Perbedaan kelimpahan sel pada awal kultivasi dalam setiap perlakuan dikarenakan inokulan yang dimasukan ke dalam setiap perlakuan berasal dari
kultur inokulan yang berbeda. Hal tersebut dilakukan karena kultivasi pada setiap perlakuan tidak dilakukan secara bersamaan.
Berdasarkan data pada tabel 2, dapat dilihat bahwasannya kelimpahan laju pertumbuhan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. pada perlakuan kontrol secara
umum memiliki laju pertumbuhan kelimpahan sel yang rendah dibandingkan dengan perlakuan pemberian gas karbondioksida. Hal tersebut diduga bahwa
karbondioksida yang diberikan berfungsi sebagai bahan utama dalam proses fotosintesis mikroalga sehingga dapat meningkatkan laju proses fotosintesis yang
mengakibatkan meningkatnya kelimpahan sel Nannochloropsis sp.. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Chiu et al. 2008 pemberian
gas karbondioksida pada kultivasi Nannochloropsis sp. dengan konsentrasi 5 vv mampu meningkatkan jumlah kelimpahan sel Nannochloropsis sp. hingga
50 dibandingkan dengan kelimpahan sel Nannochloropsis sp. yang hanya diberi perlakuan aerasi.
4.1.1 Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp
Perlakuan Kontrol
Kelimpahan sel Nannochloropsis sp terus mengalami peningkatan dari awal kultivasi hingga hari ke-6 kultivasi. Kelimpahan sel Nannochloropsis sp.
pada perlakuan kontrol mencapai puncak kelimpahan sel pada hari ke-6 kultivasi dengan nilai sebesar 10,23 x 10
6
selml. Hal tersebut menunjukkan terjadinya perubahan fase pertumbuhan dari fase lag pada awal kultivasi. Nilai laju
pertumbuhan maksimum pada perlakuan kontrol yaitu sebesar µ= 0,58 pada hari
ke-3 kultivasi. Hal tersebut didukung oleh faktor fisika kimia perairan yang mendukung pertumbuhan mikroalga, dengan suhu rata-rata pada media kultivasi
sebesar 29
o
C dan pH rata-rata sekitar 8,5. Puncak kelimpahan sel pada perlakuan kontrol merupakan puncak
kelimpahan sel terendah dibandingkan dengan puncak kelimpahan sel pada perlakuan dengan pemberian gas karbondioksida. Puncak kelimpahan sel
Nannochloropsis sp. pada perlakuan P1 memiliki puncak kelimpahan sel sebesar 14,52 x 10
6
selml pada hari ke-5, sedangkan pada perlakuan P2 memiliki puncak kelimpahan sel sebesar 11,30 x 10
6
selml pada hari ke- 5 kultivasi. Setelah mencapai puncak kelimpahan sel pada hari ke-6, pertumbuhan
mikroalga terus mengalami perlambatan pertumbuhan. Fase stasioner diduga terjadi kurang dari waktu 24 jam, sehingga setelah mengalami fase perlambatan
pertumbuhan mikroalga selanjutnya mengalami fase kematian. Penurunan pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp. diduga akibat semakin menurunnya
jumlah nutrien dalam media kultivasi yang telah habis digunakan pada saat jumlah Nannochloropsis sp. meningkat. Pemberian nutrien dalam proses kultivasi ini
hanya diberikan satu kali pada masa awal kultivasi. Nutrien merupakan salah satu faktor penting yang dapat memacu pertumbuhan mikroalga.
4.1.2 Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp.
Perlakuan P1
Pada kultivasi mikroalga perlakuan P1, kelimpahan sel pada masa awal kultivasi sebesar 1,47 x 10
6
selml dan terus mengalami peningkatan kelimpahan sel hingga mencapai puncak kelimpahan sel pada hari ke-5 kultivasi sebesar
14,52 x 10
6
selml. Hal tersebut menunjukkan adanya perubahan fase
pertumbuhan dari fase lag pada awal kultivasi menjadi fase eksponensial. Nilai laju pertumbuhan maksimum µ= 1,07 teramati pada hari ke-1 kultivasi. Puncak
kelimpahan sel pada perlakuan ini merupakan puncak kelimpahan sel terbesar dibandingkan dua perlakuan lainnya.
Setelah mencapai puncak kelimpahan sel pada hari ke-5. Pertumbuhan mikroalga terus mengalami penurunan dan kemudian mengalami fase kematian.
Penurunan pertumbuhan mikroalga Nannochloropsis sp. diduga disebabkan oleh semakin menurunnya jumlah nutrien pada media kultivasi karena nutrien hanya
diberikan satu kali di awal kultivasi, selain faktor nutrien kandungan karbondioksida terlarut yang melebihi nilai 60 mgL dapat menghambat
pertumbuhan organisme akuatik Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003. Nilai konsentrasi karbondioksida terlarut telah melebihi kisaran nilai 60 mgL sejak
hari ke-4 kultivasi. Secara rata-rata kandungan karbondioksida terlarut pada perlakuan ini berada pada kisaran 58,8 mgL. Nilai karbondioksida terlarut
mempengaruhi nilai pH media kultivasi, secara umum kisaran pH berada pada rentang 6,1-7,4.
Pada perlakuan P1 memiliki puncak kelimpahan sel tertinggi dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Hal tersebut diduga karena pada perlakuan P1
mikroalga mampu menyerap gas karbondioksida dengan baik, hal tersebut terbukti pada konsentrasi gas karbondioksida yang tersisa dari total gas karbondioksida
yang diinjeksikan yaitu pada kisaran 2 - 5. Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi proses penyerapan gas karbondioksida oleh suatu organisme
fotosintesis Salisbury,1995. Pada perlakuan P1 nilai suhu rata-rata kultivasi sebesar 28,87 °C. Hal tersebut membuktikan bahwa mikroalga merupakan
organisme yang dapat mengkonversi gas karbondioksida secara efesien Khoo et al., 2011. Pemberian gas karbondioksida pada proses kultivasi mikroalga dapat
dijadikan sebagai bahan dalam proses fotosintesis sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan mikroalga Lin et al., 2012.
4.1.3 Kelimpahan Sel dan Laju Pertumbuhan Spesifik Nannochloropsis sp.