I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan utama di Indonesia. Penyakit ini tidak dapat dianggap sepele dengan banyaknya kematian yang terjadi
terutama pada bayi dan balita, serta seringnya menimbulkan kejadian luar biasa KLB. Diare dan gastroentritis karena infeksi tertentu menjadi urutan pertama
penyebab rawat inap di rumah sakit Indonesia, bahkan pada tahun 2006 penyakit ini menempati urutan ke-3 penyakit utama penyebab kematian di rumah sakit di
Indonesia setelah stroke dan perdarahan intrakranial Depkes RI 2008. Di negara-negara berkembang, penyakit diare pada anak-anak disebabkan
oleh berbagai macam patogen seperti Escherichia coli, Shigella, Vibrio cholerae, Salmonella, dan termasuk rotavirus Semba 2002. Laporan Dirjen P2M PLP
DepKes RI tahun l984 menyebutkan bahwa propinsi Jawa Barat merupakan daerah dengan jumlah kasus diare terbesar dibandingkan dengan propinsi lainnya
di Indonesia. Daerah lain di Indonesia yang memiliki prevalensi cukup tinggi terhadap diare adalah Jakarta yang disebabkan oleh infeksi bakteri E. coli patogen
sebanyak 12,2, V. parahaemlyticus sebanyak 1,6, Campylobacter sebanyak 1,2, Vibrio cholera sebanyak 0,8, Shigella sebanyak 0,6, Salmonella
sebanyak 4,0; terlihat bahwa penyebab terbesar adalah E. coli patogen. Untuk daerah Yogyakarta infeksi enterobakteri patogen pada penderita diare anak terdiri
dari V. cholera, Salmonella, Shigella dan E. coli patogen. Dirjen PP PL DepKes RI tahun 2008 menyatakan bahwa pada tahun 2007 propinsi Jawa Timur memiliki
kasus diare terbesar dengan 1.468 penderita dan 8 kematian, disusul dengan propinsi Banten dengan 1.057 penderita dan 3 kematian, sedangkan propinsi Jawa
Barat pada tahun 2007 tidak diketahui terdapat kasus diare pada masyarakatnya. Sebagian besar kejadian diare pada masyarakat ini disebabkan oleh adanya infeksi
bakteri Depkes RI 2008. Kondisi dan fungsi saluran pencernaan yang sehat sangat penting bagi
kehidupan manusia. Sistem pertahanan tubuh sepanjang saluran ini sangat penting dalam melawan segala macam bahaya yang mengiringi masuknya makanan ke
dalam tubuh. Mikrobiota dalam saluran percernaan ini amat penting dalam pencegahan penyakit, khususnya infeksi. Beberapa waktu belakangan ini terapi
intervensi bakteri probiotik untuk masalah infeksi maupun penyakit lainnya semakin mendapat perhatian untuk terus diteliti dan dikembangkan. Bengmark
1998 menyebutkan bahwa WHO merekomendasikan pengembangan berbagai pendekatan yang dapat mengurangi penggunaan antibiotik untuk mengatasi
infeksi, termasuk diantaranya penggunaan intervensi bakteri probiotik. Hal ini berkaitan dengan meningkatnya kejadian resistensi terhadap antibiotik. Muncul
kekhawatiran bahwa pengembangan antibiotik oleh pihak industri tidak akan mampu menyaingi kecepatan timbulnya resistensi mikroba. Bengmark 1998
juga menyebutkan bahwa kerentanan akibat perubahan komposisi flora yang disebabkan oleh antibiotik turut meningkatkan perhatian terhadap metode
intervensi mikroba dalam melawan infeksi. Bakteri probiotik kini semakin diakui secara efektif dapat mengontrol
pertumbuhan mikroorganisme yang berpotensi patogen dan dapat menyebabkan diare. Bakteri probiotik diketahui dapat mengontrol berbagai bakteri patogen
enterik, seperti Salmonella typhimurium, Shigella, Clostridium difficile, Campylobacter jejuni dan Escherichia coli Bengmark 1998. Selain itu berbagai
penelitian juga telah menunjukkan potensi isolat bakteri asam laktat untuk mengurangi kejadian diare, baik yang disebabkan oleh infeksi bakteri patogen,
virus, maupun diare yang disebabkan oleh konsumsi antibiotik Heyman Menard 2002.
ASI Air Susu Ibu merupakan sumber isolat probiotik karena mengandung
glikoprotein
dan bifidogenic factor berupa N-acetylglucosamine yang dapat menunjang pertumbuhan BAL, khususnya Bifidobakteria Salminen et al. 2004.
Bifidobacterium ditemukan pertama kali pada tahun 1889 oleh Tissier sebagai bakteri yang mendominasi saluran usus bayi yang meminum ASI Holzapfel
2006. Kelebihan lain yang dimiliki probiotik dari ASI adalah penerimaan konsumen yang lebih baik daripada probiotik yang berasal dari sumber lain
hewan, feses. FAOWHO 2002 juga menyebutkan bahwa salah satu kriteria suatu
mikroorganisme sebagai kandidat probiotik yang baik adalah bahwa
mikroorganisme tersebut berasal dari spesies yang sama dengan inang yang ditujukan sebagai pengguna probiotik tersebut. Dengan demikian, isolat
Lactobacillus yang berasal dari ASI menjadi sangat potensial untuk lebih lanjut dikembangkan sebagai produk fungsional probiotik bagi konsumsi manusia.
Potensi dan keunggulan ASI tersebut dijadikan sebagai pertimbangan untuk melakukan isolasi bakteri probiotik. Nuraida et al. 2008 telah mengisolasi
bakteri asam laktat BAL dari Air Susu Ibu ASI yang sebagian besar berpotensi sebagai probiotik. Sebagian besar isolat menunjukkan ketahanan yang baik
terhadap asam lambung dan atau garam empedu serta dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Pada penelitian ini akan diuji potensi aktivitas
antidiare beberapa isolat Lactobacillus asal air susu ibu melalui pengujian in vivo menggunakan tikus percobaan.
B. Tujuan