Analisis Optimasi Sumberdaya Perikanan Tangkap

66 Laju De pre s ias i Sum be rdaya Pe rik anan Tangk ap 0.0000 0.1000 0.2000 0.3000 0.4000 0.5000 0.6000 0.7000 0.8000 0.9000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Waktu Tahun N ila i K o e fis ie n Depresiasi Teri Depresiasi Tongkol Depresiasi TunaCakalang Treshold Koef . Depr. Gambar 23 Trajektori Koefisien Laju Depresiasi Sumberdaya Perikanan Tangkap di Tanjung Mutiara Secara grafik trajektori dari ketiga nilai koefisien depresiasi sumberdaya ikan teri, tongkol dan tunacakalang pada tahun 1996-2006, trend laju depresiasi sumberdaya ikan teri cendrung menurun dan tahun 2000 sudah berada di bawah ambang toleransi. Sementara untuk sumberdaya ikan tongkol relatif stabil dan masih dibawah ambang toleransi, sedangkan untuk ikan tunacakalang terlihat naik yang awalnya masih dibawah ambang toleransi dan mulai tahun 2004 terus naik di atas angka laju depresiasi 0,5. Hal ini sesuai dengan kondisi lapangan bahwa untuk alat tangkap tonda beberapa tahun terakhir terjadi penambahan jumlah unit alat yang menyebabkan adanya peningkatan jumlah effort dari tonda, sehingga rente sumberdaya yang diterima jadi turun karena adanya penambahan biaya dari effort .

6.4 Analisis Optimasi Sumberdaya Perikanan Tangkap

Perhitungan hasil estimasi parameter biologi dengan model CYP dipakai untuk mengkaji status sumberdaya perikanan untuk alat tangkap bagan Teri, payang Tongkol dan tonda TunaCakalang. Hasil estimasi paramater biologi dan ekonomi tersebut digunakan untuk menganalisis dinamika sumberdaya perikanan tangkap di Perairan Tanjung Mutiara. Nilai optimal dari suatu sumberdaya perikanan akan dapat diperoleh dengan menggunakan fungsi pertumbuhan logistik, melalui persamaan berikut : 67 1 2 1 = − − ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − + ⎟ ⎠ ⎞ ⎜ ⎝ ⎛ − δ c pqx K x cr K x r Nilai optimal dari masing-masing sumberdaya perikanan itu dapat diperoleh dengan menggunakan alat pemecahan analitik program MAPLE 9.5. Pemecahan analitik dari ketiga sumberdaya tersebut dilakukan berdasarkan dua nilai discount rate, yaitu menggunakan market discount rate sebesar 12 persen, dan real discount rate berdasarkan perhitungan dengan menggunakan pendekatan Kula 1984, sebesar 29 persen. Hasil pemecahan analitik dengan menggunakan program MAPLE 9.5 dari ketiga sumberdaya perikanan dengan dua nilai discount rate δ , seperti pada Tabel 21. Tabel 21 Hasil Pemecahan Analitik Melalui Program MAPLE 9.5 untuk Nilai Optimal Sumberdaya Ikan Teri, Tongkol dan TunaCakalang di Perairan Tanjung Mutiara. Sumberdaya Ikan 29 12 x Optimal Ton h Optimal Ton E Optimal Trip x Optimal Ton h Optimal Ton E Optimal Trip Teri 1.921,52 1.563,95 2.709 2.038,69 1.455,90 2.377 Tongkol 1.494,30 537,43 3.495 1.761,68 462,20 2.550 TunaCakalang 838,65 963,92 485 890,77 905,82 429 Sumber : Hasil Analisis dari Lampiran 7,11 dan 15. Jumlah input produksi yang digunakan relatif lebih sedikit untuk menghasilkan optimal yield pada discount rate lebih rendah, dibandingkan dengan input produksi pada discount rate yang lebih tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah discount rate akan mengurangi jumlah input produksi dan ini secara alami akan dapat meningkatkan tingkat optimal yield dari sumberdaya perikanan. Secara umum discount rate yang lebih rendah dapat menghasilkan optimal yield dan optimal biomass yang lebih tinggi, bila dibandingkan menggunakan discount rate yang lebih tinggi. Artinya discount rate yang lebih tinggi akan memacu perburuan sumberdaya lebih ekstraktif dan dampaknya tentu akan mempertinggi tekanan terhadap sumberdaya tersebut. Keadaan ini akan menyebabkan terjadinya degradasi, yang akhirnya menimbulkan kepunahan sumberdaya itu. Sesuai pernyataan Clark C 1990 dan Anna S 2003 bahwa nilai discount rate yang lebih tinggi akan meningkatkan laju optimal dan eksploitasi sumberdaya terbarukan dan memungkinkan akan terjadinya kepunahan. 68 Hasil penelitian yang ditunjukkan untuk masing-masing penggunaan alat tangkap bagan, payang dan tonda di Tanjung Mutiara menunjukkan bahwa laju optimal eksploitasi seperti yang dimaksud oleh Clark C 1971, diperlihatkan oleh perbedaan jumlah input optimal pada discount rate 12 relatif lebih sedikit dari jumlah input optimal pada discount rate 29. Nilai manfaat dari ekstraksi sumberdaya perikanan ditunjukkan dari besarnya nilai rente yang dihitung dengan persamaan . cE ph − = π Tabel 22 memperlihatkan nilai rente masing-masing dari pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap, dengan tingkat diskon berbeda. Tabel 22 Hasil Pemecahan Analitik Melalui Program MAPLE 9.5 untuk Nilai Rente Optimal Sumberdaya Ikan Teri, Tongkol dan TunaCakalang di Perairan Tanjung Mutiara Sumberdaya Ikan 29 12 π optimal Rp π overtime Rp π optimal Rp π overtime Rp Teri 2.886.878.358 9.920.544.186 2.763.187.083 23.026.559.020 Tongkol 1.300.705.855 4.469.779.570 1.219.053.259 10.158.777.160 TunaCakalang 3.469.438.448 11.922.468.890 3.302.871.804 27.523.931.700 Sumber : Hasil Analisis dari Lampiran 7,11 dan 15. Tabel 22 menunjukkan bahwa rente sumberdaya ikan yang diperoleh untuk overtime pada tingkat diskon yang lebih rendah konservatif ternyata lebih tinggi dibanding dengan nilai rente sumberdaya yang diperoleh pada tingkat diskon yang lebih tinggi. Hal ini memperkuat pernyataan sebelumnya bahwa tingkat input yang lebih kecil dapat meningkatkan tingkat produksi optimal, yang keduanya didapat dari hasil analitik model dinamik dengan memasukan variabel tingkat diskon ke dalam model optimasi. Tingkat discount rate yang tinggi akan menyebabkan terjadinya peningkatan upaya untuk mengekstraksi sumberdaya alam secara berlebihan. Upaya atau input yang berlebihan dalam mengakstraksi sumberdaya tersebut akan menyebabkan biaya untuk memperoleh manfaat dari sumberdaya, juga manjadi lebih tinggi. Pada Gambar 24 adalah kondisi overtime dari pemanfaatan sumberdaya ikan Teri, Tongkol dan TunaCakalang pada tingkat discount rate 12 dan 29. Terlihat secara nyata bagaimana pengaruh tingkat discount rate dalam pemanfaatan dan ekstraksi sumberdaya ikan teri, tongkol dan tunacakalang di 69 Perairan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Bila dibandingkan dengan kondisi optimal, ternyata nilai rente yang diperoleh pada tingkat discount rate 29 terlihat sedikit lebih tinggi dari rente optimal pada tingkat discount rate 12. Tingginya nilai rente pada tingkat discount rate 29 tersebut sebenarnya disebabkan karena adanya upaya atau input yang lebih besar untuk mendapatkan produksi dari hasil tangkapan ikan. 5,000,000,000 10,000,000,000 15,000,000,000 20,000,000,000 25,000,000,000 30,000,000,000 5 10 15 20 25 30 35 Discount Ra te Re n t O v e rt im e Rp Teri Tongkol TunaCakalang Expon. Tongkol Expon. Teri Expon. TunaCakalang Gambar 24 Perbandingan Rente Overtime dengan Discount Rate 12 dan 29 Berbeda dengan kondisi pemanfaatan sumberdaya ikan untuk jangka panjang atau overtime, menunjukkan perbedaan yang sangat nyata dari rente yang diperoleh. Gambar 24 memperlihatkan bahwa pada discount rate yang lebih kecil yaitu 12 akan diperoleh rente yang lebih besar dibanding dengan penggunaan discount rate yang lebih besar yaitu 29. Artinya bahwa ekstraksi sumberdaya yang berlebihan saat ini dengan nilai rente yang diterima, untuk waktu jangka panjang ternyata tidak memberikan nilai rente yang optimal. Peningkatan upaya yang berlebihan akan mengakibatkan peningkatan terhadap biaya yang dikeluarkan. Hal ini juga berimplikasi terhadap laju degradasi sumberdaya yang semakin cepat. Secara ekonomi bahwa peningkatan produksi yang berlebihan belum tentu akan meningkatkan pendapatan dan nilai rente dari pemanfaatan suatu sumberdaya. Produksi yang berlebih akan menyebabkan permintaan terhadap barang itu akan menjadi turun, sehingga nilainya juga akan turun. 70

6.5 Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap