18
3.5. Rancangan Percobaan
Penelitian dilakukan di laboratorium dimana kondisi lingkungan cukup terkendali maka rancangan percobaan yang dipergunakan adalah Rancangan Acak Lengkap RAL Gomez, 1995
dalam Mahmudah, 2008. Rancangan percobaan yang dilakukan pada penelitian ini adalah
rancangan acak lengkap RAL yang disusun secara faktorial dengan dua faktor dan enam
ulangan. Faktor pertama yang digunakan adalah perlakuan semi-cutting yang terdiri atas 3 taraf yaitu :
A
1
: Aplikasi semi-cutting dengan kedalaman x mm A
2
: Aplikasi semi-cutting dengan kedalaman y mm A
3
: Aplikasi tanpa semi-cutting Faktor kedua yang digunakan adalah perlakuan konsentrasi emulsi lilin lebah yang
terdiri atas 2 taraf yaitu : B
1
: 8
o
C B
2
: Suhu Ruang 27
o
C Sehingga dapat diperoleh model matematis dari rancangan percobaan tersebut, yaitu :
Keterangan : Y
ijkl
= Respon setiap parameter yang diamati. µ
= Nilai rata-rata umum. = Pengaruh
utama faktor
semi-cutting.
β
j
= Pengaruh utama faktor suhu penyimpanan.
αβij
= Pengaruh interaksi
perlakuan semi-cutting
dan suhu penyimpanan.
ijk
= Pengaruh acak yang menyebar normal. Dimana :
i =
1,2,3 j =
1,2 k =
1,2,3,4
19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Susut Bobot
Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi 1992 mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan
terutama disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat dari proses penguapan dan kehilangan karbon selama respirasi. Air dibebaskan dalam bentuk uap air pada proses transpirasi dan
respirasi melalui stomata, lentisel, dan bagian jaringan tumbuhan lain yang berhubungan dengan sel epidermis.
Selama proses penyimpanan buah manggis yang diberi perlakuan semi-cutting dan pelilinan ini mengalami susut bobot. Penurunan diakibatkan buah manggis ini melakukan
respirasi dengan mengubah gula menjadi CO
2
dan H
2
O disertai dengan proses penguapan uap air. Hal tersebut mengakibatkan persentase laju susut bobot meningkat. Pengukuran susut bobot
dilakukan setiap hari pengamatan, dan hasil yang didapat kemudian dirata-ratakan dan di plotkan pada grafik perubahan susut bobot. Kehilangan bobot komoditi hortikultura bukan saja
diakibatkan oleh terjadinya kehilangan air tetapi juga oleh hilangnya gas CO
2
hasil respirasi Winarno, 2002. Menurut Wills et al. 1981, pada proses respirasi senyawa-senyawa kompleks
yang biasa terdapat dalam sel seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul-molekul yang sederhana seperti karbondioksida dan uap air yang mudah menguap, sehingga komoditas akan
kehilangan bobotnya. Kehilangan air pada komoditas tergantung dari defisit tekanan uap air antara komoditas dengan udara sekitar. Pada kelembaban nisbi udara RH dan laju pergerakan
udara tertentu, kehilangan air komoditas akan meningkat sejalan meningkatnya temperatur.
Dari hasil pengamatan didapatkan persentasi susut bobot yang dapat dilihat pada Gambar 10 yang menunjukkan bahwa pada semua perlakuan memperlihatkan terjadinya
peningkatan persentase susut bobot selama penyimpanan, baik di suhu dingin 8
o
C maupun di suhu ruang 27
o
C. Peningkatan susut bobot terjadi berbeda-beda dari setiap perlakuan. Nilai persentasenya peningkatan susut bobot dan dari setiap perlakuan dan data gabungan persentasi
susut bobot dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Dari Gambar 10 terlihat bahwa peningkatan susut bobot tertinggi terjadi pada buah manggis dengan perlakuan semi-cutting 5mm dan
disimpan pada suhu ruang 27
o
C yakni sebesar 74.06. Susut bobot yang besar tersebut disebabkan oleh kehilangan air yang tinggi akibat suhu yang relatif tinggi yaitu suhu ruang 27
o
C dan disebabkan pula karena terbukanya bagian luar permukaan buah manggis sedalam 5mm.
Sedangkan untuk peningkatan susut bobot terendah terjadi pada perlakuan buah manggis tanpa semi-cutting, yang diberi lapisan lilin 10 dan disimpan pada suhu 8
o
C, yaitu sebesar 13.89. Lalu diikuti oleh perlakuan buah manggis dengan semi-cutting 3 mm yang
diberi lapisan lilin 10 dan disimpan pada suhu dingin yaitu 8
o
C sebesar 14.84. Kemudian buah manggis dengan semi-cutting 5 mm yang diberi lapisan lilin 10 dan disimpan pada suhu
8
o
C sebesar 21.46. Itu disebabkan karena penyimpanan dilakukan pada suhu dingin 8
o
C lebih baik dari pada di suhu ruang 27
o
C. Mahmudah 2008 menyatakan bahwa pelilinan dan penyimpanan dalam suhu rendah
mampu menghambat proses respirasi dan transpirasi yang mana merupakan faktor penyebab susut bobot. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa kecenderungan susut bobot buah manggis yang
disimpan pada suhu 27
o
C dengan semi-cutting 3mm, 5mm dan tanpa cutting lebih tinggi dari susut bobot buah manggis yang disimpan pada suhu 8
o
C dengan semi-cutting 3mm, 5mm dan tanpa semi-cutting. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu
penyimpanan yang digunakan maka susut bobot yang terjadi akan semakin tinggi karena laju respirasi juga semakin tinggi. Respirasi menyebabkan kehilangan air pada bahan Kader, 1986.
Kehilangan ini merupakan penyebab langsung kehilangan secara kuantitatif susut bobot, kerusakan tekstur kelunakan, kerusakan kandungan gizi dan kerusakan lain kelayuan dan
pengerutan.
Kemudian jika kita amati lebih lanjut Gambar 10, terdapat suatu pola persentase susut bobot untuk suhu 8
o
C maupun suhu ruang 27
o
C, dimana semi-cutting 5mm memiliki persentase susut bobot yang paling tinggi diikuti oleh semi cuting 3mm, dan yag terakhir adalah tanpa semi-
cutting . Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut terjadi karena buah manggis yang mengalami
penorehan dibagian kulit luarnya sedalam 3 dan 5mm yang bertujuan untuk mempermudah proses pembukaan buah manggis, ternyata dapat menurunkan mutu dari buah manggis secara
siknifikan. Namun aplikasi semi-cutting ini memiliki pengaruh yang cukup besar dan baik dalam