Bidang Sosial Kemasyarakatan Kesejahteraan subjektif adalah kesejahteraan keluarga petani yang diukur

”Bapak selain bertani juga membuat dan menjual telur asin. Telur biasanya sudah ada yang mengirim dengan harga Rp. 1 000,00 butir, rata-rata setiap minggu bapak bisa membuat dan menjual sekitar 500 butir telur. Proses pembuatan telur asin dilakukan setelah bapak bekerja di sawah, saya terkadang ikut membantu. Bapak menjual telur ini ke kawasan Cikapundung, selain itu ada juga langganan yang mengambil telur asin untuk dijual kembali.” Kegiatan di luar sektor pertanian ini ditujukan untuk menambah pendapatan keluarga, karena pendapatan dari sektor pertanian dirasakan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Hasil penelitian Sitorus 1992 menyebutkan bahwa peranan wanita dalam ekonomi rumah tangga nelayan miskin tidak terbatas pada aspek sumbangan uang tunai saja, tetapi juga mencakup aspek manajemen ekonomi rumah tangga. Manajemen keuangan rumah tangga nelayan miskin itu sepenuhnya berada di tangan istri. Tidak terdapat perbedaan yang nyata p0,05 dalam pembagian kerja di sektor publik antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura. Kegiatan di bidang sosial kemasyarakatan pada lebih dari separuh contoh keluarga petani padi 52 dan lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani hortikultura 68 dilakukan bersama-sama oleh suami maupun istri Gambar 22. Kegiatan pengajian, arisan, PKK serta Posyandu lebih banyak diikuti oleh istri. Kegiatan pengajian terdiri dari pengajian istri-istri dan pengajian bapak-bapak yang dilaksanakan dalam waktu yang berbeda di mesjid atau mushola yang tersebar di tiap RW, namun kegiatan ini lebih banyak dilakukan oleh istri. Dalam kegiatan arisan persentase istri yang ikut dan tidak ikut dalam kegiatan ini hampir berimbang Tabel 37. Sebagian istri yang mengikuti arisan mengatakan bahwa arisan itu seperti menabung, namun karena terbatasnya pendapatan sebagian istri lainnya memilih tidak ikut arisan, karena tidak memiliki uang untuk membayar arisan. Manfaat ekonomi yang diperoleh dari kegiatan arisan ini berkenaan dengan terbukanya kemungkinan untuk membiayai kebutuhan yang biayanya agak besar. Penerimaan dari arisan bisanya dimanfaatkan untuk keperluan pendidikan anak, dan membeli perabotan. Dalam kegiatan Posyandu sebagian besar istri menyatakan tidak terlibat dalam kegiatan tersebut, karena sudah tidak memiliki anak usia balita. Kegiatan gotong royong biasanya dilakukan untuk membangun fasilitas bersama, seperti membangun mushola atau memperbaiki jalan desa. Kegiatan ini lebih banyak diikuti oleh suami, keterlibatan istri sebatas menyediakan makanan bagi para suami yang ikut kerja bakti yang dilakukan secara bergotong royong juga. Dalam kegiatan selamatan atau perayaan lain istri bersama dengan suami ikut terlibat membantu penyelenggaraan acara tersebut. Jika ada tetangga atau kerabat yang hendak menyelenggarakan hajatan istri dan suami sama-sama turut membantu Tabel 37. 38 16 52 68 6 6 4 10 10 20 30 40 50 60 70 Suami dominan Setara Istri dominan Lainnya Petani Padi Petani Hortikultura Gambar 22 Sebaran contoh menurut kategori pembagian kerja di bidang sosial kemasyarakatan Pada keluarga petani padi, sebagian besar suami terlibat dalam kegiatan kelompok tani, karena kegiatan kelompok tani di wilayah ini cukup aktif. Pertemuan rutin dalam kegiatan kelompok tani biasanya membahas masalah-masalah seputar aktivitas usahatani serta kegiatan penyuluhan teknis mengenai kegiatan pertanian yang dilakukan oleh penyuluh lapangan. Sebaliknya sebagian besar petani hortikultura tidak terlibat dalam kegiatan kelompok tani, karena kelompok tani di wilayah ini hanya sekedar nama dan sudah tidak aktif. Menurut penuturan contoh, lebih dari satu dekade terakhir sudah tidak ada kegiatan penyuluhan yang dilakukan oleh Dinas terkait dalam rangka peningkatan hasil pertanian. Dalam kegiatan rapat warga, baik pada tingkat dusun, RT, RW atau desa, yang lebih banyak terlibat adalah suami Tabel 37. Dari hasil di atas dapat disimpulkan bahwa anggota keluarga yang terlibat dalam kelembagaan formal maupun non formal itu tidak hanya suami tetapi juga istri. Hasil penelitian Sitorus 1992 menunjukkan bahwa pada masyarakat nelayan wanita cenderung lebih aktif dalam lembaga kesejahtraan asli seperti pengajian, perkumpulan kematian dan arisan. Manfaat yang diperoleh dari keterlibatan dalam lembaga kesejahteraan asli yaitu : 1 manfaat ekonomi : sumber modal untuk produksi dan konsumsi serta tabungan; 2 manfaat sosial : peningkatan pengetahuan dan kebersamaan solidaritas. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dalam pembagian peran di bidang sosial kemasyarakatan antara keluarga petani padi dan keluarga petani hortikultura p0,05 Secara keseluruhan perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor publik pada hampir separuh contoh keluarga petani padi 48 dan pada lebih dari separuh contoh keluarga petani hortikultura 62 termasuk dalam kategori sedang. Tidak terdapat perbedaan yang nyata p0,05 mengenai perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor publik antara keluarga petani padi dan hortikultura Tabel 38. Kegiatan di bidang usahatani dan non usahatani lebih didominasi oleh suami, karena suami memiliki tanggung jawab yang lebih besar dalam mencari nafkah bagi keluarganya, istri turut terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan. Tabel 38 Sebaran contoh menurut perspektif gender dalam pembagian kerja di sektor publik Perspektif Gender Keluarga Petani Padi Keluarga Petani Hortikultura Rendah bias gender 0 – 33,33 Sedangberperspektif gender 33,34-66,67 Tinggi responsif gender 66,68 - 100 8 44 48 38 62 Rata-rata skor 61,55 66,00 Uji beda t 0,164 Curahan Waktu dalam Keluarga Petani Padi dan Hortikultura Pola curahan waktu dalam keluarga dapat dilihat berdasarkan curahan waktu untuk kegiatan domestik mengurus anak, melakukan pekerjaan rumah tangga dan mendampingi anak belajar; kegiatan produktif dalam bidang usahatani dan non usahatani, kegiatan sosial kemasyarakatan mengikuti organisasi sosial, berinteraksi dengan tetangga, melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan personal perawatan diri, istirahat serta waktu luang. Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa secara umum curahan waktu istri untuk mengurus anak dan melakukan pekerjaan rumah tangga lebih tinggi dibandingkan dengan suami, baik pada keluarga petani padi maupun keluarga petani hortikultura. Hal ini sejalan dengan tingginya curahan waktu suami untuk mencari nafkah di luar rumah. Namun dalam hal mendampingi anak belajar alokasi waktu yang dicurahkan oleh suami dan istri hampir seimbang banyaknya. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata p0,05 pada curahan waktu yang digunakan suami dan istri petani padi dan hortikultura untuk melakukan kegiatan domestik Lampiran 12. Dalam kegiatan produktif suami lebih banyak menghabiskan waktu di luar rumah untuk mencari nafkah. Istri biasanya ikut membantu suami di sawah atau kebun dan biasanya hanya dilakukan sampai siang hari saja Tabel 39. Hasil penelitian Hart 1978 yang diacu dalam Saleha 2003 mengungkapkan bahwa curahan waktu yang dihabiskan perempuan di daerah desa pertanian di Jawa Barat untuk mencari nafkah adalah sekitar 11- 12 persen dari seluruh waktu nya dalam sehari. Dibandingkan dengan kondisi tersebut, curahan waktu yang digunakan oleh istri pada keluarga petani padi dan hortikultura di daerah pinggiran perkotaan untuk bekerja masih lebih tinggi, yaitu sekitar 18,50 persen untuk istri petani padi dan 20,33 persen untuk istri petani hortikultura. Hal ini dikarenakan, 124 selain para istri ikut membantu suami di sawah atau kebun, istri juga memiliki pekerjaan sampingan. Hasil uji beda menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata p0,05 pada curahan waktu yang digunakan suami dan istri petani padi dan hortikultura untuk melakukan kegiatan usahatani dan non usahatani Lampiran 12. Curahan waktu yang digunakan suami dan istri petani hortikultura untuk melakukan kegiatan usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan curahan waktu yang digunakan oleh suami dan istri petani padi. Sebaliknya pada kegiatan non usahatani, curahan waktu yang digunakan suami dan istri pada petani padi untuk melakukan kegiatan produktif di bidang non usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan curahan waktu yang digunakan oleh suami dan istri petani hortikultura Tabel 39. Hal ini menunjukkan kesempatan yang dimiliki keluarga petani padi untuk melakukan kegiatan non usahatani lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga petani hortikultura. Dalam melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan curahan waktu istri secara umum lebih tinggi dibandingkan dengan suami, karena istri lebih banyak terlibat dalam organisasi sosial seperti pengajian atau arisan dan juga lebih banyak berinteraksi dengan tetangga Tabel 39. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata p0,05 antara curahan waktu yang digunakan suami dan istri petani padi untuk melakukan kegiatan sosial kemasyarakatan dibandingkan dengan curahan waktu yang digunakan oleh suami dan istri petani hortikultura Lampiran 12. Tabel 39 Rata-rata curahan waktu suami dan istri pada keluarga petani padi dan hortikultura Kategori Waktu Petani Padi n = 50 Petani Hortikultura n = 50 Suami Istri Suami Istri Jam hari Jam hari Jam hari Jam hari

a. Kegiatan domestik - mengasuh anak

1,18 4,92 2,26 9,42 1,56 6,51 2,26 9,42 - melakukan pekerjaan rumah tangga 1,20 5,00 3,60 15,00 1,23 5,13 4,26 17,73 - mendampingi anak belajar 0,64 2,67 0,62 2,58 0,68 2,83 0,48 2,00 Sub jumlah waktu 3,02 12,59 6,48 27,00 3,37 26,11 6,64 28,97

b. Kegiatan produktif - kegiatan usahatani

6,34 26,42 3,18 13,25 7,89 32,86 4,33 18,06 - kegiatan non usahatani 1,72 7,17 1,26 5,25 0,52 2,17 0,52 2,17 Sub jumlah waktu 8,06 33,59 4,44 18,50 8,08 35,03 4,85 20,23

c. Kegiatan sosial kemasyarakatan 1,48

6,17 2,14 8,92 1,39 5,78 1,90 7,92

d. Kegiatan personal - perawatan diri

1,06 4,42 1,18 4,92 1,17 4,89 1,29 5,38 - istirahat 7,56 31,50 7,18 29,92 7,56 31,51 7,24 30,16 Sub jumlah waktu 8,62 35,92 8,36 34,84 8,73 36,40 8,53 35,54

e. Waktu luang

2,78 11,58 2,56 10,67 1,97 8,19 1,71 7,14 Penggunaan waktu untuk kegiatan personal, seperti perawatan diri dan juga istirahat antara suami dan istri pada keluarga petani padi dan hortikultura tidak begitu jauh berbeda, contoh rata-rata memiliki 7 jam per hari untuk beristirahat. Hasil uji beda menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata p0,05 antara curahan waktu yang digunakan suami dan istri petani padi untuk melakukan kegiatan personal dibandingkan dengan curahan waktu yang digunakan oleh suami dan istri petani hortikultura Lampiran 12. Waktu luang yang dimiliki suami dan istri dalam sehari juga tidak jauh berbeda, namun waktu luang yang dimiliki suami dan istri petani padi lebih tinggi dibandingkan waktu luang yang dimiliki suami dan istri petani hortikultura Tabel 39. Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa istri biasanya menggunakan sebagian besar waktu luang untuk menonton TV. Tingkat Kesejahteraan Kesejahteraan Objektif : Tingkat Kesejahteraan Berdasarkan Indikator BKKBN Hampir seluruh keluarga petani padi 96 dan keluarga petani hortikultura 92 makan minimal dua kali sehari. Dikarenakan terbatasnya penghasilan, dalam hal memilih menu contoh lebih mengutamakan kuantitas daripada kualitas, bagi contoh yang terpenting adalah perut ”kenyang” dan kurang memperhatikan aspek gizi nya. Lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi 70 mengkonsumsi daging, telur atau ikan minimal satu minggu sekali, sedangkan lebih dari separuh contoh keluarga petani hortikultura 58 tidak mengkonsumsi daging, telur atau ikan minimal satu minggu sekali, contoh lebih banyak mengkonsumsi ikan asin sebagai lauk, terkadang diselingi oleh tahu atau tempe. Telur merupakan sumber protein hewani bagi sebagian besar keluarga contoh, karena harganya lebih terjangkau dibandingkan dengan daging atau ikan sehingga mereka lebih sering mengkonsumsinya dibandingkan dengan daging dan ikan, meskipun dalam frekuensi yang sangat jarang, sekitar 1-2 kali per minggunya. Meskipun memiliki penghasilan yang terbatas, namun sebagian besar contoh keluarga petani padi 88 dan lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani hortikultura 70 tetap mengusahakan untuk membeli pakaian baru setidaknya sekali satu tahun, biasanya pada saat hari raya, terutama bagi anak-anak mereka, oleh karena itu seluruh keluarga contoh memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas sehari-hari Tabel 40. 126 Dilihat dari kondisi tempat tinggal, sebagian besar keluarga contoh 96 keluarga petani padi dan 88 keluarga petani hortikultura sudah menempati rumah yang sebagian besar lantainya bukan terbuat dari tanah. Hal ini juga dapat dilihat pada penjelasan terdahulu pada Tabel 23. Lebih dari separuh contoh keluarga petani padi 54 menempati rumah dengan luas 8 m 2 untuk setiap anggota keluarga, sedangkan pada lebih dari separuh contoh keluarga petani hortikultura 60, rata-rata setiap penghuninya menempati luas lantai 8 m 2 Tabel 40. Hal ini disebabkan oleh luas tempat tinggal keluarga yang terbatas, karena mahalnya harga lahan di daerah pinggiran perkotaan. Kondisi ini menyebabkan sebagian besar keluarga hanya mampu membeli lahan seacra terbatas untuk membangun rumah, kondisi ini pula yang menyebabkan sebagian anak yang sudah menikah tetap tinggal bersama orangtuanya karena keluarga muda ini juga tidak mampu memenuhi kebutuhan akan papan bagi keluarganya. Tabel 40 Sebaran contoh berdasarkan kriteria kesejahteraan BKKBN Pernyataan Keluarga Petani Padi n=50 Keluarga Petani Hortikultura n=50 Ya Tidak Ya Tidak Makan 2 kali hari 4 96 8 92 Lantai sebagian besar dari tanah 4 96 12 88 Tidak mempunyai pakaian yang berbeda 100 100 Makan dagingtelurikan minimal 1 minggu sekali 70 30 42 58 Membeli baju baru minimal sekali setahun 88 12 70 30 Luas lantai rumah rata-rata 8 m 2 per anggota keluarga 46 54 60 40 Dilihat dari berbagai indikator kesejahteraan bidang ekonomi versi BKKBN dalam Tabel 40 di atas, dapat disimpulkan bahwa lebih dari dua per tiga contoh keluarga petani padi 68 dan sebagian besar keluarga petani hortikultura 86 termasuk dalam kategori keluarga tidak sejahtera. Jumlah keluarga yang termasuk dalam kriteria keluarga sejahtera lebih banyak terdapat pada keluarga petani padi dibandingkan dengan keluarga petani hortikultura Tabel 41. Tabel 41 Sebaran contoh berdasarkan tingkat kesejahteraan objektif : indikator BKKBN Kriteria Kesejahteraan Petani Padi n=50 Petani Hortikultura n=50 n n Tidak sejahtera Sejahtera 34 16 68 32 43 7 86 14 Total 50 100 50 100 127