Analisis Serangan Hama Wereng Coklat Menggunakan Hubungan EVI

7

2.5 Analisis Serangan Hama Wereng Coklat

menggunakan Parameter Iklim Penyebab terjadinya serangan hama sangat berfluktuatif dengan dinamika iklim. Peubah iklim yang mempengaruhi meluasnya serangan hama wereng coklat diketahui dengan cara menghitung nilai korelasi pearson antara luas serangan hama wereng coklat dengan parameter iklim seperti curah hujan, suhu udara maksimum, suhu udara minimum, kelembaban udara maksimum dan kelembaban udara minimum. Hasil analisis menunjukkan bahwa parameter iklim berkorelasi cukup baik dengan luas serangan hama wereng coklat hanya pada kejadian tahun 1998, yaitu saat anomali iklim la-nina terjadi. Parameter iklim yang mempunyai korelasi lebih dari 0.4 adalah : curah hujan, suhu maksimum, suhu maksimum 2 minggu sebelum kejadian, suhu minimum, suhu minimum 2 minggu, 4 minggu dan 6 minggu sebelum kejadian, kelembaban maksimum, kelembaban minimum, kelembaban minimum 2 minggu sebelum kejadian, kelembaban rata-rata, dan kelembaban rata- rata 2 minggu sebelum kejadian Susanti, 2008.

2.6 Analisis Serangan Hama Wereng Coklat Menggunakan Hubungan EVI

dan LST Analisis daerah yang teserang wereng coklat dalam wilayah yang sangat luas memerlukan suatu metode agar penanggulangan dapat dilakukan secara tepat dan efektif. Salah satu metode yang dapat dilakukan ialah dengan memanfaatkan teknologi remote sensing. Parameter iklim yang berkorelasi dengan serangan hama wereng coklat ialah curah hujan, suhu udara dan kelembaban. Analisis serangan hama wereng coklat menggunakan pendekatan remote sensing digunakan data EVI dan LST dengan menganalisis hubungan EVI dan LST saat terjadi serangan hama wereng coklat. Pada suatu lahan indeks vegetasi akan meningkat seiring dengan menurunnya suhu permukaan LST. Hal ini berkaitan dengan kemampuan vegetasi untuk mengatur suhunya melalui perpindahan panas laten yaitu perpindahan panas melalui evapotranspirasi. Radiasi yang diserap dan jumlah air yang tersedia di suatu permukaan lahan merupakan dua unsur utama yang mengatur suhu permukaan. Pada saat ketersediaan air menjadi minim baik di lahan yang bervegetasi maupun tidak, maka suhu permukaan akan meningkat Parwati, 2008. Secara teoritis plot antara Indeks Vegetasi dan LST berbentuk seperti segitiga. Batas garis atas segitiga diasumsikan sebagai batas kering dry edge, sedangkan batas garis bawah sebagai batas basah wet edge. Posisi piksel pada scatter plot menunjukkan kondisi kelembaban lahan. Piksel yang berada dekat dengan garis batas kering akan lebih rendah lengas lahannya dibandingkan dengan piksel yang berada di dekat garis batas basah wet edge. Skema Hubungan NDVI – Ts mengilustrasikan mekanisme biofisik suatu lahan Gambar 3. Kemiringan slope grafik pada hubungan antara LST dan NDVI berkaitan dengan laju evapotranspirasi, resistansi stomata vegetasi, dan kondisi lengas tanah. . Gambar 3. Skema hubungan NDVI – TS Sanholt et al dalam Parwati, 2008 8 Pada permukaan lahan yang mempunyai tingkat NDVI tinggi, perubahan suhu permukaan LST tidak begitu nyata karena vegetasi mampu untuk mengatur air. Hubungan antara LST dan NDVI adalah negatif, yang berarti semakin tinggi suhu permukaan maka indeks vegetasinya menurun Hung and Yasuoka; Sandholt et al, dalam Parwati,2008. Skema hubungan indeks vegetasi dengan suhu permukaan biasa digunakan dalam penentuan Temperature Vegetation Dryness Index TVDI. Formula TDVI dapat dilihat pada persamaan: � = LST −LST � LST �� −LST � …… 7 LSTmin merupakan suhu permukaan minimum yang disebut dengan batas basah. LST adalah suhu permukaan yang diamati pada suatu pixel. LSTmax adalah suhu permukaan maksimum untuk nilai NDVI tertentu LSTmax = a + b NDVI. Koefisien a, b merupakan nilai intersep dan slope pada garis linear yang mencerminkan batas kering dry edge pada Gambar Skema hubungan NDVI - TS Parwati, 2008. Analisis serangan hama wereng coklat pada tanaman padi menggunakan data satelit Terra MODIS dilakukan dengan pendekatan hubungan EVI dan LST yang peka terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman, suhu permukaan, dan penutupan lahan. III. METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian