Perkiraan Jumlah Bakteri Asam Laktat yang Mencapai Kolon

d. Perkiraan Jumlah Bakteri Asam Laktat yang Mencapai Kolon

Bakteri asam laktat akan memiliki fungsi sebagai probiotik jika mampu mencapai kolon dalam keadaan hidup. Untuk dapat mencapai kolon, bakteri asam laktat akan melalui berbagai rintangan seperti kondisi asam tinggi pada lambung dan garam empedu di usus halus. Jumlah bakteri asam laktat yang mampu mencapai kolon dihitung berdasarkan selisih antara jumlah awal bakteri asam laktat dengan penurunan jumlah bakteri asam laktat setelah dipapar dengan asam pH 2,0 dan garam empedu 0,5 selama 5 jam. Jika dikonsumsi sebesar 1 gram kultur kering maka perkiraan jumlah bakteri asam laktat yang mampu mencapai kolon dapat dilihat pada Tabel 7 sedangkan data selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 22. Tabel 7 Perkiraan jumlah bakteri asam laktat yang mampu mencapai kolon Perlakuan Σ awal kultur kering BAL log cfug Penurunan setelah terpapar pH 2,0 di lambung log cfug Penurunan setelah terpapar garam empedu 0,5 di usus halus log cfug Perkiraan Jumlah BAL di kolon log cfug A16-K 10.7526 7.3033 0.1232 3.3261 A16-S 9.6365 7.7019 0.2386 1.6960 A16-SK 10.3177 5.8412 0.1095 4.3671 A16-L 10.5341 5.8457 0.2173 4.4711 A16-M 10.3662 7.7656 0.2162 2.3844 A17-K 10.2007 7.1990 1.4267 1.5750 A17-S 10.8946 8.6173 1.5966 0.6808 A17-SK 10.3768 5.3722 0.2404 4.7642 A17-L 10.8351 4.7797 0.9188 5.1366 A17-M 10.1722 5.1324 0.3009 4.7389 R21-K 10.1398 9.3470 0.0321 0.7608 R21-S 10.7159 3.9520 0.6566 6.1073 R21-SK 10.3227 3.2097 0.3099 6.8031 R21-L 10.5389 5.0884 0.3962 5.0542 R21-M 7.0837 1.3839 2.8037 2.8960 Keterangan : A16 : Pediococcus pentosaceus A16 A17 : Lactobacillus brevis A17 R21 : Lactobacillus rhamnosus R21 K : Kontrol tanpa bahan pelindung S : Bahan pelindung sukrosa SK : Bahan pelindung susu skim L : Bahan pelindung laktosa M : Bahan pelindung maltodekstrin Pada Tabel 7 menunjukkan bahwa bakteri asam laktat yang mampu mencapai kolon dalam jumlah yang paling tinggi adalah Lactobacillus rhamnosus R21 dengan bahan pelindung susu skim yaitu mencapai 6,4 x 10 6 cfug yang tidak berbeda jauh dengan kultur Lactobacillus rhamnosus R21 dengan bahan pelindung sukrosa yaitu sebesar 1,3 x 10 6 cfug. Sedangkan jumlah bakteri asam laktat yang paling rendah mencapai kolon adalah Lactobacillus brevis A17 dengan bahan pelindung sukrosa yaitu sebesar 4,8 x 10 cfug 48 cfug yang tidak berbeda jauh dengan kontrol pada kultur Lactobacillus rhamnosus R21 yaitu sebesar 5,8 x 10 cfug 58 cfug Lampiran 22. Dari hasil analisa statistik secara keseluruhan, jumlah bakteri asam laktat yang mampu mencapai kolon berbeda secara nyata p0,05 antara kultur Lactobacillus rhamnosus R21 dengan Lactobacillus brevis A17 dan Pediococcus pentosaceus A16, namun diantara Lactobacillus brevis A17 dan Pediococcus pentosaceus A16 tidak berbeda secara nyata p0,05 Lampiran 23d. Penggunaan bahan pelindung susu skim mampu melindungi bakteri asam laktat hingga mampu mencapai kolon dan tidak berbeda secara nyata p0,05 dengan bahan pelindung laktosa. Penggunaan sukrosa dan maltodekstrin sebagai pelindung berbeda secara nyata p0,05 dengan susu skim dan laktosa, namun diantara sukrosa dan maltodektrin memiliki kemampuan sama sebagai pelindung. Kultur bakteri asam laktat tanpa bahan pelindung kontrol paling sedikit mencapai kolon Lampiran 23e. Setiap jenis bahan pelindung memiliki kemampuan yang berbeda dalam kapasitasnya sebagai pelindung. Susu skim dan laktosa menunjukkan kemampuan melindungi yang paling baik diantara bahan yang lain. Namun antara laktosa dan susu skim memiliki kemampuan yang berbeda dari setiap streshambatan yang dialami oleh bakteri asam laktat. Laktosa mampu memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap pengaruh pengeringan beku sedangkan susu skim mampu memberikan perlindungan terbaik kultur kering terhadap paparan asam lambung pH 2,0 dan garam empedu 0,5. Hal ini disebabkan karena komponen penyusun laktosa yaitu berupa glukosa dan galaktosa lebih sederhana dibandingkan susu skim, dimana susu skim tersusun dari berbagai bahan yang kompleks seperti laktosa, protein kasein, sitrat, phospat yang mampu berperan sebagai buffer sehingga mampu melindungi sel dari paparan pH rendah dan garam empedu. Berat molekul laktosa lebih rendah dari susu skim sehingga laktosa dapat masuk ke dalam sel bakteri asam laktat dan memberikan perlindungan dari dua sisi membran sel selama proses pengeringan beku. Kasein susu yang berbentuk misel micelles mempunyai ukuran yang besar sehingga tidak dapat berdifusi ke dalam sel bakteri hanya komponen whey dari susu yang mampu berdifusi Passos et al. 1993 diacu dalam Champagne et al. 2001. Hal ini juga didukung hasil penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa penggunaan medium sukrosa-whey memberikan hasil lebih efektif sebagai bahan pelindung pada proses pengeringan beku dibandingkan medium berbasis susu Champagne et al. 1996 diacu dalam Champagne et al. 2001 Berdasarkan hasil pada penelitian tahap 1, dipilih isolat Lactobacillus rhamnosus R21 dengan bahan pelindung susu skim untuk digunakan lebih lanjut pada penelitian tahap 2. Hal ini didasarkan dengan berbagai pertimbangan seperti: kemampuan bertahan pada pH rendah lebih baik dibanding isolat yang lain, dimana parameter itu dipilih karena paparan dari pH rendah pertama kali terjadi saat isolat masuk di lambung sebelum terpapar dengan garam empedu. Selain itu juga kemampuan kultur Lactobacillus rhamnosus R21 dengan bahan pelindung susu skim mampu mencapai kolon dalam jumlah yang paling tinggi diantara kultur dan bahan pelindung yang lain yaitu sebesar 6,4 x 10 6 cfug. Pertimbangan lain yang digunakan karena isolat Lactobacillus rhamnosus R21 memiliki kemampuan memfermentasi susu yang lebih baik dibandingkan dengan isolat lain jika digunakan dalam bentuk tunggal Hartanti 2007. Dari hasil analisis statistik menunjukkan penggunaan susu skim memberikan pengaruh perlindungan yang terbaik dibandingkan bahan pelindung lain. Selain itu susu skim sudah lebih umum digunakan secara komersial dan mudah dalam penanganannya. Pengaruh Penyimpanan terhadap Viabilitas Kultur Kering Beku Lactobacillus rhamnosus R21 Penyimpanan kultur Lactobacillus rhamnosus R21 dilakukan pada kondisi RH 75 dan 90 pada suhu ruang. Kondisi penyimpanan pada RH 75 diatur dengan menggunakan larutan garam jenuh NaCl dan RH 90 dengan menggunakan larutan garam jenuh BaCl 2 . Proses penyimpanan dan pengamatan kultur kering selama penyimpanan dapat dilihat pada Lampiran 24 dan 25.

a. Pengaruh Kadar Air dan Aktivitas Air a