perdagangan dan jasa dalam lingkup wilayah, sehingga perlu dilakukan penilaian tingkat kerentanan. Analisis ini didasarkan pada keberadaan lokasi perdagangan dan
jasa di kawasan Kelurahan Tanjung Mas. Nilai kerentanan keberadaan kawasan perdagangan dan jasa diambil berdasarkan jumlah bangunan perdagangan dan jasa,
bukan detail keberadaan kawasan perdagangan tersebut tergolong sebagai kawasan atau bukan kawasan perdagangan. Data yang didapat dari Rencana Detail Tata Ruang
Kota RDTRK Semarang Tahun 2010-2030 diketahui bahwa kawasan Kelurahan Tanjung Mas terdapat beberapa lokasi kawasan perdagangan dan jasa meliputi
kawasan campuran perdagangan jasa dan permukiman, kawasan olahraga dan rekreasi maupun pelabuhan laut. Berdasarkan sebaran lokasi perdagangan dan jasa
melalui survei lapang, kawasan kelurahan Tanjung Mas memiliki kerentanan tinggi. Hal ini dikarenakan kawasan tersebut terdapat Pelabuhan Laut yang intensitas kegiatan
perdagangan dan jasanya cukup tinggi.
Gambar 25. Sebaran lokasi usahaproduksi Sumber: Miladan 2009 C. Jalan tergenang
Pada analisis kerentanan merupakan penilaian dari kerentanan jalan yang diprediksi akan tergenang yang mengacu pada Miladan 2009. Analisis ini dilakukan
dengan cara memperbandingkan antara panjang jalan yang tergenang dengan
panjang jalan yang ada di wilayah tersebut yang dalam konsteks ini panjang jalan masing-masing kelurahan yang ada. Perbandingan tersebut merupakan dasar
penentuan tingkat kerentanan prasarana jalan yang ada. Berdasarkan data yang ada diketahui bahwa persentase jalan yang berpotensi tergenang sebesar 35,33 dan
memiliki kerentanan yang tinggi dengan panjang jalan yang ada di Kelurahan Tanjung Mas tergolong lebih panjang. Hal ini dikarenakan kawasan Kelurahan Tanjung Mas
banyak terdapat lokasi-lokasi industri, pelabuhan dan pergudangan yang membutuhkan kemudahan akses jalan. Berdasarkan kondisi jalan yang bersifat
perkerasan aspal merupakan kerentanan bagi perkembangan kawasan tersebut karena akan kehilangan jalan yang akan mempermudah aksesibilitas kawasan. Upaya
yang telah dilakukan untuk menanggulangi permasalahn rob, telah dilakukan peninggian jalan akses menuju dan dari pelabuhan serta kawasan-kawasan ekonomi.
Namun, hal ini menimbulkan masalah baru karena limpasan rob akan semakin menggenangi kawasan pemukiman, pergudangan dan kawasan lain yang berada lebih
rendah dari jalan akses. D. Kerusakan fisik bangunan
Rob menggenangi kawasan Kelurahan Tanjung Mas yang lebih rendah dari permukaan air laut rata-rata mean sea level. Air dengan bantuan gaya gravitasi akan
mengalir ketempat-tempat rendah dan mengisi seluruh ruang yang ada pada bagian yang lebih rendah. Lama rendam banjir hingga satu minggu memberikan dampak
merugikan terhadap kawasan tersebut. Hal ini juga mengakibatkan terjadinya perubahan fisik lingkungan, sehingga memberikan tekanan yang cukup signikan bagi
masyarakat, bangunan, dan infrastruktur permukiman yang ada di kawasan tersebut. Rob juga menyebabkan rumah warga menjadi rentan, pencemaran lingkungan
semakin parah, dan penurunan tingkat kesehatan masyarakat. Rumah warga menjadi rentan karena rumah mereka sering terendam air, tanah menjadi tidak stabil, dan pada
akhirnya rumah menjadi retak. Selain itu, banyak sekali dijumpai masuknya air rob bukan hanya dari selokan ataupun saluran-saluran lain, melainkan justru muncul dari
dalam tanah karena merembes keluar dari sela-sela ubin. Meskipun selokan telah tertutup oleh pipa-pipa peralon, tetapi rembesan air yang masuk lewat sela-sela ubin
tetap terjadi. Pengaruh banjir rob secara umum adalah lantai rumahbangunan pada
umumnya tergenang air banyak dijumpai pada rumah yang ditinggalan atau tidak dihuni oleh pemiliknya. Selain itu juga terdapat kerusakan rumah dan bangunan,
seperti retak, miring, tenggelam tanah urugan. Rumahbangunan diurug sampai habis, dan di atas lahan urugan dibangun rumah yang sama sekali baru. Lantai rumah rumah
terpaksa harus ditinggikan setiap 5 tahun sekali dengan rata-rata peninggian sebesar 10-50 cm. Hal ini hanya dapat terjadi pada rumah, masyarakat kelas menengah seperti
pada kompleks perumahan Tanah Mas. Berdasarkan uraian di atas nilai kerentanan pada kriteria ini didasarkan pada banyaknya bangunan yang terendam dan mengalami
kerusakan serta kemampuan keuangan masyarakat menghuninya. Dengan demikian kawasan Kelurahan Tanjung Mas memiliki potensi kerenatanan kerusakan fisik
bangunan yang tinggi.
4.3.4. Matrik dampak pengelolaan ekologis dan social ekonomi
Nicholls dan Mimura 1998; Marfai dan King 2008; mencatat bahwa banjir pasang rob telah menjadi ancaman serius bagi kota-kota pesisir di seluruh dunia. Hal
ini menjadi permasalahan signifikan pada negara berkembang yang belum memiliki kemampuan cukup untuk mengatasi hal tersebut. Hal ini dikarenakan kurangnya
kontrol dan dukungan pemerintah, tingginya jumlah orang yang berpendidikan rendah, kurangnya kesadaran akan bahaya dan mitigasi, dan sebagainya. Banyak wilayah
pesisir di negara berkembang menunjukkan kerentanan yang tinggi sebagai dampak pertumbuhan populasi yang sangat cepat apabila dibandingkan kondisi pesisir di
negara-negara maju. Dinamika pesisir yang tinggi akan membawa implikasi pada kehidupan dan
pembangunan kawasan terutama pada perkembangan kota-kota pesisir coastal city. Menurut Yunus 2002, ekspresi perkembangan kota yang bervariasi sebagian terjadi
melalui proses tertentu yang dipengaruhi oleh faktor fisik dan non-fisik. Faktor fisik berkaitan dengan keadaan topografi, struktur geologi, geomorfologi, perairan dan
tanah, sedangkan faktor non-fisik antara lain kegiatan penduduk politik, sosial, budaya, teknologi, urbanisasi, peningkatan kebutuhan akan ruang, peningkatan
jumlah penduduk, perencanaan tata ruang, perencanaan tata kota, zoning, peraturan pemerintah tentang bangunan, dan lain-lain. Perencanaan aksesibilitas, prasarana dan
sarana transportasi serta pendirian fungsi-fungsi besar, seperti industri dan perumahan, mempunyai pengaruh yang besar terhadap perembetan fisik kota di area
pinggiran. Peran dari pemerintah juga sangat mempengaruhi perkembangan fisik area pinggiran kota dimana kebijakan yang dilakukan dalam bentuk arahan pengembangan
kota ataupun rencana tata ruang kota cenderung diarahkan untuk mengisi lahan dan ruang kosong di area pinggiran kota.
Hal tersebut juga berlaku pada Kelurahan Tanjung Mas yang merupakan pusat pertumbuhan kota yang terletak di pesisir. Oleh karena itu, pembangunan dan
pengembangan kawasan tersebut seharusnya tidak lepas dari keterkaitan dengan pembangunan berkelanjutan yang sesuai dengan tujuan pembangunan nasional.
Kriteria berkelanjutan dalam hal ini adalah pembangunan yang didukung secara ekologis dalam jangka panjang sekaligus layak secara ekonomi, serta adil secara etika
dan sosial terhadap masyarakat. Hal ini dapat dicapai dengan adanya keterpaduan partisipasi aktif antara pemerintah, swasta dan masyarakat. Oleh karena itu perlu
disusun sebuah kerangka kerja melalui matrik dampak. Matrik dampak tersebut menggunakan modifikasi pendekatan keberlanjutan mata pencaharian masyarakat
pesisir Coastal Livelihood System Analysis-CLSA yang tergantung pada keberadaan pabrik. Berdasarkan identifikasi kerentanan dalam konsep CLSA, matrik dampak yang
dapat diadopsi dalam pengelolaan kawasan terdampak rob tersaji pada Tabel 9. Tabel 9. Matrik dampak kawasan Kelurahan Tanjung Mas terhadap rob
Pendorong Tekanan
Kondisi Dampak
Tindakan
• Kawasan pengemban
gan industri oleh
pemerintah
• Status pengelolaan
kawasan berikat
Tanjung Mas
pemerintah dan swasta
• Sektor industri
merupakan sumbangan
terbesar bagi
perekonomi an
• Potensi lapangan
kerja • Lahan tidak
bervegetasi • Pembangunan
infrastruktur industri dan
perdagangan di kawasan berikat
Tanjung Mas
• Ketergantungan masyarakat
terhadap keberadaan
pabrik
• Struktur tanah lempung
berpasir yang mengindikasika
n kekritisan lahan
• Penggunaan air tanah yang
berlebihan • Genangan
rob yang semakin luas
• Daya adaptasi
masyarakat terhadap rob
semakin meningkat
• Keterbatasan ketrampilan
masyarakat dalam
pengembang an alternatif
pekerjaan Perubahan
struktur ruang dan
kondisi sosial
ekonomi kawasan
terdampak • Rehabilitasi
lahan pesisir, reboisasi dan
pengandalian kerusakan
lahan Pengendalian
pertumbuhan penduduk
karena urbanisasi
• Pengendalian genangan rob
• Pengendalian penggunaan
air tanah
4.3.5. Identifikasi aset mata pencaharian
Berbagai macam mata pencaharian dalam penelitian ini diidentifikasi dengan maksud untuk mengetahui interaksi antara masyarakat dan aset lain. Mata
pencaharian merupakan kunci dalam aspek sosial ekonomi. Informasi ini merupakan tahap pertama dalam CLSA yaitu mengidentifikasi mata pencaharian yang bersamaan
dengan interaksi antara masyarakat pesisir dan sumberdaya alam. A. Aset alam
Analisis aset alam dikaitkan dengan fungsinya sebagai penyedia daya dukung alami yang menghasilkan nilai manfaat untuk keberlangsungan kehidupan msyarakat.
Pada bagian ini akan diketahui seberapa besar keberadaan sumberdaya yang memberikan manfaat dan penting bagi masyarakat yang menggantungkan kelanjutan
hidupnya pada aset tersebut. Hasil pengamatan dan wawancara yang dilakukan terhadap masyarakat memberikan gambaran tentang keberadaan kondisi aset alam
yang ada. Penentuan kriteria penilaian mengacu pada Suryawati 2012. Tabel 10 menunjukkan nilai dari tiap aset yang berada di Kelurahan Tanjung Mas.
Tabel 10 . Kondisi aset alam No
Aset alam Nilai
1 Mangrove
1 2
Pantai 1
3 Lahan pekarangan
2 4
Perikanan 1
5 Pertanian
6 Peternakan
2 Jumlah
7 Keterangan: 0 = tidak ada aset alam
1 = kondisi aset alam yang bisa dimanfaatkan hanya sebagian kecil saja 2 = kondisi aset alam yang bisa dimanfaatkan sebagian saja
3 = kondisi aset masih bisa dimanfaatkan dengan baik
Keberadaan dan kondisi aset alam yang ada menentukan keberlanjutan dari masyarakat. Nilai aset alam 7 menunjukkan bahwa kondisi saat ini dari aset tersebut
sedang, karena berhubungan dengan menurunnya daya dukung akibat rusaknya aset yang masih ada ketika rob terjadi dan menggenangi wilayah. Kondisi wilayah yang
mengalami penurunan kualitas menyebabkan masyarakat tidak dapat memanfaatkan aset yang ada secara optimal. Rendahnya nilai menunjukkan bahwa kondisi aset saat
ini juga kurang mendapatkan perhatian dalam pengelolaan. Apabila dilihat dari analisis historis dengan adanya reklamasi di wilayah pantai sebagai pengembangan wilayah