Masyarakat Pesisir dan Nelayan

20 lingkungannya mulai dari pra produksi, produksi, pengolahan sampai dengan pemasaran yang dilaksanakan dalam satu sistem bisnis perikanan. Kegiatan penangkapan ikan adalah upaya untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkan. Selanjutnya pada pasal 2 dijelaskan bahwa pengelolaan perikanan dilakukan berdasarkan azas manfaat, keadilan, kemitraan, pemerataan, keterpaduan, keterbukaan, efisiensi, dan kelestarian yang berkelanjutan. Pasal 3 menyatakan bahwa tujuan pengelolaan perikanan adalah : a meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil, b meningkatkan penerimaan dan devisa negara, c mendorong perluasan dan kesempatan kerja; d meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; e mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya ikan; f meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing; g meningkatkan bahan baku untuk industri pengolahan ikan; h mencapai pemanfaatan sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan sumberdaya ikan secara optimal; dan i menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang.

2.6. Masyarakat Pesisir dan Nelayan

Menurut Saad S dan R Basuki 2004, masyarakat pesisir adalah sebagai kelompok orang yang tinggal di daerah pesisir dan sumber kehidupan pereknomiannya bergantung secara langsung pada pemanfaatan sumberdaya laut dan pesisir. Masyarakat pesisir yang memanfaatkan sumberdaya pesisir dan laut tersebut melakukan aktifitas ekonomi dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, yang terdiri atas nelayan, pembudidaya ikan dan organisme laut lainnya, pengolah ikan, pedagang ikan, serta supplier sarana produksi perikanan. Kegiatan di bidang non- perikanan, masyarakat pesisir terdiri atas penjual jasa pariwisata, jasa transportasi serta kelompok masyarakat lainnya yang memanfaatkan sumberdaya non-hayati laut dan pesisir untuk kebutuhan hidupnya. Nikijuluw VPH 2002 berpendapat bahwa masyarakat pesisir yang secara luas tidak seluruhnya termasuk, tetapi hanya difokuskan pada kelompok nelayan, 21 pembudidaya ikan, pengolah ikan dan pedagang ikan. Kelompok ini secara langsung mengusahakan dan memanfaatkan sumberdaya ikan melalui penangkapan dan budidaya ikan. Pemukiman di wilayah pesisir di sepanjang pantai pulau besar dan kecil di seluruh Indonesia didominasi oleh nelayan dan secara umum hidup subsisten dengan kegiatan ekonomi hanya untuk memenuhi kebutuhan keluarga sendiri, dengan skala usaha yang kecil. Dilihat dari skala usaha perikanan, kelompok masyarakat pesisir masih banyak yang miskin karena keterbatasan kemampuannya. Kepemilikan perahu tanpa motor masih mendomonasi dalam aktifitas penangkapan ikan, sehingga jangkauan daerah penangkapan hanya dapat dilakukan di dekat pantai. Nelayan yang tidak memiliki sarana dalam penangkapan atau buruh nelayan sangat bergantung pada nelayan pemilik, sehingga membuat nelayan tidak berkembang dengan kemampuan sendiri. Jumlah nelayan dengan skala usaha kecil tradisional mendominasi pengusahaan perikanan nasional. Hal ini menyebabkan hasil produksi nelayan tidak sesuai dengan apa yang diinginkan konsumen. Upaya untuk meningkatkan pendapatan diantaranya meningkatkan modal usaha bagi nelayan Dahuri R 2004. Menurut Mubyarto 1984 bahwa masyarakat pesisir secara umum adalah nelayan, dikategorikan lebih miskin daripada keluarga petani atau pengrajin. Kemiskinan ini dicirikan oleh pendapatan yang berfluktuasi, pengeluaran yang konsumtif, dan tingkat pendidikan yang rendah. Kelembagaan yang ada belum mendukung terjadinya pemerataan pendapatan. Potensi tenaga kerja keluarga istri dan anak belum dapat dimanfaatkan dengan baik, serta akses terhadap permodalan rendah. Nelayan merupakan pekerja yang secara aktif melakukan kegiatan menangkap ikan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung sebagai mata pencahariannya Sastrawidjaya M 1998. Kegiatan penangkapan ikan sudah sejak dahulu dilaksanakan sebagai kegiatan ekonomi primitif. Studi arkeolog dan etnografi menunjukkan bahwa para pemburu dan peramu tidak hanya berburu binatang darat dan mengumpulkan hasil hutan, namun juga menangkap binatang air, seperti kerang dan ikan Juwono PS 1998. 22 Usaha ini sebagai usaha utama dalam perekonomian pesisir yang dilakukan oleh nelayan. Sifat pekerjaannya mengharuskan untuk dilaksanakan di laut. Untuk menghadapi ganasnya alam seperti gelombang, angin, panas terik matahari dan hawa dingin diperlukan tenaga yang kuat, keterampilan yang khusus serta pengalaman. Perahu atau kapal yang sedang berada di tengah laut harus dikendalikan dengan baik, jika tidak perahu atau kapal akan terhempas dan terbalik, sehingga semua orang yang ada didalamnya akan menghadapi bahaya. Seorang nelayan yang berpengalaman akan memiliki kemampuan tentang cara- cara mengatasi bahaya dan lokasi penangkapan ikan Juwono PS 1998.

III. KERANGKA PENDEKATAN STUDI

3.1. Kerangka Pemikiran

Pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan tangkap khususnya yang menggunakan unit penangkapan ikan dengan bagan, payang dan tonda di Kabupaten Agam, sebagai kegiatan ekonomi masyarakat belum sepenuhnya mampu memberi kesejahteraan bagi masyarakat. Keterbatasan kemampuan baik sumberdaya manusia mau pun modal usaha menjadi salah satu penyebab bagi masyarakat pesisir dalam mengembangkan usahanya. Hal ini juga berdampak terhadap pemanfaatan sumberdaya yang ada tidak optimal karena ketidakberdayaanya. Pemanfaatan potensi perikanan tangkap di perairan Tanjung Mutiara diduga masih belum optimal, dan masih dapat ditingkatkan upaya penangkapan terutama untuk zona lepas pantai. Guna meningkatkan tingkat pemanfaatan dari sumberdaya tersebut diperlukan suatu kebijakan pengelolaan yang dirancang berdasarkan prinsip pemanfaatan sumberdaya yang optimal serta berkelanjutan. Oleh karena itu sebelum suatu kebijakan dibuat maka perlu dikaji dan dianalisis kondisi alokasi optimal dari pemanfaaan sumberdaya perikanan tangkap, khsususnya bagan, payang dan tonda di Kabupaten Agam. Hal ini dilakukan supaya suatu kebijakan yang dibuat lebih tepat sasaran, dan dalam jangka panjang dapat memberi nilai manfaat bagi kesejahteraan masyarakat. Penentuan alokasi optimum sumberdaya perikanan dilakukan melalui beberapa tahapan, 1 mengidentifikasi seluruh data dan informasi secondary data; 2 melakukan tabulasi data untuk menyusun keragaan perikanan di lokasi penelitian; 3 menganalisis data menggunakan model estimasi parameter Clarke, Yoshimoto and Pooley CYP untuk memperoleh beberapa parameter biologi, yaitu nilai r intrinsic growth rate dari sumberdaya ikan, nilai K carrying capacity, dan nilai q coefficien of catchability, parameter tersebut digunakan untuk menghitung Maximum Sustainable Yield MSY; 4 memasukan data cross section, terutama dalam hal ini parameter ekonomi seperti harga, tingkat suku bunga dan biaya. Hasil analisis optimasi ini menjadi bahan pembahasan untuk memberikan beberapa justifikasi rekomendasi pengelolaan sumberdaya ikan teri