V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
5.1. Geografis dan Administrasi
Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang secara geografis terletak pada koordinat 00º02 - 00º29 Lintang Selatan
LS dan 99°52 - 100°23 Bujur Timur BT. Kabupaten Agam terdiri atas 15 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan 2.230,30 km
2
, dan memiliki wilayah pantai. Secara administrasi kecamatan Tanjung Mutiara merupakan wilayah
kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Agam, yang memiliki wilayah pantai dan
lautan yang berada pada titik koordinat 00º10’58” - 00°25’47” LS dan 99°46’33” - 99°59’56” BT yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Luas
Kecamatan Tanjung Mutiara adalah 205,73 km
2
dengan panjang garis pantai 43 km BPS 2004 .
Sepanjang garis pantai Tanjung Mutiara terdapat 2 buah pulau yaitu Pulau Ujung dan Pulau Tangah. Wilayah kecamatan Tanjung Mutiara terdiri atas
tiga nagari, yaitu Nagari Tiku Selatan, Nagari Tiku Utara, dan Nagari Tiku V Jorong. Dua Nagari merupakan wilayah yang memiliki pesisir dan laut, yaitu
Nagari Tiku Selatan dan Nagari Tiku V Jorong. Nagari pesisir adalah nagari yang berada pada daerah pesisir pantai yang terdiri dari :
1 Nagari Tiku Selatan : Jorong Gasan Kecil, Jorong Banda Gadang, Jorong Pasir Tiku, Jorong Pasar Tiku, Jorong Kampung Darek, Jorong Sungai
Nibung, Jorong Pasir Panas. 2 Nagari Tiku V Jorong: Jorong Ujung Labung, Jorong Muara Putus, Jorong
Masang, Jorong Labuhan, Jorong Subang – Subang. Secara administratif Tanjung Mutiara merupakan satu-satunya kecamatan
pesisir yang memiliki potensi kelautan di Kabupaten Agam, dengan batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kabupaten Pasaman Barat
Sebelah Selatan : Kabupaten Padang Pariaman Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan Ampek Nagari
Sebelah Barat : Samudera Indonesia
35
5.2. Kondisi Klimatologi Wilayah
Kecamatan Tanjung Mutiara memiliki temperatur antara 25 °C sampai
dengan 30 °C, dengan kelembaban rata-rata 88 terutama pada bulan-bulan basah
September sampai dengan Desember, dan lamanya penyinaran matahari rata-rata 58. Kecamatan Tanjung Mutiara termasuk daerah yang memiliki curah hujan
2.500-3.500 mm per tahun, dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut turut. Menurut Oldeman, Irsal Las, SN Darwis 1979, bahwa wilayah penelitian
termasuk ke dalam Zone A dengan jumlah bulan basah lebih dari 9 bulan, bulan kering kurang dari 2 bulan.
Data curah hujan pada di Kecamatan Tanjung Mutiara berdasarkan hasil pengamatan stasiun curah hujan di Cacang Tinggi Kecamatan Tanjung Mutiara
dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Curah hujan mm selama tahun 1993 sampai dengan 2002 di
Kecamatan Tanjung Mutiara.
No Bulan
Tahun 1993
1994 1995
1996 1997
1998 1999
2000 2001
2002
1 2
3 4
5 6
7 8
9
10 11
12 Januari
Pebruari Maret
April Mei
Juni Juli
Agustus September
Oktober Nopember
Desember 388
306 395
294 304
282 264
271 192
514 469
505 478
298 277
405 228
329 284
567 155
95 511
365 321
237 278
289 312
160 305
297 460
455 233
255 271
209 294
248 124
307 377
292 308
625 119
373 48
50 99
463 284
141 132
120 198
24 207
61 317
120 111
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
- -
-
206 311
496 392
660 294
309 299
225 452
168 124
180 123
240 163
412 123
405 301
214 316
342 332
192 254
283 407
510 357
Jumlah 4184 3992 3602 3547 1827 548
- 2359 2818 3913
Rata-rata 348 332 300 295 152 182 - 393 234 326
Keterangan. - = data tidak ada alat rusak Sumber : Stasiun Curah Hujan Cacang Tinggi Kecamatan Tanjung Mutiara.
5.3. Kegiatan Perekonomian Wilayah Pesisir Aktivitas perekonomian masyarakat di wilayah pesisir Tanjung Mutiara
secara umum adalah berbasis pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Kegiatan ekonomi masyarakat dominan sebagai nelayan, pengolah ikan dan
sebagian yang lain pedagang ikan dan petani. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Agam, telah memberikan sumbangan PDRB terhadap total
PDRB daerah seperti pada Tabel 2.
36
Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Agam atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001 – 2005 Jutaan Rupiah
LAPANGAN USAHA 2001
2002 2003
2004 2005
1 2
3 4
5 6
1. PERTANIAN 643.786,52
729.899,59 829.851,50
953.522,05 1.230.982,18
a. Tanaman Pangan Hortikultura
389.565,96 420.541,77 450.077,73 486.049,06 669.968,55 b. Tanaman Perkebunan
142.080,78 183.866,07
234.331,85 297.744,88
361.673,67 c. Peternakan
61.383,91 70.822,32
84.133,70 97.439,31
112.699,40 d. Kehutanan
15.307,44 17.331,62
19.130,96 23.258,88
25.308,75 e. Perikanan
35.448,43 37.337,81
42.177,26 49.029,92
61.331,81 2. PERTAMBANGAN
PENGGALIAN 84.066,28 101.956,36 113.150,03 131.919,30 148.991,21
a. Pertambangan Tanpa Migas 0,00
0,00 0,00
0,00 0,00
b. Penggalian 84.066,28
101.956,36 113.150,03
131.919,30 148.991,21
3. INDUSTRI PENGOLAHAN
310.085,32 339.924,85 364.249,07 391.691,54 432.553,56
a. Industri
Migas 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
b. Industri Tanpa Migas 310.085,32
339.924,85 364.249,07
391.919,54 432.553,56
4. LISTRIK, GAS AIR BERSIH
16.721,67 22.614,02 28.379,10 31.921,42 36.115,97
a. Listrik 15.751,16
21.322,97 26.955,68
30.332,16 34.334,46
b. Gas
0,00 0,00
0,00 0,00 0.00 c. Air Bersih
970,51 1.291,05
1.423,42 1.589,26
1.781,51 5. BANGUNAN
100.760,41 113.004,61
125.013,88 141.163,16
167.339,59 6. PERDAGANGAN, HOTEL
RESTORAN 349.347,86 390.768,06 432.340,27 480.770,58 538.188,59
a. Perdaangan besar dan eceran
334.845,88 373.660,99 411.894,00 457.404,95 511.272,86 b. Hotel
5.812,75 7.478,33
9.852,89 11.985,89
14.141,95 c. Restoran
8.689,23 9.628,74
10.593,38 11.379,74
12.773,78 7. PENGANGKUTAN DAN
KOMUNIKASI 91.591,35 111.811,15 126.332,87 144.527,35 171.948,27
a. Angkutan 85.833,95
104.284,85 117.452,78
133.954,96 160.034,50
- Kereta
Api 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
- Jalan RayaDarat 84.757,00
102.973,30 115.993,54
132.115,15 157.849,98
- Laut, sungai, danau, dan penyeberangan
263,41 315,51 364,42 421,70 507,16 -
Udara 0,00
0,00 0,00 0,00 0,00
- Jasa penunj. Angkutan 813,55
996,04 1.094,81
1.409,10 1.677,36
b. Komunikasi 5.757,40
7.526,30 8.880,10
10.581,39 11.913,77
8. KEUANGAN, PERSEWAAN JASA
PERUSAHAAN 771.600,73 88.359,07
102.080,43 118.682,53 136.872,63
a. Bank 18.793,24
20.481,91 22.545,64
24.845,07 28.068,76
b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa
Penunjang 8.791,52 10.831,12 12.820,79 15.197,91 17.887,06
c. Sewa Bangunan 43.739,62
56.733,57 66.370,11
78.240,48 90.452,69
d. Jasa Perusahaan 276,35
312,47 343,89
399,07 464,12
9. JASA-JASA 352.497,00
398.246,13 434.316,32
473.680,89 514.965,22
a. Pemerintahan Umum Pertahanan
308.468,1 348.512,92 377.849,18 409.547,47 443.574,78 b. Swasta
44.028,59 49.733,21
56.467,14 64.133,42
71.390,44 - Sosial Kemasyarakatan
10.005,26 11.570,55
13.096,07 14.756,03
16.602,56 - Hiburan Rekreasi
731,90 804,91
931,34 1.078,34
1.186,48 - Perorangan dan
Rumah Tangga 33.291,42 37.357,75 42.439,73 48.299,05 53.601,40
P D R B 2.020.457,13
2.296.583,86 2.555.713,47
2.867.878,82 3.377.957,22
Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2006.
37
Sektor perikanan dan kelautan sebagai kelompok sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui renewable resourse, sangat dipengaruhi oleh kualitas dan
daya dukung lingkungan perairan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan agar selalu dapat memberikan manfaat secara ekonomis, maka diperlukan pengelolaan secara
tepat dan optimal. Apabila faktor lingkungan dan daya dukung lingkungan tidak mendapat pengelolaan secara tepat, maka akan memberikan tekanan terhadap
sumberdaya perikanan. Usaha penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Agam, khususnya di
daerah Kecamatan Tanjung Mutiara sebagian sudah menggunakan sarana atau armada penangkapan menggunakan mesin dan masih ada yang menggunakan alat
tangkap tanpa bermotor. Jumlah armada tangkap yang ada, di Kecamatan Tanjung Mutiara seperti terlihat dalam Tabel 3.
Tabel 3. Data Perkembangan Armada Tangkap di Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.
Tahun Jumlah Armada Unit
Perahu Tanpa Motor Motor Tempel
Kapal Motor
1996 362 24 137
1997 357 26 138
1998 354 21 124
1999 346 21 125
2000 347 32 126
2001 355 36 124
2002 355 39 114
2003 392 43 111
2004 412 46 114
2005 698 140 112 2006 673
165 113
Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam
Dari data tersebut terlihat bahwa usaha dengan menggunakan perahu tanpa motor 70,66 dan motor tempel 9,01 , sementara untuk kapal motor sebesar
20,33 . Hal ini memperlihatkan aktifitas kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan secara umum banyak dilakukan di perairan yang berada
di dekat pantai. Dengan armada dan alat tangkap tersebut daya jangkauan masih terbatas, penangkapan ikan baru bisa memasuki jalur I dan jalur II, belum dapat
memasuki wilayah ZEEI yang justru memiliki populasi ikan yang relatif banyak, sehingga hasil tangkapan belum optimal selain itu juga dipengaruhi oleh musim
ikan dan iklim.
38
Dalam menjalankan usaha penangkapan ikan, nelayan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Alat tangkap yang dominan digunakan nelayan
Tanjung Mutiara adalah bagan, payang dan tonda. Jumlah dari ketiga alat tangkap tersebut dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Perkembangan Jumlah Alat Tangkap berdasarkan Jenis Alat
Tahun Jenis Alat
Bagan Unit Payang Unit
Tonda Unit
1996 168 20 10
1997 164 22 12
1998 158 27 12
1999 124 32 13
2000 113 35 11
2001 85 39
10 2002
65 39 27
2003 36 49
26 2004
38 49 27
2005 36 46
32 2006
36 46 32
Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam.
Pada Gambar 7 menunjukkan perkembangan penggunaan unit penangkapan ikan ikan dengan alat tangkap bagan, payang dan tonda dari tahun
1996 sampai dengan tahun 2007. Bagan memperlihatkan jumlah penurunan yang cukup tajam dari tahun 1996 sebanyak 168 unit menjadi 36 unit pada tahun 2007.
Beda dengan payang dan tonda, terjadi peningkatan jumlah alat dari tahun ke tahun, walaupun penambahannya tidak terlalu banyak.
20 40
60 80
100 120
140 160
180
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
Tahun J
u m
la h
u ni
t
Bagan Payang
Tonda
Gambar 7 Grafik Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Bagan, Payang dan Tonda Tahun 1996-2007
39
Dalam menunjang kegiatan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di Kabupaten Agam, Pemerintah telah membangun dan
menyediakan sarana penunjang, seperti : 1 TempatPelabuhan Pendaratan Ikan PPI Tiku; berupa kolam pelabuhan
sebagai tempat berlabuhnya kapal yang bongkar muat hasil tangkapan ikan. 2 Pabrik Es ; bangunan untuk pabrik es dengan luas bangunan 50 x 30 m,
kapasitas produksi 10-20 ton per hari telah berproduksi dengan baik. Apabila hasil tangkapan ikan banyak, maka kebutuhan es telah dapat
dipenuhi dari pabrik es ini. 3 Tempat Pelelangan Ikan TPI ; merupakan fasilitas tempat melelang hasil
tangkapan ikan para nelayan sehingga harga jual tetap mengikuti standar pasaran. Tempat pelelangan ini dilengkapi dengan sarana air bersih,
mushalla, listrik. 4 Cold Storage ; sebagai tempat penyimpanan ikan-ikan hasil tangkapan untuk
mempertahankan agar kondisi ikan tetap segar dalam jangka waktu panjang terutama untuk ikan yang akan diekspor. Kapasitas simpan Cold Storage ini
dapat menampung ikan sebanyak 10 ton. 5 Pos Syahbandar ; berfungsi untuk menjaga nelayan dalam menangkap ikan
di tengah laut dan memeriksa kelayakan kapal nelayan yang akan digunakan untuk melaut, apakah kapal-kapal tersebut layak atau tidak untuk digunakan
menangkap ikan di laut. 6 Pos Keamanan Laut Kamla ; menjaga keamanan nelayan dan wilayah
tangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Agam, terutama gangguan dari pencurian ikan daerah dan bahkan dari negara tetangga telah dibentuk dan
dioperasikan Pos Keamanan Laut di Tiku. 7 Solar Packed Dealer untuk Nelayan SPDN ; merupakan stasiun pengisian
Bahan Bakar Solar untuk kebutuhan kapal-kapal nelayan. SPDN ini sudah beroperasi selama 1 tahun.
8 Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir KOPEM; sebagai salah satu wadah bagi nelayan dalam memperoleh modal usaha. Koperasi ini
bergerak dalam bidang finansial dan simpan pinjam dan penyediaan bahan solar.
40
Berdasarkan data yang ada bahwa usaha perikanan tangkap melibatkan hampir semua masyarakat pesisir Kecamatan Tanjung Mutiara, hal ini juga
memberi dampak terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Selain sebagai nelayan penuh yaitu nelayan yang kehidupan tergantung pada penangkapan ikan juga
terdapat nelayan sambilan, yaitu nelayan kegiatan penangkapan ikan sebagai usaha tambahannya.
Usaha penangkapan ikan oleh nelayan juga didukung dengan rantai distribusi produksi yang dilakukan oleh pedagang dan pengolah, sehingga sampai
ke tangan konsumen baik berupa ikan segar mau pun bentuk olahan. Tabel 5 menunjukkan perkembangan jumlah pedagang dan pengolah ikan di Kecamatan
Tanjung Mutiara. Tabel 5. Perkembangan Jumlah Pedagang dan Pengolah Ikan di Tanjung Mutiara
Kabupaten Agam
Tahun Pedagang Bakul
orang Pedagang Pengumpul
orang Pengolah Ikan
orang
2001 96
7 56
2002 98
6 41
2003 102 8
37 2004 111
13 35
2005 114 13
35 2006 118
14 32
2007 116 15
32
Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam
Jumlah total produksi ikan hasil tangkapan di Tanjung Mutiara memperlihatkan kecendrungan menurun dari tahun 1996 sampai dengan tahun
1999, dan tahun 2000 naik kembali. Hal ini karena terjadinya penurunan jumlah alat tangkap terutama untuk bagan dari jumlah 168 unit tahun 1996 menjadi 85
unit tahun 2001. Produksi dari ketiga jenis alat tersebut merupakan produksi total tangkapan yang terdiri dari berbagai jenis ikan hasil tangkapan. Hasil tangkapan
ikan yang dominan dari masing-masing alat merupakan bahan analisis dalam pengolahan data berikutnya. Terdiri atas sumberdaya ikan teri untuk alat tangkap
bagan, ikan tongkol untuk alat tangkap payang dan ikan tunacakalang untuk alat tangkap tonda. Perkembangan total produksi perikanan tangkap berdasarkan jenis
alat tangkap seperti terlihat pada Tabel 6.
41
Tabel 6 Perkembangan Total Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Jenis Alat Tangkap Dominan di Tanjung Mutiara
Tahun Jenis Alat
Jumlah Ton Bagan Ton
Payang Ton Tonda Ton
1996 3.686,90
1.315,43 2.370,15
7.372,48 1997
2.763,19 985,88
1.776,34 5.525,41
1998 2.233,02
796,71 1.435,51
4.465,25 1999
2.059,85 734,92
1.324,19 4.118,96
2000 3.167,98 1.130,29 2.036,56 6.334,84
2001 2.620,71
935,03 1.684,74
5.240,48 2002
2.111,54 753,37
1.357,42 4.222,32
2003 2.103,75
750,59 1.352,41
4.206,75 2004
2.368,91 845,19
1.522,87 4.736,98
2005 2.455,38
876,04 1.578,46
4.909,89 2006
2.369,33 920,82
1.784,14 5.074,30
Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam .
Gambar 8 memperlihatkan grafik perkembangan produksi hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap bagan, tangkap payang dan alat tangkap tonda. Hasil
tangkapan bagan dominan adalah ikan teri dan beberapa jenis ikan lainnya seperti layur, dan kembung. Payang hasil tangkapan ikan dominan adalah tongkol dan
beberapa jenis ikan pelagis kecil lainnya. Untuk alat tangkap tonda, ikan hasil tangkapan dominan adalah ikan tunacakalang dan sebagian kecil ikan-ikan
lainnya. Tingkat produksi ikan yang diperoleh dari masing-masing alat menunjukan, produksi tertinggi setiap tahunnya didominasi oleh bagan, kemudian
tonda dan yang terendah adalah payang.
500 1000
1500 2000
2500 3000
3500 4000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11
Tahun P
ro duk
s i To
n
Prod.Bagan Prod.Payang
Prod.Tonda
Gambar 8 Perkembangan Produksi Ikan hasil Tangkapan Bagan, Payang dan Tonda Tahun 1996 – 2006.
42
5.4 Profil Sumberdaya Manusia
Jumlah penduduk Tanjung Mutiara sebanya 16.119 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.607 KK. Dari jumlah tersebut terdiri atas 8.071 jiwa
adalah laki-laki dan sebanyak 8.048 jiwa adalah perempuan. Jumlah penduduk Tanjung Mutiara dilihat berdasarkan mata pencaharian, seperti pada Tabel 7.
Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tanjung Mutiara Tahun 2007.
No Mata Pencaharian
Jumlah Jiwa
Persentase
1
Pertanian 2.263
27,88
2
Nelayan 1.716
21,14
3
Pedagang 1.307
16,10
4
PNS 653
8,05
5
ABRI 109
1,34
6
Jasa 544
6,70
7
Buruh 762
9,39
8
Lain-lain 762
9,39 Jumlah
8.116 100
Sumber : Kecamatan Tanjung Mutiara 2007
Nelayan dapat dikelompokan menjadi nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah orang yang mata pencarian utamanya melakukan
penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta sebagai sumber perekonomiannya. Nelayan sambilan adalah orang yang melakukan penangkapan
ikan sebagai usaha tambahan dari usaha pokoknya di sektor lain. Perkembangan jumlah nelayan di Tanjung Mutiara, seperti pada Tabel 8.
Tabel 8. Perkembangan Jumlah Nelayan di Tanjung Mutiara Kabupaten Agam.
Tahun Nelayan Penuh
orang Nelayan Sambilan
orang Jumlah
orang
1996 2.004 230 2.234 1997 1.984 230 2.214
1998 1.955 232 2.187 1999 1.903 231 2.134
2000 1.926 227 2.153 2001 1.852
224 2.076
2002 1.799 221 2.020 2003 1.802 218 2.020
2004 1.781 219 2.000 2005 1.716 222 1.938
2006 1.734 221 1.952
Sumber: Dinas Peperla Kabupaten Agam.
VI. HASIL DAN PEMBAHASAN
Keragaan Perikanan Kabupaten Agam
Aktifitas kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Agam hanya terdapat di satu kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara. Wilayah ini terdiri atas tiga
nagari dan dua nagari diantaranya merupakan nagari pesisir yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan. Dua nagari pesisir tersebut adalah Nagari Tiku
Selatan dan Tiku V Jorong dan satu nagari lagi yaitu Nagari Tiku Utara adalah merupakan nagari yang tidak memiliki pantai dan laut. Nagari Tiku Selatan terdiri
atas beberapa jorong atau desa yaitu Pasir Tiku, Pasar Tiku, Batang Tiku, Gasan Kaciak, Bandar Gadang, sementara Nagari Tiku V Jorong terdiri atas jorong atau
desa Ujung Labung, Muara Putus, Labuan, Subang-subang serta jorong Taratak Nan Tigo.
Kegiatan perikanan tangkap terbesar terdapat di Nagari Tiku Selatan tepatnya di Jorong Pasir Tiku, karena disini terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan
PPI dan Tempat Pelelangan Ikan TPI. Selain itu juga tersedia fasilitas pendukung seperti Pabrik Es, Cold Storage, Air bersih, Warung Pesisir, Solar
Packed Dealer untuk Nelayan SPDN, Ruang Pertemuan Nelayan serta Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir KOPEMP. Tempat pendaratan ikan
yang lain terdapat di Jorong Muara Putus sebagai unit dari TPI Tiku. Produksi perikanan tangkap di Tanjung Mutiara mencapai rata-rata 4.563,08 ton
per tahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Tanjung Mutiara diduga sudah mencapai sekitar 70, sehingga masih punya peluang untuk peningkatan
pemanfaatan terutama untuk daerah lepas pantai dan ZEEI. Teknologi penangkapan yang dimiliki oleh nelayan secara umum masih tradisional, hanya
beberapa nelayan saja yang sudah memiliki peralatan dengan teknologi maju. Daerah penangkapan ikan fishing ground, masih disekitar perairan artisanal atau
dibawah 3 mil, dan hanya sebagian kecil yang melakukan aktivitas penangkapan di perairan lepas pantai. Kondisi ini tergambar dari penggunaan alat yang dipakai
oleh nelayan dan bahkan saat ini masih ada nelayan yang melakukan penangkapan dengan jaring “tepi”.