Susut Bobot HASIL DAN PEMBAHASAN

19

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Susut Bobot

Susut bobot merupakan salah satu faktor yang mengindikasikan penurunan mutu buah. Muchtadi 1992 mengemukakan bahwa kehilangan bobot pada buah-buahan yang disimpan terutama disebabkan oleh kehilangan air sebagai akibat dari proses penguapan dan kehilangan karbon selama respirasi. Air dibebaskan dalam bentuk uap air pada proses transpirasi dan respirasi melalui stomata, lentisel, dan bagian jaringan tumbuhan lain yang berhubungan dengan sel epidermis. Selama proses penyimpanan buah manggis yang diberi perlakuan semi-cutting dan pelilinan ini mengalami susut bobot. Penurunan diakibatkan buah manggis ini melakukan respirasi dengan mengubah gula menjadi CO 2 dan H 2 O disertai dengan proses penguapan uap air. Hal tersebut mengakibatkan persentase laju susut bobot meningkat. Pengukuran susut bobot dilakukan setiap hari pengamatan, dan hasil yang didapat kemudian dirata-ratakan dan di plotkan pada grafik perubahan susut bobot. Kehilangan bobot komoditi hortikultura bukan saja diakibatkan oleh terjadinya kehilangan air tetapi juga oleh hilangnya gas CO 2 hasil respirasi Winarno, 2002. Menurut Wills et al. 1981, pada proses respirasi senyawa-senyawa kompleks yang biasa terdapat dalam sel seperti karbohidrat akan dipecah menjadi molekul-molekul yang sederhana seperti karbondioksida dan uap air yang mudah menguap, sehingga komoditas akan kehilangan bobotnya. Kehilangan air pada komoditas tergantung dari defisit tekanan uap air antara komoditas dengan udara sekitar. Pada kelembaban nisbi udara RH dan laju pergerakan udara tertentu, kehilangan air komoditas akan meningkat sejalan meningkatnya temperatur. Dari hasil pengamatan didapatkan persentasi susut bobot yang dapat dilihat pada Gambar 10 yang menunjukkan bahwa pada semua perlakuan memperlihatkan terjadinya peningkatan persentase susut bobot selama penyimpanan, baik di suhu dingin 8 o C maupun di suhu ruang 27 o C. Peningkatan susut bobot terjadi berbeda-beda dari setiap perlakuan. Nilai persentasenya peningkatan susut bobot dan dari setiap perlakuan dan data gabungan persentasi susut bobot dapat dilihat pada Lampiran 1 dan 2. Dari Gambar 10 terlihat bahwa peningkatan susut bobot tertinggi terjadi pada buah manggis dengan perlakuan semi-cutting 5mm dan disimpan pada suhu ruang 27 o C yakni sebesar 74.06. Susut bobot yang besar tersebut disebabkan oleh kehilangan air yang tinggi akibat suhu yang relatif tinggi yaitu suhu ruang 27 o C dan disebabkan pula karena terbukanya bagian luar permukaan buah manggis sedalam 5mm. Sedangkan untuk peningkatan susut bobot terendah terjadi pada perlakuan buah manggis tanpa semi-cutting, yang diberi lapisan lilin 10 dan disimpan pada suhu 8 o C, yaitu sebesar 13.89. Lalu diikuti oleh perlakuan buah manggis dengan semi-cutting 3 mm yang diberi lapisan lilin 10 dan disimpan pada suhu dingin yaitu 8 o C sebesar 14.84. Kemudian buah manggis dengan semi-cutting 5 mm yang diberi lapisan lilin 10 dan disimpan pada suhu 8 o C sebesar 21.46. Itu disebabkan karena penyimpanan dilakukan pada suhu dingin 8 o C lebih baik dari pada di suhu ruang 27 o C. Mahmudah 2008 menyatakan bahwa pelilinan dan penyimpanan dalam suhu rendah mampu menghambat proses respirasi dan transpirasi yang mana merupakan faktor penyebab susut bobot. Dari Gambar 10 dapat dilihat bahwa kecenderungan susut bobot buah manggis yang disimpan pada suhu 27 o C dengan semi-cutting 3mm, 5mm dan tanpa cutting lebih tinggi dari susut bobot buah manggis yang disimpan pada suhu 8 o C dengan semi-cutting 3mm, 5mm dan tanpa semi-cutting. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi suhu penyimpanan yang digunakan maka susut bobot yang terjadi akan semakin tinggi karena laju respirasi juga semakin tinggi. Respirasi menyebabkan kehilangan air pada bahan Kader, 1986. Kehilangan ini merupakan penyebab langsung kehilangan secara kuantitatif susut bobot, kerusakan tekstur kelunakan, kerusakan kandungan gizi dan kerusakan lain kelayuan dan pengerutan. Kemudian jika kita amati lebih lanjut Gambar 10, terdapat suatu pola persentase susut bobot untuk suhu 8 o C maupun suhu ruang 27 o C, dimana semi-cutting 5mm memiliki persentase susut bobot yang paling tinggi diikuti oleh semi cuting 3mm, dan yag terakhir adalah tanpa semi- cutting . Dapat disimpulkan bahwa hal tersebut terjadi karena buah manggis yang mengalami penorehan dibagian kulit luarnya sedalam 3 dan 5mm yang bertujuan untuk mempermudah proses pembukaan buah manggis, ternyata dapat menurunkan mutu dari buah manggis secara siknifikan. Namun aplikasi semi-cutting ini memiliki pengaruh yang cukup besar dan baik dalam 20 proses kemudahan membuka buah manggis. Karena buah manggis yang memiliki teksture kulit yang keras, sehingga dapat memberikan kemudahan kepada konsumen buah manggis. Gambar 10. Persentase susut bobot buah manggis selama penyimpanan dingin Hasil analisis ragam dan uji lanjut Duncan untuk susut bobot menunjukkan bahwa perlakuan semi-cutting 3mm, 5mm, dan tanpa cuting tidak berpengaruh nyata pada persentase susut bobot, artinya perbedaan perlakuan semi-cutting yang diberikan tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan susut bobot Lampiran 3. Sedangkan untuk suhu penyimpanan yang digunakan suhu 8 o C dan 27 o C memberi pengaruh nyata pada persentase susut bobot buah manggis. Namun dari hasil pengamatan selama penelitian, perlakuan semi- cutting 3mm, 5mm, dan tanpa cutting memberikan pengaruh tehadap persentasi susut bobot. Hal ini diduga karena manggis dengan perlakuan pelilinan konsentrasi 10 menutup sel epidermis buah manggis akibat dampak perlakuan semi-cutting. Pada Lampiran 3 dapat dilihat juga interaksi antara suhu penyimpanan dan perlakuan semi-cutting yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot manggis.

4.2. Total Padatan Terlarut TPT