2. Pengujian Aktivitas Antibakteri Lactobacillus terhadap E. coli
Enteropatogenik EPEC modifikasi Parish Davidson 1993
Pengujian aktivitas antibakteri Lactobacillus terhadap EPEC dilakukan dengan metode kontak. Kultur Lactobacillus dan EPEC disegarkan terlebih
dahulu masing-masing dalam medium MRSB dan NB selama 24 jam. Pengujian ini dibagi dalam dua tahap, yaitu pengujian antara 10
6
cfuml isolat Lactobacillus dengan EPEC 10
5
cfuml, dan 10
8
cfuml isolat Lactobacillus dengan dosis EPEC yang sama. Tahap pertama adalah sebanyak 1 ml dari 10
7
cfuml isolat Lactobacillus ditambahkan ke dalam kultur EPEC dalam tabung berisi media susu skim 10, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37
o
C. Selanjutnya dihitung jumlah total BAL dan E. coli dengan metode agar tuang menggunakan medium MRSA dan EMBA sebelum dan sesudah masa
inkubasi. Isolat Lactobacillus yang dapat menghambat pertumbuhan EPEC dan menurunkan pertumbuhaannya sebesar 2 log cfuml diikutsertakan pada uji
tahap kedua. Pada uji tahap kedua, sebanyak 1 ml dari 10
9
cfuml isolat Lactobacillus ditambahkan ke dalam 10
5
cfuml kultur EPEC dalam tabung berisi media susu skim 10, kemudian diinkubasi selama 24 jam pada suhu
37
o
C. Selanjutnya dihitung jumlah BAL dan E. coli dengan metode agar tuang menggunakan medium MRSA dan EMBA sebelum dan sesudah masa
inkubasi. Selain itu juga digunakan kontrol EPEC yang ditumbuhkan dalam media susu skim 10 tanpa penambahan isolat Lactobacillus. Tiga isolat
Lactobacillus yang memiliki penghambatan terbesar terhadap EPEC diikutsertakan dalam uji aktivitas antidiare menggunakan tikus percobaan.
3. Penentuan Dosis E. coli Patogenik yang Menyebabkan Tikus Diare Fitrial
2009; Oyetayo 2004
Pada penelitian pendahuluan dilakukan pemberian inokulum EPEC pada beberapa konsentrasi cfuml sehingga tikus menjadi diare ditandai dengan
feses yang cair. Tikus yang diare ditandai dengan feses yang lembek hingga berair, berukuran lebih besar, berwarna lebih pucat, sampai memiliki lapisan
lendir.
Pada penentuan dosis EPEC K1.1 yang dapat menimbulkan tikus diare tanpa menimbulkan kematian digunakan 20 ekor tikus yang terbagi dalam 4
kelompok, yaitu kelompok kontrol 5 ekor tikus yang hanya diberikan larutan fisiologis, kelompok tikus yang diberi EPEC sebanyak 10
8
cfuml 5 ekor tikus, kelompok tikus yang diberi EPEC sebanyak 10
7
cfuml 5 ekor tikus, dan kelompok tikus yang diberi EPEC sebanyak 10
6
cfuml 5 ekor tikus. Sebelum pemberian EPEC tikus diadaptasikan dahulu selama dua minggu
dengan pemberian ransum standar secara ad libitum dan air minum dalam kemasan AMDK. Pemberian EPEC dilakukan dengan cara disonde. Tikus
kelompok kontrol disonde dengan larutan fisiologis NaCl 0.85 yang digunakan sebagai media pengencer untuk bakteri EPEC. Pengamatan feses
tikus dilakukan sebelum perlakuan H0, sehari setelah perlakuan H1, dua hari setelah perlakuan H2, tiga hari setelah perlakuan H3, empat hari setelah
perlakuan H4, dan lima hari setelah perlakuan H5. Gambar 3 menunjukkan skema perlakuan dan pengamatan yang dilakukan di dalam uji dosis EPEC.
Gambar 3 Skema perlakuan dan pengamatan dalam uji dosis EPEC
Isolat EPEC dipersiapkan dengan menumbuhkannya dalam media Nutrient Broth selama 24 jam pada suhu inkubasi 37
o
C. Selanjutnya media
yang telah ditumbuhi EPEC disentrifugasi menggunakan alat sentrifuse berpendingin pada kecepatan 4000 rpm pada suhu 4
o
C selama 10 menit. Supernatan dipisahkan dan sel bakteri disuspensikan dalam larutan NaCl
0.85 dan diencerkan sampai didapatkan pengenceran yang sesuai dengan dosis menggunakan larutan NaCl 0.85.
4. Pengujian Aktivitas Antidiare Isolat Lactobacillus Asal ASI Oyetayo