkah-langkahnya dan mencari faktor-faktor penunjang pengembangan pembelajaran. Selain tujuan, penelitian ini juga memiliki beberapa manfaat yaitu menambah pengetahuan tentang pembelajaran konstruktifisme, sebagai bahan rujukan para tenaga pendidik dalam mengembangkan pembelajaran lebih efektif, dan memotivasi peneliti lain dalam meneliti pembelajaran ini lebih jauh.

Kajian teori yang dibahas dalam penelitian ini menguraikan beberapa poin penting yaitu hakikat dari pengembangan dan pembelajaran konstruktifisme, sejarah lahirnya pembalajaran konstruktifisme hingga ciri-ciri pembelajaran konstruktifisme. Karena pembelajaran ini dikolaborasikan dengan pendidikan agama islam, penulis juga mengkaji tentang bagaimana pendidikan agama islam, tujuan pendidikan agama islam hingga tujuan pendidikan agama islam. Bukan hanya itu, dalam penulisan ini penulis juga mengungkapkan beberapa karakteristik pendidikan agama islam yang dapat dikombinasikan dengan pembelajaran konstruktifisme.

Penelitian ini dilaksanakan di Madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Terutama di kelas II. penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan data statistik yang diuraikan secara deskriptif. Dengan kata lain, penelitian ini bukanlah penelitian kualitatif murni. Pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah angket, observasi, wawancara, dan analisis dokument RPP dan silabus. Key informent dalam penelitian ini adalah guru Agama Islam. Tujuan dari key informent itu sendiri untuk melengkapi data dan memferifikasi kecocokan dari data angket yang telah disebar kepada 20 siswa.

Kesimpulan dari penelitian ini mengungkapkan tentang langkah-langkah pengembangan yang dilakukan Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah mulai dari struktur distribusi mata pelajaran, hingga tenaga pengajar di Madrasah Pembangunan yang ideal dalam pembelajaran konstruktifisme. Terdapat beberapa hasil yang tidak cocok dengan pembelajaran konstruktifisme pada Madrasah Pembangunan ini. Walau hanya beberapa point saja yang tidak sama, Madrasah


(10)

DAFTAR TABEL

1. Tabel 1 Jumlah keseluruhan siswa 2. Tabel 2 Angket

3. Tabel 3 Diskripsi data angket 4. Tabel 4 Silabus pembelajaran


(11)

DAFTAR LAMPIRAN 1. Surat Pengesahan Judul

2. Surat Keterangan Penelitian 3. Surat Pernyataan Karya Sendiri 4. Struktur program

5. Angket

6. Hasil wawancara


(12)

1 BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan usaha sadar untuk mengembangkan potensi SDM. melalui kegiatan belajar mengajar, karena pendidikan merupakan bagian dari upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan dapat meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Agar terwujud masyarakat yang damai, demokratis, berkeadilan, berbudaya saing, maju dan sejahtera. Mak.a haruslah didukung oteh sumber daya manusia yang berilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 pada bab II pasal 3 tentang fungsi dan Pendidikan Nasional, Yakni :

"Pendidikan nasional berfungi mengembangkan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertakwa, beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa, herakhlak mulia, sehat berilmu cakap kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab” 1

Secara umum, kondisi pendidikan di Indonesia masih relatif memprihatinkan. Nengsih Juanengsih mengidentifikasi pendidikan dari tujuh indikator misalnya, lulusan PT belum sepenuhnya siap memasuki dunia kerja, Humas Development index Indonesia masih rendah (HDI), yakni peringkat III dari 117 negara,

International Education Achivement (IEA) menunjukkan kemampuan siswa SD di Indonesia berada pada tingkat 38 dari 39 yang disurvey, Programme for International Student Assesement (PISA) pada tahun 2003 menempatkan peringkat Indonesia pada 38 dari 41 negara yang disuvey, perguruan tinggi favorit di Indonesia berada di posisi ke 61 dan 68 dari 77 PT yang disurvey di Asia (Asiaweek,2000) dan IPTEK masih ketinggalan dibanding dengan negara-negara tetangga. 2

1

Undang.Undang RI Nomor 10 Thun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Jakarta: PT. Kloang Klede Putra Timur.2003), h.6

2

Akh minhaji,Paradigam Baru Pendidikan: Restopeksi dan Proyeksi modernisasi Pendidikan Islam di Indonesia, (Jakarta : IAIN, Depag,2008) h.116


(13)

2 Bukan hanya itu, pendidikan yang memiliki visi dan tujuan selain mencerdaskan kehidupan bangsa juga harus dapat mengembangkan potensi peserta didik agar dapat menjadi makhluk yang beriman dan bertakwa, belum juga mampu memerangi bahaya-bahaya pergaulan yang kemungkinan dapat terjadi pada peserta didik.

Lazimnya, pengajaran di negara kita adalah pembelajaran yang bersifat klasik dan telah sekian lama dilakukan oleh para pendidik. Inilah yang dimaksud dengan pernbelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang lazim dan pada umumnya digunakan. 3

Pembelajaran monoton dan konvensional semakin lama semakin diarahkan menjadi pembelajaran dengan sistem student centre. Tujuannya adalah agar peserta didik dapat aktif dalam pembelajaran yang tengah mereka jalani sehingga mereka dapat memberi solusi terhadap permasalahan baru yang ia hadapi khususnya di lndonesia dengan mengedepankan akal dan hati yang harus berjalan dengan beriringan.

Dewasa ini, pemerintahan pusat dan daerah mulai menggiatkan sosialisasi dan pelatihan kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) yang menjadi acuan bagi pendidikan di Indonesia. Kurikulum ini adalah kelanjutan dari kurikulum berbasis kompetensi yang menekankan pada kompetensi peserta didik dalam pembelajaran.

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) memberikan banyak peluang kepada sekolah dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya. Pada dasarnya kurikulum ini membiasakan institusi pendidikan seperti sekolah, untuk dapat mengembangkan kelebihan yang dimiliki oleh sekolah. Karena bagaimanapun juga sekolah adalah tempat terdekat peserta didik disamping keluarga dan masyarakat yang juga memiliki andil besar dalam mengoptimalkan peran peserta didik dalam belajar.

3

Dian Rahadiani, Hubungan antara sikap orang tua terhadap sekolah konvensional dengan motivasi mensekolahkan anak di sekolah non konvensional, (Jakarta: Fakultas Psikologi UIN Syahid). H.73


(14)

3 Dari lahirnya kurikulum ini, para pakar pendidikan banyak menelurkan gagasan-gagasan baru dalam pendidikan nasional. Salah satunya adalah pembelajaran kontekstual yang mengarah kepada pembelajaran konstruktivisme. Walaupun teori konstruktivisme ini telah lama ada, namun baru kali ini mulai digaungkan oleh banyak kalangan pakar pendidikan. Terlepas dari manakah yang lebih dulu antara kontekstual yang menjadi dasar pembelajaran konstruk atau juga sebaliknya.

Pembelajaran konstruktivisme, yang lebih mengedepankan pembangunan ilmu pengetahuan anak didik oleh dirinya sendiri menjadi trend center pendidikan saat ini. Pembelajaran ini diharapkan membawa angin segar dalam dunia pendidikan terlebih lagi dalam Pendidikan Agama Islam yang cenderung mengajarkan pada anak hanya sebatas pembelajaran yang bersifat dogmatic dengan metode yang konvensional, monoton, dan kurang rnernperhatikan daya fikir dan kreatifitas peserta didik.

Proses berfikir ada karena adanya keingintahuan. Dan rasa ingin tahu timbulah proses berfikir dan kemudian menjadi suatu ilmu pengetahuan. Manusia adalah satu makhluk yang mengembangkan pengetahuan ini secara bersungguh- sungguh. Binatang juga memiliki pengetahuan namun sebatas untuk kelangsungan hidup.4

Guru merupakan faktor yang penting untuk meningkatkan kreatifitas siswa di sekolah. Banyak hal yang dapat dilakukan guru untuk merangsang dan meningkatkan potensi siswa, sikap dan perilaku kreatif siswa khususnya dalam Pendidikan Agama Islam.

Setelah dikemukakan beberapa penjelasan mengenai latar belakang fakta pendidikan di lndonesia peneliti tergelitik untuk mengungkapkan bagaimana pengembangan pembelajaran konstruktifisme dalam pembelajaran agarna islam yang bersifat dogmatik. Oleh karena itu, peneliti rnengambil judul:

"Pengembangan Pembelajaran Konstruktifisme Pada Pendidikan Agama Islam di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta"

4

Jujun .S. Suriasumantri. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. (Pustaka Sinar harapan: Jakarta. 2005) Cet. Ke 8. h.39


(15)

4 Adapun alasan peneliti mengambil judul ini adalah :

a. Sifat dari pembelajaran agama islam yang dogmatik dan hampir tidak memberikan ruang kepada anak untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri secara optimal

b. Mengambalikan identitas pembelajaran ke arah sebenamya yaitu reinvensi kebermaknaan dalam pembelajaran.

c. Mencari altematif pada model pembelajaran yang lebih dinamis

B. Masalah

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah, antara lain

a) Apakah pembelajaran konstruktivisme telah dilaksanakan secara optimal pada Pendidikan Agama Islam

b) Bagaimanakah tahapan pengembangan pembelajaran konstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam

c) Apakah faktor-faktor penghambat pada pelaksanaan pengembangan kontstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam.

2. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya pembahasan masalah yang telah diungkapkan maka perlu dibatasi, diantaranya adalah :

a) Konstruktifisme yang diteliti adalah konstruktifisme sosiologis, karena melihat pembelajaran agama islam ini adalah termasuk ke dalam bidang sosial.

b) Tahapan-tahapan yang dilakukan meliputi faktor-faktor pendukung dan penghambat

c) Pendidikan Agama Islam yang dimaksud adalah Pendidikan Agama Islam sebagai mata pelajaran Agama Islam


(16)

5 d) Selain konstruktifisme yang dilaksanakan dalam aktivitas pembelajaran, konstruktifisme ini juga ditinjau dari sikap dan tingkah laku langsung siswa

3. Perumusan Masalah

Dari permasalahan yang telah dibatasi, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti sebagai berikut :

a). Bagaimana langkah-langkah pengembangan pembelajaran

konstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam?

b). Apa sajakah faktor-faktor penunjang pengembangan konstruktivisme pada Pendidikan Agama Islam?

C. Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah terlahirlah tujuan dari penelitian. Penelitian ini memiliki beberapa tujuan sebagai barometer keberhasilan yang telah dirumuskan yaitu:

a). Penelitian ini berupaya melihat gambaran mengenai langkah-langkah pengembangan pembelajaran yang telah digunakan oleh Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah jakarta pada Pendidikan Agama Islam

b). Penelitian ini juga bertujuan untuk mencari faktor-faktor penunjang pengembangan konstruktifisme pada agama islam begitu pula faktor penghambatnya.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :

a) Menambah pengetahuan lebih dalam lagi tentang pembelajaran konstruktivisme khususnya bagi para pendidik atau guru.

b) Sebagai bahan rujukan untuk para guru Pendidikan Agama Islam dalam mengembalikan hakikat pembelajaran yang lebih bermakna


(17)

6

c) Memotivasi para peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengembangan pembelajaran konstruktivisme dalam Pendidikan Agama Islam.


(18)

7 BAB II

KAJIAN TEORI

A. Pengembangan Pembelajaran konstruktivisme

1. Pengertian Pengembangan dan Pembelajaran

Pengembangan berasal dan kata dasar kembang yang berarti tumbuh. Sedangkan imbuhan pe-akhiran an diartikan sebagai prefiks nominal atau bertalian dengan prefiks verbal juga dapat diartikan sebagai sebuah proses.5 Pengembangan juga diartikan dalam kamus B.lndonesia karangan W.J.S Purwadarminto sebagai (1). Mekar dan terbuka, (2). Menjadi besar (luas dan banyak), (3). Menjadi bertambah-tambah sempuma. 6 jika diartikan secara istilah, pengembangan adalah suatu proses yang terus menerus tumbuh dan berkembang.

Pengembangan senantiasa diikuti oleh pengalaman-pengalaman, prinsip-prinsip yang telah teruji, pengamatan yang seksama dan percobaan yang terkendali. 7

Sedangkan untuk mengetahui makna pembelajaran memang tidak bisa dipisahkan dengan kata dasamya yaitu belajar. Banyak para ahli yang mendefinisikan perilaku belajar salah satunya yaitu Gagne. Gagne mendefinisikan belajar sebagai perubahan kemampuan manusia yang terjadi setelah belajar secara terus menerus dan bukan hanya disebabkan oleh proses pertumbuhan saja. 8

Definisi yang agak sistematik dikemukakan oleh Lindgren dalam bukunya Psyhcology of personal and social adjusment adalah: "Learning is the process of

5

DepDikbud, Kamus Besar B.ldonesia (Ba1ai Pustaka: Jakarta,1988) h.

6

W.J.S. Purwadarminto (Balai Pustaka: Jakarta, 1986) h. 473

7

A.Tresna Sastra Wijaya. M.sc. pe:ngembangan program pengajaran. (Surabaya:Rineka Cipta 1991), cet. 1 h. 14

8

Ngalim purwanto, psikologi pendidikan ,(Bandunng :remaja Rosda karya,2002), Cet..17, hal 78


(19)

8

becoming nature emotionally, intellectually add socially". 9 menurut Lindgren, orang yang belajar akan terbebas dari ilusi dan delusi (angan-angan, khayalan dan kecerobohan).

Secara psikologis belajar itu adalah suatu usaha sadar yang terjadi dalam diri manusia. Melalui input dan alat indera yang dapat mengetahui serta merasakan yang kemudian diinternalisasikan melalui proses kejiwaan yaitu diolah, diasosiasikan dan disimpulkan. Kemudian proses itu menjadi bagian dari diri orang yang belajar dan dikenal sebagai output. Dengan input yang beraneka ragam dan diproses, maka individu yang belajar tersebut akan mengalami perubahan atau modification.

Pengertian pengembangan dan pembelajaran diawali dengan kata dasar masing-masing kata. Kata dasar dan masing-masing kata yang telah diketahui, kemudian ditambahkan imbuhan yang menjadi prefiks nominalnya.

Sedangkan Pembelajaran berasal dari kata dasar 'Belajar' yang memiliki arti sebuah perubahan yang terjadi. dalam diri seseorang setelah berakhimya melakukan aklivitas belajar. 10 Pembelajaran atau instruction berpusat kepada tujuan yang hendak dicapai didasarkan pada perencanaan. Pembelajaran adalah proses yang terjadi yang membuat seseorang atau sejumlah orang, yaitu peserta didik untuk melakukan proses belajar sesuai dengan rencana belajar yang telah diprograrnkan. Upaya pembelajaran yang berporos pada pihak guru, direncanakan secara sistematis yaitu dilakukan dengan langkah-langkah yang teratur dan terarah dengan memperhatikan berbagai aspek. Oleh karena itu dalam dunia pendidikan proses belajar mengajar adalah merupakan dua kegiatan yang berproses dalam satu sistem. 11

Menurut konsep komunikasi. pembelajaran adalah proses komunikasi fungsional antara siswa dengan guru dan siswa dengan siswa, dalam rangka

9

Wina Sanjaya, Strategi pembelajaran Berorientasi Standar proses Pendidikan. (jakarta: kencana, 2006), h. 258

10

Saiful Bahri Djamarah.dkk. Strategi Belajar mengajar(Rineka Cipta: Jakarta.2002)h.44

11

Ria Octavianita, pengaruh pendekatan contextual teaching and learning terhadap hasil belajar matematika siswa (studi experiment di SMP negeri 2Ciputat),


(20)

9 perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi suatu kebiasaan bagi siswa yang bersangkutan. 12

Pengembangan pembelajaran yang telah diketahui dari makna masing-masing kata dan induk kata dasarnya dapat disimpulkan bahwa pengembangan pembelajaran adalah, suatu proses yang secara terus menerus mengembangkan pola interaksi antara siswa, guru dan lingkungan belajar dalam rangka perubahan sikap dan pola pikir yang akan menjadi kebiasaan untuk siswa yang bersangkutan. Karena guru dan siswa, keduanya adalah subjek dari pembelajaran yang akan mengalami pcngembangan tersebut. Guru dan siswa dituntut melakukan inovasi baru dalam dunia pendidikan.

2. Pembelajaran konstruktivisme

Pembelajaran konstruktivisme adalah pembelajsran yang berawal dari teori filsafat konstruktif yang dikemukakan oleh Giambatista Vico seorang epistemology dari Itali. Dialah cikal bakal teori ini dalam ranah filsafat yang mengemukakan “Tuhan adalah pencipta alam semesta dan manusia adalah tuan dari ciptaan".13

Sedangkan dalam ranah pendidikan teori filsafat ini banyak dikembangakan oleh Jean Piagel seorang psikolog pertama yang menggunakan konstruktivisme dalam belajar. 14

Sedangkan pembelajaran konstruktivisme sendiri adalah pembelajaran yang menekankan pada kemampuan untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui interaksi mereka dengan objek renomena dan lingkungan sekitar. 15

Teori konstruktivisme Piagel ini juga mengemukakan beberapa istilah yang baku untuk seseorang mencapai pengertian.

a. Skema

Skema adalah suatu struktur mental alau kognitir yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitamya. Contoh: seorang siswa yang baru melihat

12

Erman suherman dkk.,strategi pembelajaran... ,h.30

13

Paul Supamo, Filsafar Knstruktivisme Dalam Pendidikan (Kanisius:Yogyakarta,I997) h. 24

14

Paul Supamo, Filsafat Kontruktivisme Dalam Pendidikan.h. 30

15

Rhanizan "Pembelajaran konstruktivisme" diakses pada tanggal 5 maret 2008 dari http://www.geocities.com/rhanizankeb2000/ilmiah2.htm


(21)

10 belut mengatakan bahwa itu ular. Dalam hal ini, anak tersebut telah memiliki skema atau konsep tentang ular yang menurutnya saran dengan belut. Kedua binatang yang berbeda itu dianggap saran karena memiliki beberapa persamaan yaitu berbadan panjang tidak berkaki dan memiliki dua mata. Anak tersebut belum dapat membedakan antara ular dan belut yang jelas berbeda. Bila ia telah mampu melihat perbedaan-perbedaanya, ia akan memperkembangkan skemanya tentang belut, tidak sebagai ular lagi.

b. Asimilasi

Proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema atau pola yang sudah ada dalam pikirannya. Contoh seorang siswa yang baru pertama kali mengenal konsep pluralisme. Dalam pikirannya ia memiliki konsep pluralism, jika ia menambahkan unsur lain dalam konsep pluralisme ini, hingga banyak spekulasi yang memposisikan konsep pluralisme hampir bersentuhan dengan liberalisme. ia akan tetap memiliki skema yang sama tentang pluralisme. Bedanya adalah skemanya tentang pluralisme semakin berkembang diperluas dan diperinci lebih lengkap, bukan hanya sebagai pluralisme yang sempit, melainkan pluralisme dengan bermacam-macam bentuknya dan sifatnya.

c. Akomodasi

Akomodasi adalah memhentuk skema baru yang dapat cocok dengan rangsangan yang baru atau memodifikasi skema yang ada sehingga cocok dengan rangsangan itu. Contoh: seorang siswa mempunyai skema bahwa semua agama islam itu fiqih. Hal ini diperoleh dari abstraksinya terhadap permasalahan-permasalahan agama islam yang pernah ditemuinya selalu bersentuhan dengan masalah hukum halal dan haram. Pada suatu hari siswa tersebut mendapati permasalahan


(22)

11 agama islam tidak hanya pada masalah hukum halal haram, tetapi permasalahan akhlak, kenegaraan, pendidikan dll. Siswa tersebut mengalami bahwa skema lamanya tidak cocok lagi, terjadi konflik dalam pikirannya. Ia harus mengadakan perubahan terhadap skema lamanya. Ia mengadakan akomodasi dengan membentuk skema baru bahwa permasalahan agama islam bukan hanya berputar pada hukum halal dan haram tetapi juga akhlak, ketatanegaraan, pendidikan dll.

d. Equilibration

Equalibration adalah pengaturan diri seeara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Begitu juga sebaliknya disequilibrition, adalah keadaan tidak seimbang antara asimilasi dan akomodasi. Equalibrition adalah proses dari disequalibrium ke equalibrium. Proses tersebut berjalan terus dalam diri orang melalui asimilasi dan akomodasi. Equalibriton membuat orang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata). Bila terjadi ketidak seimbangan dengan jalan asimilasi atau akomodasi.

e. Teori adaptasi Intelek

Bagi Piaget, mengerti adalah suatu proses adaptasi intelektual yang dengannya pengalaman-pengalaman dan ide-ide baru diinteraksikan dengan apa yang sudah diketahui seseorang yang sedang belajar dengan membentuk struktur pengertian yang baru. 16. Contoh: seorang siswa yang memiliki gambaran bahwa shalat Jum'at hanya dilakukan oleh kaum pria saja pada hari Jum'at. Namun kenyataan baru yang ia peroleh bahwa shalat Jum'at tidak hanya dilakukan oleh kaum pria bahkan wanita pun diperbolehkan untuk melakukan shalat Jum'at tetapi takaran hukumnya saja yang berbeda. Siswa tersebut

` 16


(23)

12 pada akhirnya mengubah gambaran awalnya dengan mengatakan bahwa shalat Jum'at tidak hanya dilakukan oleh laki-laki tetapi juga perempuan. Orang ini sekarang membentuk pengetahuan yang baru. Ia telah merubah skema lama dan membentuk skema baru yang lebih cocok dengan pengalamannya yang baru.

Pembelajaran konstruktivisme juga merupakan tujuh element penting dalam pembelajaran kontekstual17 Pembelajaran konstruktivisme juga lebih dimaksudkan suatu kemampuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran yang lebih mengedepankan idealitas pendidikan sehingga benar-benar akan menghasilkan kualitas yang efektif dan efisien. 18

Dalam pembelajaran konstruktivisme, posisi siswa adalah sebagai subjek, siswa aktif, kreatif, dan juga kritis. Sedangkan guru adalah sebagai mediator. Teori pembelajaran ini juga memandang sarana pembelajaran baik soft ware

maupun hard ware harus didesign oleh guru guna memperlancar proses pembelajaran. 19

Pengembangan pembelajaran konstruktivisme dimaksudkan untuk menumbuh kembangkan pembelajaran yang lebih dinamis dan bermakna dengan langkah-Iangkah yang diambil sesuai dengan ciri-ciri pernbelajaran konstuktivisme . ciri-ciri pembelajaran konstruktivisme sendiri antara lain adalah:

a) Memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan b) Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa

c) Memperhatikan ide dan problem yang di munculkan oleh siswa d) Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa

c) Menciptakan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen f) Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog

g) Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil belajar

17

Tujuh Komponen pembelajaran kontekstual article ini diakses dari

http://pakguruonline.pendidikan.net/pend konteks bab2a.html pada tanggal 8-12-2008 18

M. Saechan Muchith. M.Pd. Pembelajaran Kontekstual (RaSAiL: Semarang ,2008) h. 2

19

Karnadi dan Prof. Dr. Ansyar. "KTSP Membuat Guru Kreatif' artikel ini di akses pada tanggal 4 Desember 2008 dad http://www.erlangga.co.id/index.php


(24)

13 h) Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa

i) Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif 20

B. Pendidikan Agama Islam

Pendidikan adalah sebuah aktivitas yang memiliki maksud tertentu, yang diarahkan untuk mengembangkan individu sepenuhnya. Konsep pendidikan dalam islam tidak dapat sepenuhnya difahami tanpa lebih dahulu memahami penafsiran islam tentang pengembangan individu sepenuhnya.21

Pendidikan Agama Islam biasanya sering dikaitkan dengan menejemen sikap pada diri seseorang. Pendidikan Agama Islam yang bersifat kognitif tidak dapat dipisahkan dengan ruh didalamnya yang lebih bersifat afektif yang mengacu pada kemantapan sikap bagi peserta didik. Secara garis besar Pendidikan Agama diartikan sebagai suatu kegiatan yang bertujuan untuk membentuk manusia agamis dengan menanamkan aqidah dan keimanan, amaliyah, dan budi pekerti luhur atau dengan kata lain akhlak yang terpuji untuk menjadi manusia yang taqwa kepada Allah swt. 22 dalam buku yang sama (Metodologi Pembelajaran Agama Islam) diterangkan bahwa metode Pendidikan Agama Islam yang sering digunakan dalam pembelajaranya lebih banyak menggunakan kata seruan atau ajakan, namun tidak menutup kemungkinan seorang pendidik menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan biasa yang digunakan.

1.Ruang Lingkup

Dalam buku ilmu pendidikan Islam, Prof. Dr.M.Arifin mengatakan bahwa ruang lingkup Pendidikan Islam mencakup segala bidang kehidupan manusia di

20

Zurinal. Z, Ilmu Pendidikan:Pengantar dan dasar-dasar pelaksanaan pendidikan.(UIN Jakarta Press:Jakarta,2006)h.117

21

Ali Ashraf, Horison baru pendidikan islam, (pustaka firdaus, 1996) h.1

22

M. Basyiruddin Usman, Metodologi pembelajaran Agama Islam, (Ciputat : Ciputat Pers, 2002)h. 4


(25)

14 dunia. Oleh karenanya pembentukan sikap dan nilai-nilai amaliyah islamiyah dalam pribadi manusia baru dapat efektif bilamana dilakukan melalui proses kependidikan yang berjalan diatas kaidah-kaidah ilmu pengetahuan kependidikan.23

Selain itu, ruang lingkup Pendidikan Agama Islam juga melipuli aspek aspek sebagai berikut. 1. AI Qur'an dan Hadits 2. Aqidah 3. Akhlak 4. Fiqih 5. Tarikh dan Kebudayaan islam.24 Pendidikan Agama Islam menekankan keseimbangan, keselarasan, dan keserasian antara hubungan manusia dengan Allah SWT, hubungan manusia dengan sesama manusia, hubungan manusia dengan diri sendiri, dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya

Dari penjelasan di atas, jelas sudah bahwa Pendidikan Agama Islam bersifat menyeluruh, Pendidikan Agama Islam tidak hanya berbicara mengenai kognitif saja ataupun afektif namun Pendidikan Agama Islam melingkupi semua bidang kehidupan manusia.

Bila kita jabarkan Pendidikan Agama Islam yang ada dalam kurikulum-kurikulum sekolah, seperti aqidah akhlak, fiqih, tarsir hadits dan juga sejarah kebudayaan islam, memiliki karakteristik-karakteristik yang membidani semua aspek pengetahuan di dalam kehidupan sehari-hari. Dalam keempat kategori dalam agama islam di sekolah, masing-masing memiliki implementasi sendiri dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik.

2.Karakteristik Pendidikan Agama Islam

Islam sebagai sebuah ajaran agama juga merupakan jalan hidup manusia sangatlah apresiatif terhadap perkemhangan diri dan fikiran manusia. Bahkan islam sendiri mengakui akal manusia sebagai salah satu sumber untuk mendapatkan pengetahuan. Namun, pada realitanya. akal tidak mampu berdiri sendiri tanpa bantuan indera yang berperan sebagai navigator. Kemudian diantara

23

M Arifin. IImu Pendididkan Islam; tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy,……….h. 9

24

Ruang Lingkup Pendidikan Agama Islam article ini diakses dari situs http://www.docstoc.com/docs/2921559/01-PENDIDIKAN-AGAMA-ISLAM- pada tanggal 6/1/2009


(26)

15 keduanya terdapat wahyu yang menjadi penengah yang menetralisir keduanya saat beroprasi karena kondisi keduanyalah yang amat terbata. Akhirnya ilmu dirancang dan dibangun disamping melalui kedua sumber tersebut juga berdasarkan kekuatan spiritual yang bersumber dari wahyu Allah S.W.T. berupa wahyu.25

Dengan demikian kurikulurn Pendidikan Agama Islam di sekolah memuat materi dari ketiga hal tersebut, yakni akal, indera, dan wahyu. Dalam konteks konstruktivisme, materi Pendidikan Agama Islam yang memiliki karakteristik akliyah dan inderawi secara penuh dapat digunakan, sedangkan yang bersifat

transenden (wahyu) secara penuh tidak dapat digunakan dalam pendekatan konstruktivisme.

Begitu pula materi Pendidikan Agama Islam di sekolah memiliki ciri dan karakteristik tertentu. Akidah keimanan memiliki karakteristik sebagai dogmatic doktriner, kemudian, fiqih berkarakteristik legal-formal, akhlak yang memiliki karakteristik normatif, sejarah yang informatif-faktual, dan AI-Qur'an Hadits yang memiliki karakteristik teknis-kontekstual. 26

Pembelajaran Konstruktivisme Pada Pendidikan Agama Islam 1. Implikasi konstruktivisme pada teori-teori belajar

Membedah suatu teori yang mendasari suatu pembelajaran dalam pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan teori-teori belajar yang menjadi landasan dalam pelaksanaan pendidikan. Ada beberapa teori dalam belajar yaitu: Teori perubahan konsep, teori Bermakna Ausebel, teori Conectionisme, Behaviourisme dan maturasionisme.

Teori perubahan membedakan perubaban menjadi dua macam perubahan konsep yaitu : perubahan yang kuat dan yang lemah. Perubahan konsep yang kuat terjadi bila seseorang mengakomodasi terhadap konsep yang telah ia punyai ketika berhadapan dengan fenomena yang baru.

25

Mujamil Qomar. Epistemologi Pendidikan Islam. Dari Metode Rasional Hingga Metode Kritik (Jakarta : Penerbit Erlangga,2005).h. 125

26


(27)

16 Sedangkan teori asimilasi Ausebel bagaimana belajar terjadi. yaitu bila siswa mengasimilasi apa yang ia pelajari dengan pengetahuan yang telah ia punyai sebelumnya. Dalam hal ini pengetahuan seseorang harus selalu diperbaharui dan dikembangkan lewat fenomena dan pengalaman-pengalaman yang baru.

Selanjutnya teori conectionisme yang lebih dikenal dengan teori stimulus dan respen ini mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses dengan adanya stimulus dan respon. 27 dengan kata lain belajar adalah suatu yang mengintegrasikan, mengakomodasi serta mengkoordinasi keadaan lingkungan sekitar. Keadaan lingkungan sekitar adalah stimulus yang akan merangsang kembali pengetahuan yang kemudian dilanjutkan oleh respon dari fenomena yang telah diakomodasi menjadi sebuah pengetahuan.

2. Implikasi Konstruktivisme Pada Pembelajaran

Bagi kaum konstruktivis, mengajar bukan sekedar memindahkan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan dari siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan siswa dalam membentuk pengetahuan, dan mengadakan justifikasi. Jadi mengajar adalah suatu bentuk belajar sendiri.

Menurut teori ini seorang guru berperan sebagai mediator dan bukan seseorang yang serba mengerti. Guru sebagai fasilitator yang membantu agar pembelajaran dapat berjalan dengan lancar. Tekanan ada pada siswa yang belajar bukan pada guru dan disiplin. Fungsi-fungsi mediator pun salah satunya adalah: (1) menyediakan pengalaman belajar, (2) menyediakan atau memberikan kegiatan-kegiatan yang merangsang keingintahuan murid, (3) Memonitor, mengevaluasi dan menunjukkan apakah pengetahuan murid berjalan atau tidak.

Agar pembelajaran berjalan secara optimal langkah-Iangkah guru dalam hal ini adalah (1) Penguasaan bahan dan materi. (2) Strategi mengajar. (3). Trik mengevaluasi proses belajar siswa.

Dalam strategi pembelajaran. guru harus dapat berinteraksi dengan siswa untuk lebih mengerti apa yang sudah mereka ketahui, guru harus terlebih dahulu

27


(28)

17 membicarakan tujuan materi yang dipelajari dikelas, mengerti pengalaman belajar mana yang lebih sesuai dengan kebutuhan siswa dan melibatkan siswa dalam setiap belajar dengan memberikan kepercayaan terhadap siswa bahwa mereka mampu belajar. Selain itu guru sebagai seorang seniman ulung juga harus dapat memiliki pemikiran yang fleksible untuk dapat mengerti dan menghargai pemikiran dan hasil kajian siswa.

Dalam Pendidikan Agama Islam, konstruktivisme sendiri memiliki pengaruh penting dalam mengantarkan Siswa lebih bersikap kritis dan mandiri. Konstruktivisme mengharapkan siswa menjadi seorang pembelajar dengan membangun pengetahuannya sendiri melalui proses asimilasi, akomodasi, hingga adaptasi intelek.

Problematika yang harus dientaskan dewasa ini, menjadikan pembelajaran konstruktivisme sebuah solusi dalam melakukan pemikiran mendalam terhadap semua problematika yang berkaitan dengan masalah akhlak, aqidah, hukum hingga ketatanegaraan.

Pendidikan Agama Islam yang disebut-sebut sebagai bengkel akhlak dalam institusi-institusi pendidikan di Indonesia memiliki peranan penting dalam mengentaskan permasalahan yang terjadi dewasa ini pada masyarakat Indonesia. Karena Pendidikan Agama Islam memiliki tiga unsur yang dibutuhkan dalam pembelajaran seperti kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Selain itu Pendidikan Agama Islam juga memiliki kekuatan motivasi dalam mendorong siswanya untuk mengintegrasikan kecerdasan intektual, emosi dan spiritual. Hanya saja masih terdapat banyak guru agama islam yang masih terkungkung pada satu kecerdasan saja dengan menggunakan pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan monoton.

Metodologi Pendidikan Agama Islam juga dinyatakan didalam AI-Qur'an bersifat multi approach yang meliputi antara lain:

a). Pendekatan religius yang menitik beratkan kepada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berjiwa religius dengan bakat-bakat keagamaan

b). Pendekatan filosofis yang memandang bahwa manusia adalah makhluk. rasional atau homo rationale, sehingga segala sesuatu yang menyangkut


(29)

18 pengembanganya didasari pada sejauh mana kemampuan berpikimya dapat

dikembangkan sampai pada titik maksimal perkembangannya.

c). Pendekatan sosiokultural yang bertumpu pada pandangan bahwa manusia adalah makhluk yang berrnasyarakat dan berkebudayaan sehingga dipandang sebagai homo sosius dan homo sapiens dalam kehidupan bermasyarakat.

d). Pendekatan scientific yang menitik beratkan pada pandangan bahwa manusia memiliki kemampuan menciptakan (kognitif), berkemampuan (konatif), dan merasa (emosional atau afektif).28

Beberapa metodologi bagi Pendidikan Agama Islam yang telah disebutkan diatas, terdapat implikasi dari pembelajaran konstruktifisme. Pembelajaran konstruktifisme seperti yang dimaksudkan pada uraian diatas. Memiliki karakteristik yang berkaitan dengan beberapa metodologi Pendidikan Agama Islam di atas.

Pembelajaran konstruktifisme yang menitik beratkan pada daya kritis siswa dan kemampuan siswa dalam mengoptimalkan seluruh potensi yang mereka miliki baik secara kognitif, afektif. maupun psikomotorik sesungguhnya telah sesuai dengan metodologi Pendidikan Agama Islam.

Pendidikan Agama Islam, yang memiliki Multi Approach seharusnya dapat difungsikan sebagai dasar pengembangan pembelajaran konstruktifisme pada Pendidikan Agama Islam. Pendekatan-pendekatan filosofi. sosiocultural hingga scientific sangat dapat digunakan guru untuk membangun pengetahuan siswa secara mandiri dengan bantuan pengalaman belajar yang telah siswa dapati pada kehidupannya. Sedangkan pendekatan religius dapat difungsikan sebagai dasar materi Pendidikan Agama Islam yang trasendem dan l'tiqodi

D. Kedudukan CBSA dalam Konstruktifisme

CBSA atau caa belajar siswa aktif pertama kali dipopulerkan oleh mantan rektor IKIP Prof. Dr Connie Semiawan. Beliau juga sempat disebut-sebut sebagai

28

H.M Arifln. llmu Pendididkan Islam: tinjauan teoritis dan praktis berdasarkan penjelasan interdisiplinear ,editor fauzan Asy (Bumi Aksara: Jakarta, 2006) cet.2.


(30)

19 pendekar CBSA karena hingga kini masih lincah dalam menjawab pertanyaan mengenai CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

CBSA adalah sebuah pendekatan atau dalam bahasa Inggris disebut juga

Approuch. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar, ia pun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan pembelajaran. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajaran akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan.

Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktit) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif. afektif dan psikomotorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.

1. Dasar-Dasar Pemikiran GBSA

Secara rasional dasar-dasar CBSA adalah sebagai berikut:

a. Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar, materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh kemauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik disekolah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belajar. Dalam bubungannya dengan CBSA salah satu


(31)

20 kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional. mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.

b. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusara atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk melakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai deengan isi materi pelajaran.

c. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi Peluang memperoleh umpan balik untuk menilai efektivitas pembelajar itu.

d. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mcndapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggaris bawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar.

Dalam pembelajaran konstruktifisme CBSA berperan sebagai pendekatan pembelajaran yang turut mensukseskan tujuan pembelajaran. Karena dalam CBSA menuntut keterlibatan mental yang tinggi sehingga terjadi proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik Pembelajaran konstruktifisme yang mengembangkan skemata pemahaman psikomotorik dan sikap adalah sebagai perkembangan dari pembelajaran konstruktifisme piaget dalam aspek cipta (kognisi), karya (psikomotorik), karsa (afektif) dan rasa (emosi).


(32)

21 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Unit analisis

Unit analisis ini difokuskan pada sasaran kegiatan penelilian.Kegiatan penelitian ini dilakukan kepada guru Pendidikan Agama Islam dengan melakukanwawancara kemudian melakukan tindakan pengamatan yang dilengkapi dengandaftar checklist hingga studi analisis dokumentasi silabus dan rancanganpembelajaran dan pengajaran yang telah guru susun untuk pembelajaranPendidikan Agarna Islam dalam mengembangkan pembelajaran konstruktivisme.

1. Key Informent

Untuk mencari informasi dari keseluruhan yang akan dite1iti maka penelitimengambil sumber untuk dapat membantu dan menunjang analisis data yang telahdikumpulkan. Key informant yang dijadikan sebagai penunjang data adalah GuruPendidikan Agarna Islam di Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta.

Madrasah Aliyah Pembangunan Universitas Islam Negeri Syarif

HidayatullahJakarta memiliki siswa dan guru yang tidak sebanyak sekolah lain. Data pertama yang berhasil dikumpulkan peneliti mengenai jumlah keseluruhan siswa Madrasah Aliyah Pembangunan UIN Jakarta adalah sebagai berikut

Tabel 1

Kelas/tingkatan Jumlah siswa Jumlah Rombel

I 50 2 kelas

II 50 2 kelas

III 50 2 kelas

2. Tempat dan waktu

Penelitian ini juga terdapat pertimbangan lokasi. Lokasi yang dituju bertempat di Madrasah Pembangunan Aliyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang


(33)

22 berlokasi di Jl. Ibnu Sina II Komplek Dosen UIN Ciputat. Alasan mengambiltempat dilokasi ini adalah karena letaknya yang strategis dengan kampus UIN dimana peneliti dapat dengan mudah mengakses buku-buku penunjang penelitian.Selain itu, madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayalullah adalah salah satu madrasah favorite yang menjadi sumber penelitian pembelajaran setiap tahunnya.Kemudian rnengingat bahwa madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini adalah sebagai dasar tempat penelitian pendidikan yang sengaja diperuntukkan bagi mahasiswa pendidikan untuk mengembangkan riset dalam bidang pendidikan. Waktu yang dipilih peneliti dalam melakukan penelitian ini adalah berkisar dua hingga tiga minggu pada bulan februari alasan rnengarnbil waktu ini karena mengingat awal masuk siswa sehabis liburan yang terkadang belum mengalami pembelajaran yang normal, melihat penelitian ini tidak memakan waktu yang lama dan mengingat persiapan-persiapan yang harus dilakukan sekolah karena mempersiapkan siswa kelas XII yang akan segera menghadapi ujian akhir. Maka penelitian ini sengaja diminimalisir waktunya agar tidak mengganggu pekerjaan guru yang menjadi key informent dalam penelitian ini untuk berkonsentrasi pada tugas lainnnya.

B. Disain Penelitian

Disain yang digunakan dalam penelitian ini adalah disain diskriptif analisis. Disain penelitian deskriptif ini bertujuan untuk menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat mengenai fenomena-fenomena yang akan dijadikan bahan studi selanjutnya.

1. Metode Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu penelitian yang bertujuanmenggambarkan fenomena-fenomena sosial dari sudut atau persepektif partisipan


(34)

23

29

. Selain itu metode yang digunakan adalah metode diskriptif yang bertujuanuntuk menggambarkan atau melukiskan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.30

Metode deskriptif yang akan digunakan juga memiliki berbagai jenis seperti studi kasus, survey, studi perkembangan, studi tindak lanjut, analisis kecenderungan, studi korelasi, dan analisis dokumenter.31Dalam penelitian yang akan dilaksanakan ini peneliti menggunakan jenis survey dengan teknik pengumpulan data melalui angket, observasi, wawancara dan juga analisis dokumen silabus dan RPP. Penelitian kualitatif ini menghasilkan data diskriptif yang di kombinasikan dengan data kuantitatif. Dengan kata lain, penelitian kualitatif dapat dilaksanakan seeara bersamaan dengan kuantitatif, namun dengan pendekatan kualitatif sebagai pegangan utama

C. Aspek Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan hasil akhir berupa data deskriptif maka penelitian ini menggunakan aspek penelitian yaitu :

1. Pengembangan pembelajaran Kontruktiivisme pada PendidikanAgama Islam 2. Penerapan pembelajaran konstruktifisme dalam Pendidikan Agarna Islam

yang meliputi aspek kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. D. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan beberapa pengambilan dan pengumpulan data yaitu:

1. Observasi

Observasi yaitu kegiatan mengamati keadaan, kejadian sertaperubahan yang terjadi di lapangan penelitian. Observasi yang dilakukan

29

Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan (PT.Remaja Rosda Karya: Bandung, 2007) h. 94

30

Moh.Nadzir Ph.D, Metode Penelitian (Ghalia lndonesia:Bogor 2005) h. 54

31

Donald Ary,dkk., Pengantar Penelitian dolam Pendidikan. Penerjemah Dr.Arief Furchan (Usaha Nasional:Surabaya,t.t), h. 415


(35)

24 adalah observasi terbuka yaitu observasi atau pengamatan dengan langsung mencatat segala yang terjadi dan sedang diamati dalam proses pembelajaran.32Observasi ini tertuju kepada kegiatan pembelajaran antara guru dan murid pada Pendidikan Agama Islam, kelengkapan sarana dan fasilitas dalam memperlancar proses pembelajaran serta kondisi lingkungan sekolah yang dapat menstimulus siswa dalam pengembangan karakter dan potensinya.

2. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengambiJan data dengan caramemberikan pertanyaan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasana hal-hal yang dipandang perlu. Wawancara yang digunakan adalah wawancara terstruktur yaitu wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh peneliti dalam melaksanakan tugas wawancara.

Wawancara ini diperuntukkan kepada dewan guru khususnya guru Pendidikan Agama Islam, dan murid dalam partisipasinya sebagai subjek pembelajaran.

3. Analisis Dokumen

Dokument juga dapat menjadi sumber informasi dalam

melengkapipenelitian ini. Dokument-dokument yang dapat membantu penelitian antara lain adalah : silabus dan rencana pembelajaran Pendidikan Agama Islam.

4. Angket

32

Prof.Dr.Rochiyati Wiriatmadja, Metode Penelitian Tindakan Kelas (PT. Remaja Rosda Karya: Bandung.2006) h. 110


(36)

25 Angket diupayakan membantu peneliti untuk dapat menggabungkandata bagi penelitian.Selain itu angket juga dimaksudkan untuk menyesuaikan kebenaran data yang terjadi dilapangan.

Tabel 2 Kisi-kisi

Dimensi Indikator No. Butir

memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan

pengetahuan

-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teori pelajaran sesuai pemahaman siswa

-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi -Guru mempersilahkan siswa untuk

mengomentari mengenai teori yang telah ia dapatkan

1,2,3

Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa

-Guru menghargai hasil karya siswa -Guru memberikan penghargaan terhadap hasil karya siswa

4,5

Memperhatikan ide dan problem yang

dimunculkan oleh siswa

-Guru menstimulus pengetahuan siswa -Guru memperhatikan ide dan

permasalahan dalam kajian siswa

-Guru dan siswa saling bekerja sama dalam memberkan solusi pada problem yang dimunculan siswa.

6,7,8

Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa

-Guru tidak memaksakan teorinya kepada siswa

-Guru tidak berupaya menjadi yang paling benar dalam pengetahuannya

-Guru bersikap bijak dalam

mengeksplorasi pengetahuan siswa

9,10,11

Menciptakan proses -Guru mempersilahkan siswa untuk menganalisis hasil kajian teorinya sendiri


(37)

26

Inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen

-Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan praktek dari teori yang telah ia dapatkan.

-Siswa diberi kesempatan untuk melakukan uji teori terhadap hasil karyanya.

Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog

-Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

-Guru memberikan umpan kepada siswa untuk saling berdiskusi

-Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan pelajaran

15,16,17

Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil belajar

-Guru memberikan perhatian dalam proses pembelajaran yang sama besarnya dengan hasil pembelajaran.

-Guru selalu mendampingi siswa dalam melakukan interaksi belajar mengajar

18,19

Memperhatikan

kecenderungan sikap dan pembawaan siswa

-Guru memahami apa yang sering difahami siswa -Guru memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa

-Guru mengontrol segala perilaku siswa

20,21,22

Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif

-Guru mengajak siswa berdiskusi

-Guru mengajak siswa untuk bekerja sama dalam mencari solusi terhadap permasalahan yang didapati siswa

23,24,25

E. Teknik Analisis Data

Setelah melakukan pengumpulan data, pcneliti menindak lanjuti dengan analisis data. Beberapa teknik analisis data yang terdapat dalam penelitian


(38)

27 antara lain adalah: mengkode, catatan pinggir dan catatan reflektif, pembuatanmatriks, dan pembuatan tabulasi. 33

Tekhnik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini rnenggunakan teknik analisis dengan menggabungkan data-data yang telah terkumpulkemudian ditriangulasikan

Teknik pengkodean sendiri terdapat tiga tipe yaitu penama : adalah kodedeskriptif yang memberikan kode pada alinea, kedua interpretatif. Yangmemuat analisa lebih kompleks, ketiga adalah yang lebih infrensial dan menjelaskan. Alinea tersebut ternyata menunjukkan timbulnya (emerged)atau pola pada waktu peneliti memeriksa aspek-aspek kejadian lokal danrelasi-relasi lokal dihubungkan dengan motivasi tersebut.

33

Prof.Dr.Rochiyati Wiriatmadja,Metode Penelitian Tindakan Kelas.h.139; tekhnikanalisis ini juga terdapat dalam buku Moch. Nadzir P.hd. Metode Penelitian, (Ghalia Indonesia:Bogor,2005)h. 146-357.


(39)

28 BAD IV

HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Madrasah

1. Madrasah Aliyah Pembangunan

Madrasah Pernbangunan berdiri pada awal tahun 1972 oleh para panitiamadrasah komprehensif yang dibentuk oleh rektor IAIN (Sejak tahun 2002berubah nama menjadi UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof. H.M Toha YahyaOmar(alm)

Bulan Juni 1972, bertepatan dengan Lustrum IIIUIN Syarif Hidayatullah,dimulai pembangunan gedung madrasah yang ditandai dengan peletakkan batupertama oleh menteri Agama RI pada masa itu, yaitu Prof.H.A. Mukti Ali danrektor UIN SyarifHidayatuliah

Pada tanggaI 17 Nopember 1973, gedung madrasah diserah terirnakan daripirnpinan bagian proyek pembinaan bantuan untuk madrasah Swasta Pemda DKIJakarta kepada UIN Syarif Hidayatullah.

Pertama kali madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah (MP UIN)jakarta membuka tingkat ibtidaiyah. Jumlah muridnya haru 58 orang, terdiri darikelas satu sebanyak 43 orang kelas dua sebanyak delapan orang, kelas tiga sebanyak tujuh orang. Permulaan kegiatan bclajar mengajar dimulai pada tanggal 7 Januari 1974.tanggal 7 Januari inilah yang kemudian ditetapkan sebagai "hari kelahiran" MP UIN Jakarta.

Pada awal tahun 1977, MP UIN jakarta membuka tingkat tsanawiyah. Siswaangkatan pertama berjumlah 19 orang.Bulan Juli 1991 dibuka kelasjauh tingkatibtidaiyah di Pamulang.

Pada tahun pelajaran 2006/2007 MP UIN Jakarta kembali membuka tingkat aliyah.Jumlah peserta didik pada tahun pertama berjumlah 47 orang siswa yang dibagi dalam dua kelas.

Sesuai dengan keputusan rektor UIN syarif Hidayatullah, sejak awal September 1974 pembinaan MP UIN jakarta dilaksanakan oleh tim pembinaan yang dipimpin oleh dekan fakultas Tarbiyah. Tugas tim ini diantaranya


(40)

29 menyiapkan MP UIN Jakarta Jakarta sebagai madrasah laboratorium Fakultastarbiyah UIN Syarif Hidayatullah.

Pada tahun 1978, sesuai dengan keputusan dirjen Bimas Islam Depag RI. Nomor: Kep/D/03/1978, MP UIN Jakarta dinyatakan sebagai Madrasah Pilot Proyek Percontohan. Berdasarkan keputusan tersebut diselenggarakan kegiatanpenataran penulisan modul dan uji coba pembelajaran dengan sistem modul.

Sampai dengan tahun 1985, empat modul bidang study telah diujicobakan,yaitu AI-Qur'an Hadits, Bahasa Arab, Bahasa Indonesia dan Matematika.

Pada tahun 1988, sesuai dengan Keputusan Rektor UIN Syarif Hidayatullah Nomor 06 Tahun 1988, wewenang pembinaan dan pengelolaan MP UIN Jakarta, dilimpahkan kepada Yayasan Syarif Hidayatullah.Sedangkan pengembangan sebagai madrasah laboratorium dilaksanakan bersama-sama dengan FakultasTarbiyah UIN Syarif Hidayatullah.

Kini diusianya yang ke 34 tahun, siswa MP UIN Jakarta betjumlah 2.486 orang, yang terdiri dari siswa tingkat.

Pembangunan Madrasah Pembangunan UIN SyarifHidayatullah Jakarta tidak terlepas dari para maestro yang selalu persistance dan peduli terhadap generasi muda islam yakni pejabatIAIN Jakarta dan Depag. Pada masa itu, antara lain: Drs. H. Kafrawi Ridwan, Prof. Dr. H.A Rahman Partosentono, Drs. H. Husein Segaf, Drs. H. Bakran Yakob, Dr. 1-1. Agustiar, M.S,Drs. H.A. Muzak.kir, Drs. H.M Ali Hasan

Visi dan misi yang dimiliki oleh madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta juga berafiliasi terhadap Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Berikut ini adalah visi dan misi yang dibangun oleh Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah jakarta.

Visi

Menjadikan Madrasah Pembangunan UlN Syarif Hidayatullah Jakarta sebagai jenjang pendidikan dasar dan menengah yang unggul dan terkemuka dolam pembinaan keislaman, keilmuan dan keindonesiaan, dengan


(41)

30

mengapresiasi potensi-potensi anak serta perkembangan era globalisasi danperkembangan zaman.

Misi

2. Menyelenggarakan pendidikan yang akan melahirkan lulusan yang beriman dan bertakwa serta memiliki kemampuan kompetitif dan keunggulan komprehensif. 3. Melakukan pembinaan kesehatan fisik sehingga terbentuk keseimbangan antara kekuatan keilmuan dengan perkembangan jasmani siswa serta dapat melahirkan lulusan yang cerdas, kuat dan sehat.

4. Senantiasa melakukan inovasi kurikulum dengan aksentuasi pada pembinaan keislaman, sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderungan globalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia.

5. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan sebagai tenaga profesional yang menguasai aspek keilmuwan, keterampilan mengajar (skill teaching), kepribadian pedagogis serta komunikasi global yang dijiwai akhlak mulia.

6. Senantiasa melakukan pembinaan terhadap tenaga kependidikan yang profesional yang menguasai bidang ilmu yang mendukung tugasnya, etos kerja yang tinggi. serta kepribadian yang islami.

7. Mengupayakan tersedianya sarana prasarana dan fasilitas belajar mengajar yang dapat memberikan kesempatan kepada para siswa untuk dapat mengikuti kegiatan belajar seluas-luasnya. sehingga madrasah benar-benar berfungsi sebagai center oflearning

8. Melakukan pembinaan kemandirian dan teamwork melalui berbagai aktivitas belajar baik intra maupun ekstra kurikuler.

Tujuan


(42)

31 1. Terciptanya pendidikan yang dapat melahirkan lulusan yang beriman dan

bertakwa dengan kemampuan kompetitifserta kcunggulan komperatif.

2. Terwujudnya kurikulum yang memiliki kekuatan pada pembinaankeislaman. sains dan teknologi serta apresiatif terhadap kecenderunganglobalisasi dengan tetap berpijak pada kepribadian Indonesia dankemarnpuan potensi anak.

3. Tersedianya pendidik sebagai tenaga profesional yang menguasai bidangkeilmuan yang diasuhnya secara luas, mendalam dan komprehensif

sertamemiliki kemarnpuan untuk mengajarkan (teching skill)

berkepribadianpedagogis dan berakhlak mulia.

4. Tersedianya tenaga pendidikan profesional yang dalam melaksanakan tugasnya didukung oleh ilmu pengetahuan yang relevan, memiliki etoskerja, loyalitasdan dedikasi yang tinggi yang dilandasi akhlak mulia.

5. Tersedianya saraoa prasarana dan fasilitas sumber belajar yang dapatmemberi kesempatan kepada siswa untuk dapat belajar seluas-luasnya, sehingga sekolah benar-benar berfungsi sebagai center for learning.

6. Terwujudnya siswa yang memiliki kcseimbangan kekuatan jasmani danrohani serta kepekaan dan kepedulian sosial.

7. Terwujudnya siswa yang mandiri dan mampu melakukan teamworkmelalui berbagai aktifitas belajar baik intra maupun ekstra.

2. Larnbang

Madrasah pembangunan UIN Syarif Hidayatullah memiliki lambang yangterdiri dari unsur-unsur dan pengertian sebagai berikut:

1. Garis lengkung membentuk lima sudut melambangkan sila dan pancasila.


(43)

32

2. Dua bulu angsa yang pangkalnya berbentuk pana

melambangkankeilmuan.

3. Konfigurasi kubah masjid yang terbentuk dari lengkung bulu angsadan pita melambangkan keislaman.

4. Kitab AI-Qur'an yang terbentuk melambangkan keilmuan islam. 5. Garis 17 pada pita, garis 8 pada AI-Qur'an dan garis 45 pada

keduabelah bulu angsa melambangkan hari kemerdekaan

RepublikaIndonesia.

6. Tiga simpul pada pangkal bulu angsa melambangkan kesatuaniman, islam dan Ihsan.

7. Warna dasar hijau daun melambangkan kedamaian dan warnakuning pada garis lengkung melambangkan kemuliaan dankebesaran jiwa.

8. Gambar tugu Monument Nasional (Monas) di belakang

gambarAIQur'andan diantara duabulu angsa melambangkan

lokasiadministratif Madrasah Pembangunan UIN Syarif

Hidayatullahyaitu DKI Jakarta.

9. Tulisan Madrasah Pembangunan di atas bulu angsa dan UIN SyarifHidayatullah Jakarta berwarna hitam pada pita merupakan namalembaga.

3. Tenaga Educatif, dan kurikulum

Tenaga edukatif yang diperuntukan kepada siswa aliyah berasal dari tenaga-tenagaahli yang telah terseleksi sedemikian ketat.Standarisasi tenaga pengajar diMadrasah Pembangunan adalah sarjana lulusan S I dari dalam negeri maupun luarnegeri. Dibawah ini adalah tenaga-tenaga pengajar yang mendedikasikan dirinyaditingkat Madrasah Aliyah:

1. Eny R Rosyidatun.M.A 2. Ade Masturi. M.A


(44)

33 3. Iwan Permana Suwarna.M.Pd

4. Tonih Feronika, M.Pd 5. Abdul mu'in, M.Pd

6. Rahmiati Dewi Agustini, S.Sos 7. Zakariyah S.Pd.I

8. Tri Sunarsih, Dra 9. Wage Wardana, S.Pd 10. Dini Andriyani, SS 11. lsmah Maryam, S.Pd

12. Ahmad Shohibul Wafa S.Pd 13. FitriYuni Miralda Siregar, S.Pd 14. Tri Harjawati, S.Pd. M.Si 15. Wahyu Ramdani, S.Pd 16. Puti Nuryani, S.Pd 17. Denden Permana Sidiq 18. Zaki Mubarok S.Pd 19. Nidya Khoerina. S.Pd34

Madrasah Pernbangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta telah menetapkanciri khas sebagai landasan yang berpijak pada proses pembelajaran.

Trade markMP UIN Jakarta menitik beratkan pada basic sains, bahasa, dan akhlakul karimah.Dengan penetapan Trade Mark tersebut membawa konsekuensi logis padaperubahan kurikulum yang telah dilaksanakan sejak tahun

2003/2004.Hal iniadalah sebuah landasan peningkatan kualitas MP UIN dalam bidang prestasi danreputasi dalam melahirkan lulusan yang kompetitif dan handal.

Beberapa program yang terdapat dalam kurikulum Madrasah

Pembangunanadalah:

1. Program Pembinaan Kesiswaan Intrakurikuler

34

Madrasah Pembangunan UIN SyarifHidayatullah Jakarta, buku Panduan Siswa 2009.(Jakarta,MP UIN. 2009)


(45)

34 Program pembinaan kesiswaan intrakurikuler ini berisi bahan-bahankajianyang diambil sebagai pengembangan dari beberapamata pelajaran dan cakupan materinya meliputi:

a. AI-Qur'an Hadits b. Aqidah Akhlak c. Fiqih

d. PKn dan Bahasa Indonesia 8. Struktur Program dan Alokasi Waktu

Struktur program pembelajaran yang terdapat dalam Madrasah AliyahPembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta memiliki delapan belas matapelajaran yang semuanya diatur dalam struktur program dan alokasi waktu.Dalampembangianya, alokasi waktu Madrasah Aliyah ini menggunakan dua alokasi

waktu yaitu alokasi waktu yang mengikuti struktur program Madrasah AliyahPembangunan dan alokasi waktu yang mengikuti BSNP. Jika BSNP hanyamemberikan waktu kepada satu pelajaran sebanyak dua jam madrasah aliyahpembangunan menambah bobot waktunya menjadi 4 jam pelajaran. Semua inidapat diketahui dalam struktur program dan alokasi waktu yang terdapat dalamlampiran

Dalam visi misi dan juga tujuan Madrasah Pembangunan telah berupayamensinkronisasikan dalam pembelajaran konstruktifisme.Berawal dari dedikasipara pengajar dan juga latar belakang pendidikan para pengajar yang mumpuni dalam bidangnya.Dalam paparan visi dan misi, madrasah pembangunan bercitacitamenjadikan pembelajaran yang dilakukan memberikan hasil yang memuaskanpada lulusan-lulusannya untuk menjadi seorang compititor dalam bidang yangdikuasianya.

Dalam realisasinya pada Pendidikan Agarna Islam,

MadrasahPembangunan juga memiliki cita-cita yang mulia dalam

menghasilkanlulusan-lulusanyang bukan hanya unggul dalam bidang ilmu pengetahuan tetapi jugaakhlak dan keimanan.Karena akhlak dan keimanan adalah sebuah fondasi terbaikbagi para peserta didik yang kemudian diiringi oleh kemampuan dalam bidangilmu pengetahuan dan teknologi.


(46)

35 B. Analisis Data

Untuk memperoleh data, penulis menggunakan teknik analisis data yaitumenyebarkan angket kepada responden, wawancara kepada key informent yaitu

guru Pendidikan Agama Islam, studi dok..umentasi dan obseravasi.

Angket yang disebarkan kepada semua respondent berjumlah 44 yaitu keseluruhan dari kelas tiga aliyah baik dari kelas IPA maupun IPS. Yangberjumlah IPA : 24 dan IPS: 20. Data yang diperoleh kemudian diolah dengan

tabel distribusi frekuensi dengan menggunakan rumus :

P =

Hasil angket yang telah dimasukkan ke dalam tabel tabulasi yang merupakanproses mengubah data menjadi angka (presentase).Setelah hasil angket

diketahuikemudian disesuaikan dengan analisis dokument dan

observasilapangan.Sehingga terlihat kesimpulan terakhir yang akan dideskripsikan.

1. Hasil Angket Pengembangan Pembelajar Konstruktivisme Dalam Pendidikan Agama Islam

Tabel3.1

Guru Tidak Memberikan Kesempatan Siswa untuk Memahami Sendiri Materi Pelajaran


(47)

36

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

0 5 9 7

0% 23,81% 42,86% 33,33%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan table diatas dapat dilihat presentase yang keluar dari hasil angketyang telah tersebar kepada 21 siswa kelas sembilan Madrasah Pembangunan UINSyarif Hidayatullah Jakarta. Table pertma adalah hasil dan pernyataan negativedalam angket dapat diambil kesimpulan bahwva 42,86% mengatakan siswamengatakan kadang-kadang gurutidak memberikan kesempatan siswa untukmemahami materi pelajaran. Dan 33,33% siswa bahkan mengatakan tidak pernah guru di MP tidak memberikan kesempatan siswa untuk dapat memahami materipelajarannya. Dapat diambil satu kesimpulan bahwa guru Agama Islam diMadrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, memberikankesempatan kepada siswa uotuk memahami sendiri mateo pelajaran hanya sebataskadang-kadang

Tabel3.2

Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Bertanya dan Berdiskusi

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

19 2 0 0

90,48% 9,52%

0% 0%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan hasil table diatas.90% siswa menyatakan guru Agama IslamdiMP selalu memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya. 9,52 % siswa


(48)

37 menyatakan sering. Bahkan 0% siswa menyatakan kadang-kadang dan tidakpemah.

Tabel3.3

Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Berpendapat Dalam Materi Pelajaran

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

17 4 0 0

80,95% 19,05%

0% 0%

Jumlah 21 100%

Dalam table diatas menyatakan 80,95% siswa menyatakan guru agamaselalu memberikan kesempatan bagi siswa dalam berpendapat 19,05%menyatakan sering dan 0% menyatakan kadang-kadang bahkan tidak pernah.Dapat disimpulkan bahwa guru agama di sekolah Madrasah Pembangunan UINSyarif Hidayatullah selalu memberi kesempatan bagi siswanya untukmengeluarkan pendapatnya.

Tabel3.4

Guru Menghargai Jawaban Siswa Walaupun Tak Sejalan Dengan Guru

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

13 8 0 0

61,9% 38,1% 0% 0%


(49)

38 Tabel 3.4 menyatakan selalu ketika diungkapkan pernyataan perilaku gurudalam menghargai jawaban siswa ataupun jawaban tersebut taksejalan denganguru. Presentase yang keluar dan hasil angket ini berjumlah 6,19%. Sedangkan3,81% siswa menyatakan sering

Tabel3.5

Guru Tidak Memahami Pendapat Siswa

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

0 10

7 4

0% 47,62% 33,33% 19,05%

Jumlah 21 100%

Tabel prosentase diatas, rnenghasilkan fakla sekitar 47,62% siswamenyatakan sering guru tidak rnemahami pendapat siswa. Sedangkan 33,33%siswa menyatakan kadang-kadang, 19,05% siswa menyatakan tidak pernah dan0% menyatakan selalu.

Tabel3.6

Guru Mendorong Siswa untuk Memberikan Komentar dan PendapatSiswa

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

10 6 5 0

47,62% 28,57% 23,81%

0%


(50)

39 Dalam tabel diatas.sebanyak 47,62% siswa menyatakan selalu. Dalamartian,guru agama islam di Madrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakartaselalu mendorong siswanya untuk memberikan komentar dan pendapat.Sebanyak28,57% menyatakan sering dan 23,81% rnenyatakan kadang-kadang.

Tabel3.7

Guru Tidak Memperhatikan Ide, Komentar dan Pendapat Siswa SiswaDalamBelajar

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

0 4 11

6

0% 19,05% 52,38% 28,57%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan hasil distribusi label diatas, sebanyak 52,38% siswa rnenyatakanguru kadang-kadang tidak memperhatikan ide dan komentar siswa dalam belajar, sebanyak 19,05% menyatakan sering dan 28,57% siswa menyatakan tidak pernahtidak memperhatikan ide, komentar dan pendapat siswa dalam belajar. Bisadisimpulkan bahwa guru terkadang tidak memperhatikan ide, komentar danpendapat siswa dalam belajar.

Tabel3.8

Guru dan Siswa Saling Bekerja Sarma Dalam Memberikan Solusi PadaProblem yang Dimunculkan Siswa di Kelas

No Alternatif Jawaban F P


(51)

40 Sering

Kadang-kadang Tidak Pernah

11 2 0

52,38% 9,52%

0%

Jumlah 21 100%

Bekerjasama dalam memberikan solusi pada problem yang

dimunculkansiswa dikelas adalah upaya mengembangkan pembelajaran konstruktifisme.Pendapat dari para siswa yang rnenjadi respondent mengatakan 38, 1% selalu,52,38% mengatakan sering , 9,52% mengatakan kadang-kadang dan 0%mengatakan tidak pemah

Tabel3.9

Guru Memaksakan Pendapatnya Kepada Siswa

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

1 4 10

6

4,76% 19,05% 47,62% 28,57%

Jumlah 21 100%

Tabel 3.9 adalah tabel peryataan yang sengaja dibuat negatif. Hasilpenyebaran angket untuk pernyataan nomor 9 berhasil disimpulkan bahwa,

47,62% siswa menyatakan guru terkadang memaksakan pendapatnya

kepadasiswa, 19,05% menyatakan sering 4,76% siswa menyatakan selalu dan sebanyak28.57% menyatakan tidak pernah memaksakan pendapatnya kepada siswa.

Tabel3.10


(52)

41

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

5 11

4 1

23,81% 52,38% 19,05% 4,76%

Jumlah 21 100%

Dalam pembelajaran konstruktifisme, guru dituntut untuk menjadi fasilatator.Berarti dalam pembelajaran ini guru tidak boleh menganggap dirinya paling benarataupun lebih pintar dari siswa.Fakta yang terjadi dalam presentase sebanyak52,38% menyatakan sering guru agama berupaya menjadi yang paling benardalam pengetahuan. Sedangkan 23,81% menyatakan selalu dan 19,05%menyatakan kadang-kadang dan 4,76% menyatakan tidak pemah.

Tabel 3.11

Guru Tidak Bersikap Bijak Dalam Menanggapi Jawaban Siswa yang Beragam

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

1 5 9 6

4,76% 23,81% 42,86% 28,57%

Jumlah 21 100%

Tabel 3.11 adalah pernyataan negatif yang sengaja disusun didalam angket.Dari hasil penyebaran angket dalam label distribusi 3.11 menyatakan bahwa4,76% siswa menyatakan guru selalu tidak bersikap bijak dalam menanggapijawaban siswa yang beragam, 23.81% siswa menyatakan sering tidak bersikapbijak, 42.86% siswa menyatakan kadang-kadang dan 28.57% siswa menyatakantidak pernah.


(53)

42 Tabel3.l2

Guru Memberi Kesempatan Siswa untuk Mengamati Hasil Diskusinya Sendiri

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

13 7 1 0

61,9% 33,33%

4,76% 0%

Jumlah 21 100%

Berdasarkan tabel diatas sebanyak 61,9% siswa menyatakan guru selalumemberikan kesempatan siswa untuk mengamati hasil diskusi siswanya. 33,33%

siswa menyatakan sering, 4,76% siswa menyatakan kadang-kadang dan 0%menyatakan tidak pernah.

Tabel 3.13

Guru Memberikan Kesempatan Kepada Siswa untuk Dapat Melakukan Praktek dari Materi yang Telahia Dapatkan

No Alternatif Jawaban F P

1 Selalu

Sering Kadang-kadang

Tidak Pernah

7 9 5 0

33,33% 42,86% 23,81%

0%

Jumlah 21 100%

Memberikan kepada siswa untuk dapat melakukan praktek dari materi yangtelah ia dapatkan adalah salah salu wujud pengembangan konstruktifisme diMadrasah Pembangunan UIN Syarif Hidayarullah Jakarta. 33,33% siswamenyatakan selalu sedangkan 42,86% menyatakan sering, 23,81% menyatakankadang-kadang dan 0% tidak pernah. Hal ini berarti guru Pendidikan AgamaIslam memberi kesempatan siswa untuk dapat melakukan praktek dari materi


(1)

Angket pengembangan pembelajaran konstruktiflSme pada Pendidikan Agama Islam

Nama : _______________ Kelas : _______________

Petunjuk Umum:

1. Pengisian angket ini digunakan untuk keperluan skripsi (SI) UIN SyarifHidayatullah Jakarta

2. Jawaban angket ini bukan untuk menentukan benar atau salah dan dijaminkerahasiaanya

3. Jawaban dimohon sesuai dengan kenyataan dan keadaan yang sebenamya,bukan rekayasa

4. Beri tanda silang (X) padajawaban a,b,atau c yang sesuai dengan pengamatan Anda

1. Guru Tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami materipelajaransesuai dengan pe:mahaman siswa

a.Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

2. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

3. Guru memberikan kesempatkan kepada siswa untuk berpendapat dalam materipelajaran

a Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

4. Guru menghargaijawaban siswa walaupun tak sejalan dengan guru a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

5. Guru Tidak memahami pendapatsiswa

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

6. Guru mendorong siswa untuk memberikan komentar dan pendapat siswa a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

7. Guru tidak memperhatikan ide, komentar dan pendapat siswa-siswa dalam belajar


(2)

8. Guru dan siswa saling bekerja sama dalam memberikan solusi pada problem yang dimunculkan siswa di kelas

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

9. Guru memaksakan pendapatnya kepada siswa

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

10. Guru tidak berupaya menjadi yang paling benar dalam pengetahuannya a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

11. Guru tidak bersikap bijak dalam menanggapi jawaban siswa yang beragam a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

12. Gurumemberi kesempatan siswa untuk mengamati hasil diskusinya sendiri a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

13. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan praktekdanmateri yang telah ia dapatkan

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

14. Siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap hasildiskusinya dan hasil diskusi ternan-ternan lainya

a. Sering b. Kadang·kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

15. Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pemah

16. Guru memberikan pertanyaan sebagai pokok pennasalahan kepada siswauntuk salingberdiskusi

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

17. Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan pelajaran

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

18. Guru lebih menekankan pada hasil pembelajaran


(3)

19. Guru mendampingi siswa selalu dalam melakukan interaksi belajar mengajar a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

20. Guru memahami apa yang difahami siswa

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

21. Guru memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

22. Guru mengontrol segala perilaku siswa

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

23. Guru mengajak siswa berdiskusi

a. Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

24. Guru mengajak siswa untuk bekerja sarna dalam rnencari solusi terhadappermasalahanyang didapati siswa

a Sering b. Kadang-kadang c. Jarang d. Tidak Pernah

25. Guru Mengajar dengan metode ceramah

a.Sering b. Kadang-kadang c.Jarang d. Tidak pernah


(4)

NO DIMENSI

1 Memberikan peluang kepada siswa untuk menemukan pengetahuan

-guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami teori pembelajaran sesuai pemahaman siswa -guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya dan berdiskusi

-guru mempersilahkan siswa untuk mengomentari mengenai teori yang telah ia dapatkan

2 Memperhatikan serta mengapresiasi hasil kajian siswa

-guru menghargai hasil karya siswa

-guru memberikan penghargaan terhadap hasil karya siswa

3 Memperhatikan ide dan problem yang dimunculkan oleh siswa

-guru menstimulus pengetahuan siswa

-guru memperhatikan ide dan permasalahan dalam kajian siswa

-guru dan siswa saling bekerja sama dalam memberikan solusi pada problem yang dimunculkan siswa

4 Menghargai dan menerima eksplorasi pengetahuan siswa

-guru tidak memaksakan teorinya kepada siswa -guru tidak berupaya menjadi yang paling benar dalam pengetahuannya.

-guru bersikap bijak dalam mengeksplorasi pengetahuan siswa

5 Menciptakan proses inkuiri siswa melalui kajian dan eksperimen

-guru mempersilahkan siswa untuk menganalisis hasil kajian teorinya sendiri

-guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan praktek dan teori yang telah ia dapatkan.

-siswa diberi kesempatan untuk melakukan uji reori terbadap hasil karyanya.

6 Merangsang siswa untuk bertanya dan berdialog -guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa -guru memberikan umpan kepada siswa untuk saling berdiskusi

-guru mengaiak siswa untuk mendiskusikan pelajaran

7 Menganggap proses pembelajaran sebagai sesuatu yang sama pentingnya dengan hasil belajar

-guru memberikan perhatian dalam proses pembelajaran yang sarna besamya dengan hasil pembelajaran.

-guru mendampingi siswa selalu dalam melakukan interaksi belajar mengajar

8 Memperhatikan kecenderungan sikap dan pembawaan siswa

-guru memahami apa yang sering difahami siswa -guru memperhatikan sikap dan tingkah laku siswa -guru mengontrol segala perilaku siswa

9 Mendorong terbentuknya pembelajaran secara kooperatif

-guru mengajak siswa berdiskusi

-guru mengajak siswa untuk bekerja sama dalam mencari solusi terhadap permasalahan yang didapati siswa


(5)

NO INDIKATOR

JENIS PERNYATAAN (Kecenderungan) Positif Negatif 1 Guru tidak memberikan kesempatan kepada

siswa untuk memahami materi pelajaran sesuai dengan pemahaman siswa

V

2 Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bertanya dan berdiskusi V 3 Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk berpendapat dalam materi pelajaran V 4 Guru menghargai jawaban siswa walaupun

tak sejalan dengan guru V

5 Guru Tidak memahami pendapat siswa

V 6 Guru mendorong siswa untuk memberikan

komentar dan pendapat siswa V 7 Guru tidak memperhatkan ide, komentar dan

pendapat siswa-siswadalam belajar V 8 Guru dan siswa saling bekerja sarna dalam

memberikan solusi pada problem yang dimunculkan siswa di kelas

V

9 Guru memaksakan pendapatnya kepada

siswa V

10 Guru tidak berupaya menjadi yang paling

benar dalam pengetahuannya V 11 Guru tidak bersikap bijak dalam menanggapi

jawaban siswa yang beragam V

12 Guru memberi kesempatan siswa untuk


(6)

13 Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat melakukan praktek dati materi yang telah ia dapatkan

V

14 Siswa tidak diberi kesempatan untuk melakukan penilaian terhadap hasil diskusinya dan hasil diskusi teman-teman lainya

15 Guru memberikan kesempatan bertanya

kepada siswa V

16 Guru memberikan pertanyaan sebagai pokok permasalahan kepada siswa untuk saling berdiskusi

V

17 Guru mengajak siswa untuk mendiskusikan

pelajaran V

18 Guru lebih menekankan pada hasil

pembelajaran V

19 Guru mendampingi siswa selalu dalam

melakukan interaksi belajar mengajar V 20 Guru memahami apa yang difahami siswa V 21 Guru memperhatikan sikap dan tingkah laku

siswa V

22 Guru mengontrol segala perilaku siswa V 23 Guru mengajak siswa berdiskusi V 24 Guru mengajak siswa untuk bekerja sarna

dalam mencari solusi terhadap pennasalahan yang didapati siswa

V