Sirkulasi Kendaraan Dimensi Jalan

Pola linier Pola radiasi Pola grid Pola organikkomposit Pola network Garis gerak yang sinambung pada satu arah atau lebih. Karakter ditampilkan formal, kaku dan informatif Melibatkan konvergen sirkulasi pada satu titik pusat yang fungsional dan memudahkan sepanjang titik tersebut merupakan tujuan pemakai. Karakter yang ditampilkan terkoordinir, mudah, informatif dan rekreatif. Sistem ini memungkinkan gerak bebas dalam banyak arah yang berbeda terdiri dari satu sel jalur yang sejajar yang saling berpotongan, karakter yang ditampilkan formal, monoton, halus dan tidak rekreatif. Paling peka terhadap kondisi tapak, kadang- kadang dengan mengorbankan fungsi atau logika sistem tersebut. Karakter yang ditampilkan tidak kaku dan santai. Suatu bentuk jaringan yang terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik tertentu pada ruang. Karakter yang ditampilakan non-formal, acak dan rekreatif. Dengan pertimbangan diatas maka untuk arah pengembangan sirkulasi pada kawasan perencanaan akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan : § Sirkulasi dalam kawasan area studi mengikuti pola jalan arteri primer yaitu pola radiasi dengan bundaran Simpang Lima Gumul merupakan titik pusat yang fungsional dan memudahkan sepanjang titik–titik lain mencapai tujuan. § Sirkulasi dalam blok dengan pola linier, menyesuaikan bentuk setiap blok. Hal ini bertujuan agar penggunaan lahan efisien, sirkulasi lebih jelas jalan antar blok memungkinkan pejalan kaki menjelajah.

b. Sirkulasi Kendaraan

Sedangkan arahan pendekatan dari sirkulasi kendaraan disesuaikan dengan kondisi di lapangan adalah sebagai berikut : § Sirkulasi kendaraan terdiri dari sirkulasi kendaraan pengangkut orang dan barang. § Kendaraan pengangkut orang terdiri dari kendaraan pribadi, yang meliputi mobil, sepeda motor, dan sepeda. § Kendaraan angkutan umum khusus angkutan kota melewati jalan CBD, yaitu pada jalan utama.

c. Dimensi Jalan

Sesuai dengan PP. No. 261985 tentang jalan, sistem jaringan jalan yaitu : § Jaringan Jalan Arteri Primer utama - Jalan yang menghubungkan kota jenjang ke satu dengan jenjang yang lain yang saling berdekatan. - Jalan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 9 meter. - Jalan yang dipakai untuk kecepatan paling terendah 60 kmjam. - Jalan yang tidak terputus walau memasuki kota. - Jalan dengan lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh oleh lalu lintas bolak- balik, lalu lintas lokal dan kegiatan lokal. § Jaringan Jalan Arteri Sekunder kedua - Jalan yang menghubungkan kawasan primer dengan kawasan ke satu, dengan kawasan sekunder ke satu dengan kawasan sekunder ke satu. - Jalan yang dipakai untuk kecepatan paling terendah 30 kmjam. - Jalan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 8 meter. - Jalan dengan lalu lintas cepat tidak boleh terganggu oleh lalu lintas lambat. § Jaringan Jalan Kolektor Primer penghubung utama - Jalan yang menghubungkan jalan dengan jenjang kedua dengan kota jenjang kedua, kota jenjang kedua dengan kota jenjang ketiga. - Jalan yang dipakai untuk kecepatan paling terendah 40 kmjam. - Jalan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. - Jalan dengan jumlah jalan masuk dibatasi. - Jalan kolektor yang tidak terputus oleh jalan lain walaupun memasuki kota. § Jaringan Jalan Kolektor Sekunder penghubung kedua - Jalan yang menghubungkan kawasan sekunder ke dua dengan kawasan sekunder kedua, kawasan sekunder kedua dengan kawasan sekunder ketiga. - Jalan yang dipakai untuk kecepatan paling terendah 20 kmjam. - Jalan dengan lebar badan jalan tidak kurang dari 7 meter. § Jaringan Jalan Lokal lingkungan Jalan yang melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan kendaraan rata-rata rendah dan jumlah jalan tidak dibatasi. Jalan pada kawasan studi dapat dilihat pada gambar 4.6. § Jalan Arteri Primer Kelas II Jalan Pare-Kediri termasuk dengan lebar jalan 22 meter. Pada Simpang Lima Gumul berupa jalan melingkar dengan lebar 28 meter, dengan pedestrian lebar 2 meter berada di sisi kanan kiri jalan, berupa penghijauan Jalan tersebut dilalui dua arah. Jalan tersebut dengan muatan sumbu terberat 10 ton Gambar 4.7. Potongan Jalan Arteri Primer pada kawasan Simpang Lima Gumul Sumber : Analisis pribadi Pohon Akasia, sebagai peneduh Pohon Palem sebagai pengarah Pohon Akasia, sebagai peneduh § Jalan Kolektor Primer Kelas III A Jalan yang menuju ke Plosoklaten, Wates, Pagu, Jalan Sri Rejeki mendapatkan pelebaran jalan dengan lebar jalan 12 meter. Pada Simpang Lima Gumul berupa jalan melingkar dengan lebar 18 meter dengan pedestrian disisi kiri kanan dengan muatan sumbu terberat 8 ton. Pohon Akasia, sebagai peneduh Pohon Akasia, sebagai peneduh Pohon Palem sebagai pengarah § Jalan Lingkungan Jalan sekitar pemukiman dengan lebar jalan 6 meter, dengan sisi kiri dan kanan sebagai pedestrian Sesuai dengan pertimbangan diatas, maka untuk memasuki kawasan perencanaan perdagangan grosir atau CBD Simpang Lima Gumul menggunakan jalan kolektor sekunder dengan lebar jalan diasumsikan 14 meter dengan sisi kanan kiri merupakan pedestrian. Dengan transportasi jalan 2 arah, dengan sisi kanan dan kiri pedestrian disisi kanan kiri jalan dan arah sirkulasi dapat dilihat pada gambar 4.10, dengan potongan jalan sebagai berikut : Gambar 4.8. Potongan Jalan Kolektor Primer pada kawasan Simpang Lima Gumul Sumber : Analisis pribadi Gambar 4.9. Potongan Jalan Lingkungan Sumber : Analisis pribadi Pohon Akasia, sebagai peneduh Pohon Akasia, sebagai peneduh

d. Transportasi