Jenis Penelitian Pendidikan keimanan: kajian tafsir surat al-an’am ayat 74-79

amat kritis dalam proses penelitian. Adapun analisis data ini terbagi dua yaitu analisis statistik dan nonstatistik. 6 Dalam analisis data ini, penulis menggunakan analisis nonstatistik yaitu data yang memiliki sifat verbal berupa ungkapan-ungkapan. 7 Dalam proses analisis data, penulis menggunakan metode deskriptif-analisis yaitu memberikan gambaran tentang data yang dianalisis dengan cara mengumpukan data, analisis data kemudian menarik kesimpulan. Adapun metode tafsir yang digunakan dalam pembahasan ayat adalah metode tafsir tah lili analisis, menurut Hamka Hasan metode tafsir tah lili yaitu suatu metode tafsir yang bermaksud menjelaskan kandungan ayat- ayat alqur’an dari seluruh aspeknya. Penafsir memulai uraiannya dengan menyebutkan arti kata- kata diikuti dengan penjelasan mengenai arti ayat. Ia juga mengemukakan munasabah korelasi ayat-ayat serta menjelaskan hubungan maksud ayat-ayat tersebut satu sama lain. 8 Menurut Quraish Shihab munasabah yaitu adanya keserupaan dan kedekatan di antara berbagai ayat, surah dan kalimat yang mengakibatkan adanya hubungan. Hubungan tersebut dapat berbentuk keterkaitan makna antar ayat dan macam-macam hubungan atau kemestian dalam pikiran nalar. 9 Penafsir juga membahas mengenai asbabun nuzul, yaitu sesuatu yang melatar belakangi turunnya satu ayat atau lebih, sebagai jawaban terhadap suatu peristiwa atau menceritakan sesuatu peristiwa, atau menjelaskan hukum yang terdapat dalam peristiwa tersebut. 10 Adapun kelebihan dari metode tah lili ini antara lain adanya potensi untuk memperkaya arti kata-kata melalui usaha penafsiran terhadap kosa kata ayat, syair-syair kuno dan kaidah-kaidah ilmu nahwu. Penafsirannya menyangkut segala aspek yang dapat ditemukan oleh mufassir dalam setiap ayat. Analisi ayat dilakukan secara mendalam sejalan dengan keahlian, kemampuan dan kecenderungan mufassir. Sementara kelemahan metode tah lili ini, walaupun 6 Punaji Setyosari, Op. Cit., h. 209 7 Ibid, h. 209 8 Hamka Hasan, Metodologi Penelitian Tafsir Hadist, Jakarta: Lembaga Penelitian Uin Syarif Hidayatullah Jakarta, 2008, h. 4 9 Abu Anwar, Ulumul Qur’an; Sebuah Pengantar, Jakarta: Amzah, 2009, Cet. III, h. 61 10 Dawud Al- Aţţar, Ilmu Al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Hidayah, 1994, Cet. I, h. 127 dinilai luas, namun tidak menyelesaikan pokok bahasan, karena seringkali satu ayat pokok bahasan diuraikan sisinya atau kelanjutan pada ayat lain. 11 Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Abuddin Nata, prosedur yang ditempuh dalam metode tah lili ini adalah sebagai berikut: a. Bermula dari kosa-kata yang terdapat pada setiap ayat yang akan ditafsirkan sebagaimana urutan dalam al- Qur’an. b. Menjelaskan asbab an-nuzul ayat ini dengan menggunakan keterangan yang diberikan oleh Hadis bi ar- riwayah. c. Menjelaskan munasabah atau hubungan ayat yang ditafsirkan dengan ayat sebelum atau sesudahnya. d. Menjelaskan makna yang terkandung pada setiap potongan ayat dengan menggunakan keterangan yang ada pada ayat lain, atau dengan menggunakan Hadis Rasulullah saw. atau dengan menggunakan penalaran rasional atau berbagai disiplin ilmu sebagai sebuah pendekatan. e. Menarik kesimpulan dari ayat tersebut yang berkenaan dengan hukum mengenai suatu masalah atau lainnya sesuai dengan kandungan ayat tersebut. 12 Dilihat dari segi pendekatannya, metode tafsir tah lili ini ada yang menggunakan sandaran pada hadis-hadis Rasulullah saw. yang selanjutnya disebut tafsir bi al- Ma’śûr dan ada yang menggunakan sandaran pada penalaran atau pendapat akal yang disebut dengan tafsir bi al- ra’yi. 13 11 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 1998, h. 219 12 Abuddin Nata, Studi Islam Komprehensif, Jakarta: Prenada Media Group, 2011, Cet. I, h. 169 13 Ibid., h. 169