Perubahan Total Padatan Terlarut TPT Perubahan Warna Daging Buah
10
mikroba. Sedangkan jika RH rendah akan menyababkan pengeriputan pada kulit buah Pantastico, 1989.
Penyimpanan manggis pada suhu 4-6°C dapat mempertahankan kesegaran buah hingga 40 hari sedangkan pada suhu 9-12°C buah dapat bertahan selama 33 hari Anonim 2004.
Sedangkan menurut Kader 2005, suhu optimum penyimpanan manggis adalah 13 C. Masalah
utama penyimpanan manggis pada suhu rendah adalah pengerasan di kulit yang dapat menurunkan mutu secara keseluruhan dalam penerimaan buah. Kekerasan pada kulit hardening
dan timbulnya bintik-bintik coklat pada kulit darkening merupakan gejala chilling injury pada manggis yang disimpan pada suhu 5-10°C. Pengerasan kulit buah tidak berkaitan dengan
peningkatan sintesis lignin pada awal tahap namun keduanya berkaitan pada tahap yang lebih lanjut.
Berdasarkan hasil penelitian Dangcham et al. 2008 dalam Qanytah 2004, mengenai chilling injury
buah manggis yang disimpan pada suhu dingin, gejala yang dapat diamati yaitu peningkatan kekerasan kulit buah. Penelitian tersebut menggunakan buah manggis dengan
indeks kematangan merah kecoklatan dan merah keunguan yang disimpan pada suhu 6 C dengan
RH 87 dan suhu 12 C dengan RH 83.5 selama 15 hari. Hasilnya, buah yang disimpan pada
suhu 6 C memiliki kulit yang lebih keras dibandingkan dengan suhu 12C dan indeks
kematangan merah keunguan pada kulit buahnya lebih keras dibandingkan dengan merah kecoklatan. Maka buah manggis yang lebih matang akan lebih sensitif terhadap chilling injury.
Salah satu bentuk lain dari penyimpanan pada suhu dingin yaitu perlakuan prapendinginan pre-cooling. Prapendinginan pre-cooling bertujuan untuk menghilangkan
panas lapang akibat dari pemanenan. Ramadhan 2003 dalam penelitiannya mengenai pre- cooling
mengemukakan bahwa perlakuan terbaik adalah buah manggis dengan perlakuan prapendinginan hingga suhu buah 20
C dan disimpan pada suhu 5C, memiliki persentase susut bobot terendah, persentase kadar air daging dan kulit tertinggi, mempertahankan TPT Total
Padatan Terlarut terlama, dan mempunyai umur simpan paling lama yaitu masih dapat dikonsumsi hingga hari ke 47.
2.6. Parameter Penurunan Mutu 2.6.1. Susut Bobot
Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah yang sebagian besar terjadi karena proses respirasi dan transpirasi. Transpirasi merupakan faktor
dominan penyebab sosot bobot, yaitu terjadi perubahan fisikokimia berupa penyerapan dan pelepasan air ke lingkungan. Kehilangan air ini berpengaruh langsung terhadap kerusakan
tekstur, kandungan gizi, kelayuan dan pengerutan.
Story 1991 dalam Qanytah 2004 mengemukakan bahwa jika produk segar kehilangan airnya 10 dari bobot buah tersebut, maka buah tersebut tidak dapat dipasarkan lagi.
Pelapisan lilin dan pengemasan sangat efektif dalam mempertahankan bobot buah karena proses transpirasi dan respirasi pada buah dapat dihambat dengan penutupan stomata melalui pelapisan
lilin Sri, 2005 dalam Mahmudah I, 2008.