Zonasi Kawasan Wisata Analisis status terumbu karang untuk pengembangan wisata bahari di desa Teluk Buton Kabupaten Natuna:

16 kawasan yang keanekaragaman spesiesnya tinggi dan jumlah karang, ikan dan organisme lainnya yang banyak dan sedikit manusia. Dengan jumlah kawasan yang terbatas, kawasan yang rusak sampai yang sering dikunjung, maka perhatian akan semakin fokus pada sisa kawasan yang berkualitas tinggi. Jumlah maksimum penyelampengunjung secara keseluruhan harus diatur dan dibenahi melalui monitoring dengan pengaturan untuk mengatasi dampak- dampak yang berhubungan maupun tidak dengan penyelaman sehingga setiap kawasan dapat pulih dan terbebas dari gangguan.

2.9 Zonasi Kawasan Wisata

Secara ideal harus ada kemampuan material dan kemampuan bisnis profesional untuk menyediakan wisata yang berkualitas dengan tipe yang spesifik misalnya wisata laut, penjelajahan sungai, menyelam, lintas alam, atau peternakan dengan suatu izin untuk beroperasi di suatu wilayah tertentu Wallance 1995 diacu dalam Fennel 1999. Untuk memperbaiki suatu kawasan wisata yang dilindungi dari pengunjung wisata, maka zonasi harus dilakukan, baik untuk melindungi sumber-sumber daya dan untuk memberikan keragaman pengalaman-pengalaman yang tersedia bagi pengunjung. Dengan cara yang sama, pemantauan harus melihat kepada dampak positif dan negatif, baik terhadap lingkungan biofisik dan terhadap pengalaman pengunjung. Driver et al. 1987; Graefe et al. 1990; Stankey et al. 1985. Wallance 1995 diacu dalam Fennel 1999 mengilustrasikan kemungkinan dan kebutuhan akan zonasi, maka akan nampak suatu spektrum zonasi yang bervariasi secara hipotesis untuk wilayah ekowisata. Spektrum zonasi tersebut antara lain: o Pedesaan. Pedesaan mungkin mencakup semua wilayah yang bersebelahan dengan taman wisata, dimana taman wisata tersebut bekerja dengan pemilik lahan perorangan untuk mengembangkan kegiatan-kegiatan wisata. o Zonasi Intensifrekreasi. Zonasi ini mungkin mencakup areal-areal rekreasi yang berkembang di taman wisata dekat masyarakat lokal atau lokasi-lokasi 17 yang berkaitan dengan taman wisata tapi berada di dalam komunitas masyarakat. Zona ini dirancang untuk pengunjung dalam jumlah besar. o Zona Intensifalami. Zona ini akan mencakup lokasi-lokasi kunjungan dengan nilai-nilai yang menyolok dalam hal kehidupan liar, ekosistem, atau riwayat kultural dan natural, tetapi dengan kendala sumberdaya yang hanya bertaraf sedang-sedang saja. Zona ini cenderung mengarah pada lokasi-lokasi dengan berbagai jarak dari kota-kota pelabuhan. o Zona Ekstensif natural. Zona ini akan mencakup lokasi-lokasi dengan nilai- nilai yang menonjol dalam hal kehidupan liar, ekosistem, serta nilai sejarah kultural atau natural, dengan kendala sumber daya yang lebih bersifat spesifik terhadap lokasi. Lokasinya mempunyai jarak yang bervariasi dari kota-kota pelabuhan. o Semiprimitif. Zona ini mencakup wilayah-wilayah pedalaman atau pantai- pantai yang terpencil, yang biasanya pada pulau-pulau yang lebih besar yang tidak berpenghuni. Zona ini berjarak lebih dari 1 mil dari setiap jalan atau wilayah pantai yang bisa dilalui kendaraan bermotor. o Asliilmiah. Zona ini merupakan pulau-pulau atau bagian-bagian pulau dimana nilai ekosistemnya adalah tertinggi dengan tanpa atau sangat sedikit introduksi-introduksi spesies eksotik. Untuk melindungi suatu kawasan wisata dari pengunjung wisata maka perlu dilakukan zonasi. Hal ini untuk untuk melindungi sumberdaya maupun memberikan keragaman pengalaman bagi pengunjung. Zonasi merupakan pembagian kawasan berdasarkan potensi dan karakteristik sumberdaya alam untuk kepentingan perlindungan dan pelestarian serta pemanfaatan guna memenuhi kebutuhan manusia secara berkelanjutan. Zonasi merupakan alat yang paling umum bagi pengelolaan kawasan yang dilindungi untuk memisahkan kawasan yang pemanfaatannya bertentangan, serta untuk pengelolaan kawasan dengan manfaat ganda Mac Kinnon et al. 1986 diacu dalam Purnama 2005, sedangkan Bengen 2001 menyatakan bahwa penetapan zonasi kawasan adalah pengelompokan areal suatu kawasan ke dalam zona-zona sesuai dengan kondisi fisik dan fungsinya. Zonasi bertujuan untuk mengoptimalkan fungsi ekologi dan 18 ekonomi ekosistem suatu kawasan sehingga dapat dilakukan pengelolaan dan pemanfaatan kawasan secara berkelanjutan. Menurut MCRMP-DKP 2004 diacu dalam Helmi 2007 zona merupakan suatu kawasan yang mempunyai kemampuan dan karakteristik yang sama untuk suatu peruntukan yang sesuai di daratan dan laut. Zonasi bertujuan untuk membagi wilayah darat dan laut dalam kawasan yang sesuai dengan peruntukan dan kegiatan yang bersifat saling mendukung compatible serta memisahkannya dari kegiatan yang bersifat bertentangan incompatible. Prinsip penetapan zonasi adalah : 1 Sumberdaya alam maupun budaya memiliki karakteristik dan toleransi tertentu untuk dapat dintervensi, dan 2 Pengelola harus dapat melakukan sesuatu untuk memelihara dan mempertahankan karakteristik dan kemampuan tersebut untuk menjamin tercapainya tujuan pengelolaan dari penggunaan sekarang maupun yang akan datang Basuni 1987 diacu dalam Purnama 2005. Menurut Yulianda 2007, zonasi di kawasan ekowisata bahari terbagi atas empat bagian. Pertama, zona inti yang bertujuan melindungi satwa dan ekosistem yang sangat rentan sehingga pengunjung dilarang untuk masuk ke dalam. Kedua, zona khusus atau pemanfaatan terbatas dengan tujuan khusus bagi peneliti, pencinta alam, petualang, penyelam. Jumlah pengunjung terbatas dengan ijin dan aturan-aturan khusus agar tidak menimbulkan gangguan terhadap ekosistem. Ketiga , zona penyangga. Merupakan kawasan penyangga yang dibuat untuk perlindungan terhadap zona-zona inti dan khusus. Dapat dimanfaatkan terbatas untuk ekowisata dengan batasan minimal gangguan terhadap zona inti dan khusus. Keempat, zona pemanfaatan. Ditujukan untuk pengembangan kepariwisataan alam, termasuk pengembangan fasilitas-fasilitas wisata alam dengan syarat kestabilan bentang alam dan ekosistem, resisten terhadap berbagai kegiatan manusia yang berlangsung di dalamnya.

2.10 Sistem Informasi Geografis SIG