30 kawasan wisata bahari snorkeling dan diving secara lestari, atau hanya
mempunyai faktor pembatas yang kurang berarti dan tidak terpengaruh secara nyata terhadap kondisi kawasan tersebut, serta tidak menambah masukan
input untuk dikembang sebagai objek wisata bahari. 2
Kelas S2 : Sesuai Suitable : kawasan ekosistem terumbu karang yang
mempunyai pembatas agak berat untuk pemanfaatan sebagai kawasan wisata bahari secara lestari. Faktor pembatas tersebut akan mengurangi pemanfaatan
kawasan tersebut, sehingga diperlukan upaya tindakan-tindakan tertentu dalam membatasi pemanfaatan dan mengupayakan konservasi dan
rehabilitasi.
3.4.4 Analisis penzonasian kawasan terumbu karang
Analisis penzonasian kawasan atau arahan pengeloaan pada penelitian ini, yaitu arahan pengembangan kawasan wisata bahari Bakorsurtanal 1996; Arifin,
2001: Yulianda 2007. Pendekatan analisis keruangan dengan Sistem Informasi Geografis SIG, dengan menggunakan software Arc View Ver.3.3.
3.4.5 Analisis nilai visual foto komunitas karang
Untuk menentukan nilai visual pengembangan wisata bahari yaitu menggunakan metode Scenic Beauty Estimation SBE. Tahapan yang dilakukan
dalam menentukan nilai SBE ini di awali dengan penentuan titik pengamatan, pengambilan foto, seleksi foto, penilaian oleh responden. Adapun tahapan dalam
penentuan nilai SBE, yaitu : a.
Penentuan hamparan titik pengamatan dan pengambilan foto, yaitu lokasi pengamatan yang memiliki nilai kesesuaian wisata snorkeling dan diving
kategori S1 sangat baik dan S2 baik. Pengambilan foto yaitu hamparan karang serta organisme yang berasosiasi dengan karang di stasiun penelitian.
b. Seleksi foto, yaitu foto yang akan dipresentasikandiperlihatkan pada
responden merupakan hasil seleksi dari seluruh foto yang diambil. Seleksi dilakukan dengan memilih foto yang dianggap dapat mewakili
keanekaragaman ekosistem terumbu karang yang dilihat hamparan karang di stasiun penelitian. Untuk mengurangi bias akibat pengaruh cahaya perairan,
maka dilakukan editing dengan menggunakan software ACDSee, sehingga
31 diharapkan foto yang dipresentasikan pada responden memiliki kualitas
gambar yang sama dengan aslinya. c.
Penilaian oleh responden, yaitu: Responden yang dipilih wisatawan asinglokal, pelaku wisata selam atau penyelam yang memiliki sertifikasi
selam A1. Jumlah responden yang pilih sebanyak 50 orang. Penilaian oleh responden dalam bentuk memperlihatkan foto yang telah dipilih dalam bentuk
kuisioner dan penayangan LCD Proyektor dalam bentuk presentasi. Dari setiap foto yang ditampilkan responden akan menilai setiap foto yang
ditampilkan dengan memberikan skor 1 sampai 10, dimana skor 1 menunjukkan nilai yang paling tidak disukai dan skor 10 merupakan nilai
yang paling disukai. d.
Perhitungan nilai visual dengan menggunakan Metode SBE diawali dengan tabulasi data, perhitungan frekuensi setiap skor f, perhitungan frekuensi
kumulatif cf dan cumulative probabilities cp. Selanjutnya dengan menggunakan Tabel z ditentukan nilai z untuk setiap nilai cp. Khusus untuk
nilai cp=1.00 atau cp = z=± digunakan rumus perhitungan cp= 1 – 12n atau cp = 12n Bock dan Jones 1968 diacu dalam khakim 2009. Rata-rata
nilai z yang diperoleh untuk setiap fotonya kemudian di masukkan dalam rumus SBE sebagai berikut :
SBEx = Zx – Zo 100 Dimana :
SBEx = nilai penduga nilai keindahan pemandangan lanskap ke–x Zx = nilai rata-rata z untuk lanskap ke-x
Zo = nilai rata-rata suatu lanskap tertentu sebagai standar Untuk sebaran apabila dibuat klasifikasi menjadi 3 yaitu nilai SBE tinggi,
sedang dan rendah dengan menggunakan jenjang sederhana simplified rating menurut Sutrisno Hadi 2001 diacu dalam khakim 2009 dengan rumus:
Nilai tertinggi – nilai terendah I =
Jumlah kelas
32
3.4.6 Analisis nilai daya dukung kawasan