menurunkan keasaman
usus, menghasilkan
bakteriosin, mempercepat
mengeluarkan kotoran dengan menstimulir motalitas dan juga menstimulir imunitas usus Surono 2004.
Sebagai saluran pencernaan, usus memiliki aktivitas imunologis yang sangat tinggi. Usus dilapisi oleh suatu membran mukosa yang dilindungi oleh lapisan
musin yang dihasilkan oleh sel-sel goblet. Musin bertindak sebagai pelumas yang melindungi kerusakan membran mukosa dari makanan dan partikel-partikel lain
serta berperan sebagai penghalang bakteri sebelum mencapai membran mukosa. Membran mukosa mempunyai sistem imun spesifik. Dikenal dua sistem imun
pada membran mukosa, yaitu Gastrointestinal-Associated Lymphoid Tissue GALT, yang tidak dimiliki oleh semua permukaan dan Mucosa-Associated
Lymphoid Tissue MALT. MALT merupakan pusat perlindungan kolonisasi bakteri dan infeksi pada tahap awal. Aktivitas MALT menghasilkan antibodi sIgA
imunoglobulin A sekretori. Selain sebagai penghalang, musin juga menghasilkan substansi yang dapat membunuh bakteri dan menghambat
pertumbuhannya, diantaranya adalah lisozim Salyer Whitt 1994. Bila bakteri melekat pada permukaan mukosa usus, bakteri akan berhadapan
dengan sel-sel imunitas. Bakteri akan didegradasi oleh makrofag dan menghasilkan reruntuhan debris yang akan dikeluarkan oleh makrofag, dan
fragmen peptida dari protein bakteri akan ditransfer ke permukaan makrofag. Selanjutnya akan dibentuk kompleks peptida-MHC Major Histocompatibility
Complex. Kompleks ini akan menstimulasi sel T helper yang akan menstimulasi sel B untuk membentuk antibodi Bellanti 1995.
B. Enteropatogenik Escherichia coli EPEC
Escherichia coli termasuk genus Escherichia dan famili Enterobacteriaceae. Bakteri ini berbentuk batang, berukuran lebar 1.1-1.5 mikron dan panjang 2.0-6.0
mikron, terdapat dalam bentuk berpasangan atau tunggal, bersifat motil dengan flagela peritrikat atau non motil Buchanan Gibbons 1974.
Bakteri ini merupakan bakteri Gram negatif yang bersifat anaerobik fakultatif Fardiaz 1989. Pada kondisi aerobik, bakteri ini dapat menggunakan
karbohidrat, asam amino, dan asam organik sebagai sumber energi melalui
mekanisme reaksi. Pada keadaan anaerobik, bakteri memfermentasi gula melalui jalur glikolisis. Produk akhir glikolisis, yaitu asam piruvat, dipecah menjadi asam
laktat, asetat, dan format. Sebagian dari asam format akan dipecah oleh enzim format hidrogeniliase menjadi CO
2
dan H
2
VanDemark Batzing 1987. Menurut modifikasi bagan Kauffman, serotipe E. coli dibagi berdasarkan
profil antigen permukaan O somatic, H flagellar, dan K capsular-nya Nataro Kaper 1998. Totalnya terdapat 170 antigen O yang berbeda dimana
masing-masing didefinisikan sebagai satu serogrup. Analisis serotipe ini yang dijadikan fektor virulensi spesifik untuk identifikasi strain E. coli penyebab diare.
Antigen O dan K merupakan polisakarida yang melindungi mikroba dari efek bakterisidal dari komplemen dan sel fagosit pada kondisi tidak adanya antibodi
spesifik Gross 1995. EPEC Enteropatogenik E. coli merupakan salah satu penyebab diare yang
paling banyak di beberapa negara selain lima strain E. coli lain, yaitu enterotoxigenic E. coli ETEC, enterohemorrhagic E. coli EHEC,
enteroaggregative E. coli EAEC, enteroinvasive E. coli EIEC, dan diffusely E. coli DAEC, serta beberapa bakteri lain seperti Shigella, Vibrio cholerae,
Salmonella, dan termasuk rotavirus Semba 2002. Pada suatu outbreak diare terjadi pada 32 anak berumur kurang dari 2 tahun di daerah tropis Australia Utara
dan teridentifikasi kurang lebih 59 kejadian diare tersebut disebabkan oleh enteropatogenik E. coli di samping patogen lain yang ditemukan, yaitu Salmonella
spp. 16, Campylobacter spp. 3, Giardia 3, dan Shigella spp 3 Barlow et al. 1999.
Pada kurun waktu 8 sampai 13 Juli 2007, suatu outbreak gastroenteritis akut terjadi pada 117 orang anak-anak dan dewasa di suatu perkemahan Romania
yang diinvestigasi oleh Constanta District Public Health Authority CDPHA. Kompleks perkemahan tersebut memiliki kapasitas 4,200 orang dan empat kantin.
Dari beberapa sampel feses yang diuji memberikan hasil positif akan keberadaan EPEC dan Salmonella enteridis Ibram et al. 2007.
EPEC adalah salah satu dari kelas patogen yang dapat menyebabkan lesi attaching dan effacing AE pada sel usus. Ciri dari patogen AE adalah terletak
pada tumpuannya di permukaan sel epitel inang dan menyebabkan kerusakan pada
mikrofili usus. EPEC melekat dan berkolonisasi pada epitel mukosa duodenum dan proximal jejunum. Menimbulkan kerusakan pada epitel jejunal melalui
pembentukan mikrokoloni yang ditunjukkan dengan pelekatan yang terlokalisasi Moat et al. 2002.
EPEC dapat menyebabkan diare pada bayi yang berumur di bawah 2 tahun. Diare tersebut disebabkan oleh pembentukan lesi attaching dan effacing pada
mikrovili usus. Pada model tikus balita, pemberian EPEC dengan dosis 10
6
cfuml menunjukkan difusi adhesi sebagian pada sel epitelial usus dan menunjukkan AE
lession dalam 24 jam Bhunia Wampler 2005. Menurut Janda dan Abbot 2006, dosis infeksi dari EPEC berkisar antara 10
6
-10
10
cfuml, dengan periode inkubasi berkisar 9-19 jam, dan lamanya diare durasi diare yang ditimbulkan
oleh infeksi EPEC kurang lebih terjadi selama 5 hari.
C. Diare Akibat Infeksi EPEC