Latar Belakang Permasalahan 1. Peruntukan Lahan Mikro Permasalahanisu-isu di area studi Rancangan Ruang Kegiatan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERACANGAN

V.1. Latar Belakang Permasalahan 1. Peruntukan Lahan Mikro

Lahan perencanaan merupakan daerah yang menjadi pusat pertumbuhan baru sekaligus pusat Kota Kediri, karena selama ini pusat Kota Kediri di Gampengrejo dirasa masih belum dapat memenuhi kebutuhan warganya. Gambar disamping merupakan batasan dari kawasan perencanaan CBD Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri. Dapat dilihat pada gambar 5.1, dengan batas-batas site : - Sebelah Utara : Jl. Sri Rejeki - Sebelah Timur : Sungai Kalasan yang berbatasan dengan gedung Bulog - Sebelah Selatan : JL. Pare-Kediri - Sebelah Barat : Jl Pagu-Kediri

2. Potensi Kawasan

Sesuai dengan fungsi atau peran Simpang Lima Gumul sebagai pusat aktifitas perkembangan kota, maka kawasan tersebut mempunyai potensi besar untuk dikembangkan menjadi pusat perdagangan.

V.2. Permasalahanisu-isu di area studi

Permasalahan yang ada di kawasan Simpang Lima Gumul yang akan dijadikan kawasan pusat perdagangan grosir nantinya, adalah kawasan tersebut merupakan kawasan lingkungan perkotaan baru yang penataan dan pembangunanya mempertimbangkan elemen urban design, aspek lingkungan penghijauan, street furniture, parkir, aspek bangunan penggunaan bangunan, tampilan bangunan, citra kawasan, utilitas.

V.3. Rancangan Ruang Kegiatan

Berdasarkan karekteristik ruang kawasan, kawasan Simpang Lima Gumul sebagai kawasan perdagangan yaitu Central Bussines District CBD atau pusat perdagangan grosir yang disesuaikan dengan kontektualisme. Untuk penataan CBD dengan mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan sekitar berupa perdagangan tradisional dan modern yang memenuhi skala Kabupaten dan hinterlandnya serta diusulkan dengan kebijakan-kebijakan Berdasarkan perilaku aktifitas kawasan, fungsi kawasan ini yang paling utama sebagai perdagangan baik formal maupun informal, sehingga kawasan ini dapat menampung semua aktifitas berikut pelakunya. Untuk itu pembangunan CBD diupayakan dapat menampung semua aktifitas yang bermacam-macam tanpa ada pihak yang terganggu kepentingannya. lihat tabel V.1. Aktifitas dan pola perilaku Simpang Lima Gumul V. 4. Strategi Pemecahan Masalah V.4.1. Analisa Makro

A. Tata Guna Lahan Land Use 1. Penggunaan Lahan

Untuk Kota Kabupaten Kediri, yang pusatnya terletak di Simpang Lima Gumul, sesuai dengan land use pusat kegiatan perdagangan dan jasa, banyak terkonsentrasi pada sekitar kawasan Simpang Lima dan JL. Pare – Kediri. Maka untuk kota tersebut lebih cenderung menggunakan pendekatan teori sektor yang dikemukakan oleh Humer Hyot. Untuk kawasan CBD penggunaan lahan pada kawasan dirumuskan dalam land use sebagai kawasan perdagangan, dapat dilihat dalam gambar 5.2 peta land use kawasan, yang dirumuskan : § Kawasan Simpang Lima Gumul dijadikan kawasan monumen Kediri. § Lahan persawahan diarahkan pengembangannya untuk arahan perdagangan, yaitu pusat perdagangan grosir atau CBD. Penggunaan lahan Simpang Lima Gumul sebagai pusat Kabupaten Kediri, konsep perencanaan sebagai berikut : § Mempertahankan ruang tata hijau yang ada seperti penghijauan di sepanjang jalan. § Mengalihkan fungsi tanah kosong di sekitar kawasan menjadi area produktif seperti aktifitas perdagangan. § Mengarahkan tanah kosong pada wilayah perencanaan sebagai kawasan perdagangan dan sarana prasana pendukungnya. § Mengoptimalkan bangunan-bangunan untuk perdagangan seperti rumah toko RUKO

2. Perpetakan Tanah

Kosep perencanaan kawasan CBD diambil dengan melihat kondisi yang ada, maka dilakukan dengan : § Pengembangan dengan sistem blok, dilakukan karena batas perencanaan jelas dibatasi oleh saluran. Pengembangan blok ini memudahkan dalam penzoningan dan pengaturan kawasan yang baru, sehingga jenis-jenis aktifitas dapat dikelompokkan untuk memudakan pengaturan. § Pengembangan sistem kavling dilakukan dengan memberi lahan pengembangan pada setiap fungsi bangunan, sehingga bangunan yang baru bisa beradaptasi dengan lingkungan. Sistem kavling juga dibuat sebagai arahan orientasi. Diolah dari data Produk Domestik Regional Bruto PDRB Kabupaten Kediri, maka didapat : Dari data tersebut diatas dapat diketahui prosentase untuk fasilitas pada area studi. Luas kawasan area studi yang tersedia ± 338.589 m 2, maka untuk : - RTH 30 X 338.589 m 2 = 237.012 m 2 Jenis Aktivitas Pengelompokan PDRB Pedagangan 57 Jasa 14,40 Pedagangan dan Jasa 26,40 Mixed Use 2,20 Total 100 Tabel V.2 Pengelompokan berdasarkan PDRB Sumber : Data diolah berdasarkan PDRB Kabupaten Kediri dalam RUTRK dengan kedalaman RDTRK IKK Gampengrejo 2002-2010. - Perdagangan 57 X 237012 = 1.35096,8 m 2 = 40 - Perdagangan dan Jasa 26,4 X 237012 = 6257,2 m 2 = 18 - Jasa 14,4 X 237012 = 34129,7 m 2 = 10 - Mixed Use 2,2 X 237012 = 5214,3 m 2 = 2 Dapat dilihat dalam diagram sebagai berikut : Pembagian zoning berdasarkan gradasi dari kebisingan yang memuncak kemudian semakin menurun, Hal tersebut digambarkan seperti segitiga dimana titik segitiga merupakan puncak dari kebisingan. Dalam kawasan perencanaan bundaran Simpang Lima Gumul merupakan puncak dari kebisingan. Klasifikasi Zoning berdasarkan kondisi eksisting : 6. Zoning jasa Dimaksudkan untuk memfasilitasi pusat informasi tentang keadaan Kabupaten Kediri. Penempatan zoning jasa berdasarkan kondisi eksisting, merupakan area pemerintah. 7. Zoning jasa dan perdagangan Gambar 5.3 Diagram menunjukkan prosentase fasilitas pada area studi Sumber : Analisis pribadi Bertujuan untuk mencukupi kebutuhan akan perdagangan yang diimbangi dengan fungsi jasa atau rekreatif perletakanya gradasi dari zoning sebelumya dan untuk mengurangi kebisingan. 8. Zoning perdagangan Kawasan pusat kota tidak terlepas dari perdagangan. Hal ini sebagai pendukung dari perkembangan kota. Perletakan zoning perdagangan ditempatkan agak jauh dari titik kebisingan dengan pertimbangan mengurangi sumber bising dan kemacetan. 9. Zoning mixed use Menfasilitasi berbagai fungsi, dimana di dalam terdapat perkantoran, residintial, dan hunian, dalam batasan area studi mixed use tidak dikuatkan dan penempatanya dekat dengan hunian. Untuk pembangunan tahap berikutnya mixed use lebih dikembangkan. 10. Zoning Ruang Terbuka Hijau Dimaksudkan untuk mengurangi kebisingan, menambah keindahan dan kenyamanan. terbuka hijau menyebar di setiap zone tetapi dua titik area terbuka hijau, yaitu bundaran Simpang Lima Gumul dan kawasan sekitar sungai Kalasan Penzoningan pada kawasan dapat dilihat pada gambar 5.4

B. Sirkulasi dan Parkir Circulation and Parking 1.

Penataan Sirkulasi a. Arah Sirkulasi Untuk arah pengembangan sirkulasi pada kawasan perencanaan akan disesuaikan dengan kondisi di lapangan : § Sirkulasi dalam kawasan area studi mengikuti pola jalan arteri primer yaitu pola radiasi dengan bundaran Simpang Lima Gumul merupakan titik pusat yang fungsional dan memudahkan sepanjang titik–titik lain mencapai tujuan. § Sirkulasi dalam blok dengan pola linier, menyesuaikan bentuk setiap blok. Hal ini bertujuan agar penggunaan lahan efisien, sirkulasi lebih jelas jalan antar blok memungkinkan pejalan kaki menjelajah.

b. Sirkulasi Kendaraan