§ Membedakan lingkungan secara spesifik. Melalui penerapan kontekstualime tersebut maka penataan CBD dengan
mempertimbangkan aspek-aspek lingkungan sekitar berupa perdagangan tradisional dan modern yang memenuhi skala kabupaten dan hinterlandnya serta diusulkan dengan
kebijakan-kebijakan. Berdasarkan perilaku aktifitas kawasan, fungsi kawasan ini yang paling utama sebagai
perdagangan baik formal maupun informal, sehingga kawasan ini dapat menampung semua aktifitas berikut pelakunya. Untuk itu pembangunan CBD diupayakan dapat menampung
semua aktifitas yang bermacam-macam tanpa ada pihak yang terganggu kepentingannya. lihat tabel IV.1. Aktifitas dan Pola Perilaku di bundaran Simpang Lima Gumul
IV. 4. Strategi Pemecahan Masalah
Dalam pembangunan CBD Simpang Lima Gumul, permasalahan yang ada pada kawasan Simpang Lima Gumul diselesaikan dengan 2 cara, yaitu secara teori-teori elemen
urban design, dimana tata guna lahan juga termasuk dalam teori tersebut. Yang kedua diselesaikan dengan menganalisa hubungan manusia, bangunan dan alam.
IV.4.1. Analisa Makro A. Tata Guna Lahan Land Use
1. Penggunaan Lahan Tujuan
Mengetahui fungsi lahan yang digunakan saat ini dan perkembangan kedepannya sehingga dapat mengatur pemanfaatan lahan yang dipakai untuk pembangunan CBD
Simpang Lima Gumul
Dasar Pertimbangan
Menurut eksisting dan land use yang berkembang untuk area terbangun, kawasan Simpang Lima Gumul Kabupaten Kediri merupakan kawasan yang dipersiapkan dan
direncanakan sebagai kawasan pusat kota dan pusat perdagangan Kabupaten Kediri. Hal ini sudah dijelaskan dalam peruntukan lahan.
Dalam kondisi sekarang ini penggunaan kawasan berupa lahan pertanian dan lahan kosong. Perubahan penggunaan lahan menjadi areal perdagangan akan membawa
perubahan karakter penduduk Gampengrejo. Untuk itu penduduk Gampengrejo dipersiapkan agar bisa memanfaatkan potensi yang ada. Dengan adanya perubahan land use tersebut,
maka akan menjadi magnet bagi pendatang, sehingga menambah laju pertumbuhan penduduk.
Analisa pendekatan
Land use merupakan salah satu alat elemen kunci dalam perancangan kota, untuk menentukan perencanaan dua dimensional yang kemudian akan menentukan ruang tiga
dimensional. Penentuan land use dapat menciptakan hubungan antara pemanfaatan lahan dan fungsi infrastruktur seperti jalan, utilitas sampai dengan lingkungan tata bangunan
sirkulasi atau parkir. Pada prinsipnya pengertian land use adalah pengaturan penggunaan lahan untuk menentukan pilihan yang terbaik dalam mengalokasikan fungsi tertentu, sehingga
secara umum dapat memberikan gambaran keseluruhan bagaimana daerah-daerah pada suatu kawasan tersebut seharusnya berfungsi.
Teori-teori tata guna lahan yang dikemukakan oleh beberapa pakar antara lain :
a. Teori jalur sepusat Concentric Zone Theory yang dikemukakan oleh E.W Burgess membagi lima zone penggunaan lahan dalam kawasan perkotaan sebagai berikut :
b.
Teori Sektor Sector Theory, konsep ini dari Humer Hyot 1939 yang
mengemukakan bahwa kota-kota tumbuh di dalam zone konsentrik saja, tetapi juga di sektor lain sejenis pekembangannya. Sehingga daerah perumahan dapat berkembang
keluar sepanjang ada hubungan transportasinya. Susunan zone penggunaan lahan dalam teori adalah sebagai berikut :
c. Teori Pusat Lipat Ganda Multiple Nuclei Concept dikemukakan Haris dan Ullman