Keluarga Sejahtera Tahap III KS-III adalah keluarga yang telah dapat memenuhi

indikator yang lebih baik dibandingkan variabel kebahagiaan, karena dapat lebih mudah melihat gap antara aspirasi dan tujuan yang ingin dicapai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesejahteraan sebjektif dipengaruhi oleh banyak faktor, baik faktor internal maupun eksternal. Penelitian yang dilakukan oleh Sumarwan dan Hira 1993 pada delapan negara bagian di Amerika Serikat menunjukkan tingkat kepuasan kesejahteraan finansial keluarga pedesaan dipengaruhi oleh faktor umur, pendapatan keluarga, aset, sikap perceived locus of control dan kecukupan pendapatan. Ada banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan yang dirasakan oleh seseorang atau sekelompok orang. Menurut Handoko 2000 yang dimaksud dengan tingkat kepuasan adalah suatu keadaan emosional yang menyenangkan atau tidak menyenangkan yang dirasakan seseorang atau sekelompok orang terhadap sesuatu yang diperolehnya, atau dengan kata lain tingkat kepuasan merupakan gambaran perasaan yang diperoleh dari suatu tindakan yang telah diperbuat Prasetyo 2004. Menurut Guhardja et al 1992, puas atau tidaknya seseorang dapat dihubungkan dengan nilai yang dianut oleh orang tersebut dan tujuan yang diinginkan. Apabila tujuan yang dicapai sesuai dengan nilai yang dianut maka diharapkan kepuasan akan terpenuhi. Kepuasan merupakan output yang telah diperoleh akibat kegiatan suatu manajemen. Ukuran kepuasan ini dapat berbeda-beda untuk setiap individu atau berdifat subjektif. Bryant 1990 mengatakan bahwa kegiatan rumah tangga yang dapat diartikan sebagai penggunaan sumberdaya keluarga baik sumberdaya manusia maupun fisik, dimana kedua sumberdaya tersebut dapat memberikan kepuasan bagi rumah tangga baik secara langsung maupun tidak langsung. Contohnya, bekerja akan memberikan kepuasan secara tidak langsung sedangkan konsumsi dan hiburan dapat memberikan kepuasan secara langsung. Ditambahkannya pula bahwa rumah tangga memperoleh kepuasan dari konsumsi barang dan jasa serta menggunakan sumberdaya yang terbatas itu untuk memperoleh akses bagi mereka. Sehingga dapat disimpulkan bahwa rumah tangga atau keluarga dengan melalui segala pengorbanan cost dari segala keputusan yang diambil . Kegiatan yang dilakukan tujuan akhirnya adalah mencapai kepuasan minimal sama dengan pengorbanan yang dilakukan. Rice dan Tucker 1976 mengemukakan bahwa dalam studi tentang keluarga, analisis tentang konsep kepuasan terhadap perkawinan atau rumah tangga banyak berhubungan dengan bagaimana pola pengambilan keputusan yang berlaku dalam keluarga tersebut. Konsep kepuasan dalam perkawinan berhubungan dengan dua aspek