dengan perlakuan kontrol. Pemberian gas karbondioksida pada proses kultivasi mikroalga dapat dijadikan sebagai bahan fotosintesis yang akan difiksasi dan
selanjutnya dikonversi menjadi biomassa Lin et al., 2012.
4.2.1 Biomassa dan Laju Pertumbuhan Biomassa Nannochloropsis sp.
Perlakuan Kontrol
Biomassa Nannochloropsis sp. pada massa awal kultivasi sebesar 0,15 grL, nilai biomassa terus mengalami peningkatan hingga hari ke -4 dengan nilai laju
pertumbuhan terbesar sebesar μ = 0,30 grL pada hari ke-4 kultivasi.
Peningakatan biomassa Nannochloropsis sp. dari massa awal kultivasi hingga hari ke-4 kultivasi telah menunjukkan adanya perubahan fase pertumbuhan dari fase
lag menuju fase eksponensial. Pada hari ke-5 kultivasi biomassa mikroalga mengalami penurunan sebesar
0,03 grL, hal ini diduga menunjukkan mulai terjadinya fase perlambatan pertumbuhan pada Nannochloropsis sp.. Puncak biomassa mikroalga
Nannochloropsis sp terjadi pada hari ke-6 kultivasi sebesar 0,34 grL dengan nilai laju pertumbuhan biomassa µ= 0,21 grLhari. Fase stasioner dari pertumbuhan
mikroalga ini diduga terjadi dalam waktu kurang dari 24 jam sehingga setelah mencapai puncak biomassa mikroalga yang terlihat hanya fase perlambatan
pertumbuhan yang bergerak menuju fase kematian. Penurunan biomassa mikroalga ini tentunya tidak terlepas oleh pengaruh dari kelimpahan sel yang ikut mengalami
penurunan pertumbuhan. Biomassa mikroalga pada massa akhir kultivasi mencapai titik biomassa mikroalga terendah yaitu sebesar 0,11 grL.
4.2.2 Biomassa dan Laju Pertumbuhan Biomassa Nannochloropsis sp.
Perlakuan P1
Pada kultivasi mikroalga Nannochloropsis sp. dengan perlakuan P1, biomassa mikroalga pada masa awal kultivasi sebesar 0,25 grL dan terus
mengalami peningkatan biomassa hingga hari ke-5 kultivasi sebesar 0,45 grL. Hal ini menunjukkan adanya perubahan fase pertumbuhan mikroalga
Nannochloropsis sp. dari fase lag menuju fase eksponensial. Nilai laju pertumbuhan biomassa maksimum sebesar
μ = 0,46 grLhari pada hari ke-4 kultivasi. Nilai biomassa maksimum pada perlakuan ini merupakan nilai
biomassa maksimum dari ke-3 perlakuan yang dilakukan, hal ini tidak jauh berbeda antara kelimpahan sel dimana nilai kelimpahan sel maksimum dari
seluruh perlakuan ada pada perlakuan ini. Secara rata-rata pada perlakuan dengan pemberian gas karbondioksida sebesar 120 cchari mampu meningkatkan
biomassa hingga 31 dari perlakuan kontrol. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chiu et al. 2008 perlakuan
pemberian gas karbondioksida pada konsentrasi 2 vv terhadap Nannochloropsis sp. memiliki hasil biomassa yang lebih baik dengan nilai
produktivitas biomassa sebesar 0,48 grLhari dibandingkan dengan pemberian gas karbondioksida pada konsentrasi 5 vv yang memiliki produktivitas
biomassa sebesar 0,37 grLhari. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Chiu et al. 2008 terhadap mikroalga lain jenis Chorella sp. menunjukkan bahwa dengan
pemberian gas karbondioksida yang terlalu berlebih menghasilkan produktivitas biomassa yang lebih rendah.
Setelah mencapai puncak biomassa pada hari ke-5, pertumbuhan biomassa mikroalga terus mengalami penurunan dan kemudian mengalami fase
kematian. Nilai biomassa pada akhir kultivasi mikroalga sebesar 0,17 grL dengan nilai konstanta laju pertumbuhan biomassa mikroalga mengalami
penurunan sebesar -0,50 grLhari. Penurunan pertumbuhan biomassa mikroalga Nannochloropsis sp. disebabkan oleh semakin menurunnya kelimpahan sel yang
diduga oleh semakin menurunya jumlah nutrien pada media kultivasi, selain faktor nutrien kandungan karbondioksida terlarut yang telah melebihi nilai kisaran
60 grL dapat menghambat pertumbuhan organisme akuatik Boyd , 1988 dalam Effendi, 2003.
4.2.3 Biomassa dan Laju Pertumbuhan Biomassa Nannochloropsis sp.