Fisiologi Payudara Anatomi dan Fisiologi Payudara .1 Anatomi Payudara

1. Pertumbuhan dan involusi kelenjar payudara yang berhubungan rapat dengan umur. Pada waktu lahir payudara merupakan suatu sistem saluran yang bermuara ke mamilla. Beberapa hari sesudah lahir sebagian besar bayi-bayi dari kedua seks menunjukkan pembesaran kelenjar payudara sedikit dan mulai bersekresi sedikit mengeluarkan kolostrum yang menghilang sesudah kira- kira satu minggu kemudian, kelenjar payudara kembali dalam keadaan infatil, tidak aktif Prawirohardjo, 2009. Dengan permulaan pubertas antara 10-15 tahun, areola membesar dan lebih mengandung pigmen. Payudara pun menyerupai satu “cakram”. Pertumbuhan kelenjar akan berjalan terus sampai umur dewasa hingga berbentuk seperti kuncup. Hal ini terjadi di bawah pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat. Terutama yang tumbuh ialah jaringan lemak dan jaringan ikat di antara 15-20 lobus payudara, saluran-saluran lobus tidak banyak tumbuh. Biasanya payudara sudah sempurna terbentuk setelah haid mulai Prawirohardjo, 2009. 2. Perubahan kelenjar payudara yang berhubungan dengan haid Pada waktu haid payudara agak membesar dan tegang dan pada beberapa wanita timbul rasa nyeri mastodenia. Perubahan ini kiranya ada hubungan dengan perubahan vaskular dan limfogen. Berhubung dengan itu janganlah mengambil keputusan terhadap kelainan payudara pada waktu haid, karena mungkin kita akan memutuskan biopsi yang sebenarnya tidak perlu dikerjakan. Apalagi dalam keadaan ragu-ragu, lebih baik keputusan ditangguhkan sampai pemeriksaan sesudah haid selesai Prawirohardjo, 2009. 3. Perubahan kelenjar payudara waktu hamil dan laktasi Beberapa minggu sesudah konsepsi timbul perubahan-perubahan pada kelenjar payudara. Payudara jadi penuh, tegang, areola lebih banyak mengandung pigmen dan puting sedikit membesar. Pada awal trimester kedua mulai timbul sistem alveolar; baik duktus-duktus maupun asinus- asinus menjadi hipertrofi di bawah pengaruh estrogen dan progesteron yang kadarnya meningkat, alveolus-alveolus mulai terisi cairan, yakni kolostrum di bawah pengaruh prolaktin. Karena inhibisi estrogen progesteron, kolostrum tidak tidak dikeluarkan, hanya pada bulan-bulan terakhir dapat dikeluarkan beberapa tetes. Sesudah persalinan kolostrum keluar dalam jumlah yang besar, dan lambat laun diganti dengan air susu, jikalau bayi disusui dengan teratur. Biasanya sesudah 24 jam mulai dikeluarkan air susu biasa dan sesudah 3-5 hari produksinya teratur Prawirohardjo, 2009. Banyak wanita jaman sekarang tidak mau menyusui bayinya, karena menurut mereka, menyusui membuat kelenjar payudara lembek dan menggantung. Ini tidak benar, kelenjar payudara kalau sudah berfungsi, menyusui bayi atau tidak, akan mengalami perubahan lambat laun. Akan tetapi satu hal harus diingat, menurut pengalaman Hagenson, pada wanita yang menyusui bayinya kurang mendapat kanker atau cystic disease of breast daripada mereka yang tidak menyusui Prawirohardjo, 2009.

2.6 Kanker Payudara

2.6.1 Pengertian Kanker Payudara

Kanker payudara merupakan penyakit yang disebabkan oleh sel ganas kanker yang tumbuh pada jaringan payudara, biasanya duktus saluran yang membawa susu ke puting dan lobulus kelenjar yang menghasilkan susu. Sel kanker dikarakteristikkan dengan pembelahan sel yang tidak terkontrol dan kemampuan sel-sel ini untuk invasi jaringan normal secara lokal atau menyebar melalui tubuh, yang melalui prosesnya disebut metastasis National Cancer Institute, 2011.

2.6.2 Etiologi dan Faktor Resiko

Tidak seperti kanker leher rahim yang dapat diketahui etiologi dan perjalanan penyakitnya secara jelas, penyakit kanker payudara belum dapat dijelaskan. Akan tetapi, banyak penelitian yang menunjukkan adanya beberapa faktor yang berhubungan dengan peningkatan faktor resiko atau kemungkinan terjadinya kanker payudara. Faktor-faktor itu disebut faktor resiko. Perlu diingat, apabila seorang perempuan mempunyai faktor resiko, bukan berarti perempuan tersebut pasti akan menderita kanker payudara, tetapi faktor tersebut akan meningkatkan kemungkinannya untuk terkena kanker payudara. Banyak perempuan yang mempunyai satu atau beberapa faktor resiko tetapi tidak pernah menderita kanker payudara sampai akhir hidupnya Rasjidi, 2009. Faktor resiko yang utama berhubungan dengan keadaan hormonal estrogen dominan dan genetik. Penyebab terjadinya keadaan estrogen dominan karena beberapa faktor resiko di bawah ini dan dapat digolongkan berdasarkan : a. Faktor yang berhubungan dengan diet : Kemenkes, 2010 Faktor resiko ini dapat dibagi dua yaitu faktor resiko yang memperberat terjadinya kanker dan yang mengurangi terjadinya kanker. 1. Beberapa faktor yang memperberat seperti : a Peningkatan berat badan yang bermakna pada saat pasca menopause b Diet ala barat yang tinggi lemak western style c Minuman beralkohol 2. Faktor resiko yang mempunyai dampak positif seperti : a Peningkatan konsumsi serat b Peningkatan konsumsi buah dan sayur b. Hormon dan faktor reproduksi 1. Menarche atau menstruasi pertama pada usia relatif muda kurang dari 12 tahun. Ketika seorang wanita mengalami menstruasi lebih awal, rentang waktu antara perkembangan payudara dengan kehamilan cukup bulan pertama kali biasanya lebih lama dari pada wanita yang menstruasi kemudian. Selama waktu ini, jaringan payudara immatur, lebih aktif dan rentan terhadap pengaruh hormon. 2. Menopause atau mati haid pada usia relatif lebih tua lebih dari 50 tahun 3. Nulliparabelum pernah melahirkan 4. Melahirkan anak pertama pada usia relatif lebih tua lebih dari 30 tahun. Ketika sel payudara dibentuk ketika remaja, sel-sel tersebut immatur dan sangat aktif hingga mengalami kehamilan cukup bulan pertama

Dokumen yang terkait

Pengaruh Pengetahuan dan Motivasi Terhadap Sikap Remaja Putri yang Melakukan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) Sebagai Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMA Negeri 1 Marbau Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2014

5 92 121

Determinan Perillaku Sadari Remaja Putri dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMK Negeri 8 Medan Tahun 2014

6 61 118

Pengaruh Pendidikan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara di SMK Bisnis Manajemen Administrasi Perkantoran Bina Satria Medan Tahun 2010

1 92 88

PENGARUH PELATIHAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN, SIKAP DAN CARA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA PADA Pengaruh Pelatihan Sadari Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Siswi SMK Dwija Dharma Boyolali.

1 3 16

SKRIPSI PENGARUH PELATIHAN SADARI TERHADAP PENGETAHUAN, Pengaruh Pelatihan Sadari Terhadap Pengetahuan, Sikap Dan Deteksi Dini Kanker Payudara Pada Siswi SMK Dwija Dharma Boyolali.

0 2 10

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SADARI sebagai Alat Deteksi Dini Kanker Payudara 2.1.1 Deteksi Dini - Efektifitas Metode Simulasi terhadap Pengetahuan dan Sikap Remaja Putri tentang Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara dengan SADARI di SMA Negeri 1 dan SMA Citra

0 1 34

II. PENGETAHUAN RESPONDEN TENTANG SADARI - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 0 34

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penyuluhan Kesehatan 2.1.1 Pengertian Penyuluhan Kesehatan - Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun

0 1 34

Pengaruh Penyuluhan Kesehatan Tentang Sadari Terhadap Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Dalam Upaya Deteksi Dini Kanker Payudara Di Smk Negeri 3 Tebing Tinggi Tahun 2015

0 3 12

PENGARUH PENGETAHUAN DAN MOTIVASI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI YANG MELAKUKAN PEMERIKSAAN PAYUDARA SENDIRI (SADARI) SEBAGAI UPAYA DETEKSI DINI KANKER PAYUDARA DI SMA NEGERI 1 MARBAU KABUPATEN LABUHANBATU UTARA TAHUN 2014 SKRIPSI

0 0 13