Sumber data Teknik Pengumpulan Data

dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok bahasan, karena seringkali satu ayat pokok bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutan pada ayat lain. 11 Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur yang ditempuh dalam metode tah lili ini adalah sebagai berikut: a. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan sebagaimana urutan dalam al- Qur’an. b. Menjelaskan asbab an-nuzul ayat ini dengan menggunakan keterangan yang diberikan oleh Hadis bi ar- riwayah. c. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya. d. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain, atau dengan menggunakan Hadis Rasulullah saw. atau dengan menggunakan penalaran rasional atau berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah pendekatan. e. Menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaan dengan hukum mengenai suatu masalah atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat tersebut. 12 Dilihat dari segi pendekatannya, metode tafsir tah lili ini ada yang menggunakan sandaran pada hadis-hadis Rasulullah saw. yang selanjutnya disebut tafsir bi al- Ma’śûr dan ada yang menggunakan sandaran pada penalaran atau pendapat akal yang disebut dengan tafsir bi al- ra’yi. 13 11 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1998, h. 219 12 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Prenada Media Group, 2011, Cet. I, h. 169 13 Ibid., h. 169 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Tafsir Surat al-An’am ayat 74-79

1. Teks dan Terjemah Ayat

                                                                                                 “ 74. Dan ingatlah di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya, Aazar, Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata. 75. Dan Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan kami yang terdapat di langit dan bumi dan kami memperlihatkannya agar Dia Termasuk orang yang yakin. 76. Ketika malam telah gelap, Dia melihat sebuah bintang lalu Dia berkata: Inilah Tuhanku, tetapi tatkala bintang itu tenggelam Dia berkata: Saya tidak suka kepada yang tenggelam. 77. Kemudian tatkala Dia melihat bulan terbit Dia berkata: Inilah Tuhanku. tetapi setelah bulan itu terbenam, Dia berkata: Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaKu, pastilah aku Termasuk orang yang sesat. 78. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, Dia berkata: Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar. Maka tatkala matahari itu terbenam, Dia berkata: Hai kaumku, Sesungguhnya aku