Geografis dan Administrasi Profil Sumberdaya Manusia

V. KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

5.1. Geografis dan Administrasi

Kabupaten Agam merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Barat yang secara geografis terletak pada koordinat 00º02 - 00º29 Lintang Selatan LS dan 99°52 - 100°23 Bujur Timur BT. Kabupaten Agam terdiri atas 15 kecamatan dengan luas wilayah keseluruhan 2.230,30 km 2 , dan memiliki wilayah pantai. Secara administrasi kecamatan Tanjung Mutiara merupakan wilayah kecamatan pesisir yang ada di Kabupaten Agam, yang memiliki wilayah pantai dan lautan yang berada pada titik koordinat 00º10’58” - 00°25’47” LS dan 99°46’33” - 99°59’56” BT yang berbatasan langsung dengan Samudera Indonesia. Luas Kecamatan Tanjung Mutiara adalah 205,73 km 2 dengan panjang garis pantai 43 km BPS 2004 . Sepanjang garis pantai Tanjung Mutiara terdapat 2 buah pulau yaitu Pulau Ujung dan Pulau Tangah. Wilayah kecamatan Tanjung Mutiara terdiri atas tiga nagari, yaitu Nagari Tiku Selatan, Nagari Tiku Utara, dan Nagari Tiku V Jorong. Dua Nagari merupakan wilayah yang memiliki pesisir dan laut, yaitu Nagari Tiku Selatan dan Nagari Tiku V Jorong. Nagari pesisir adalah nagari yang berada pada daerah pesisir pantai yang terdiri dari : 1 Nagari Tiku Selatan : Jorong Gasan Kecil, Jorong Banda Gadang, Jorong Pasir Tiku, Jorong Pasar Tiku, Jorong Kampung Darek, Jorong Sungai Nibung, Jorong Pasir Panas. 2 Nagari Tiku V Jorong: Jorong Ujung Labung, Jorong Muara Putus, Jorong Masang, Jorong Labuhan, Jorong Subang – Subang. Secara administratif Tanjung Mutiara merupakan satu-satunya kecamatan pesisir yang memiliki potensi kelautan di Kabupaten Agam, dengan batas wilayah sebagai berikut : ƒ Sebelah Utara : Kabupaten Pasaman Barat ƒ Sebelah Selatan : Kabupaten Padang Pariaman ƒ Sebelah Timur : Kecamatan Lubuk Basung dan Kecamatan Ampek Nagari ƒ Sebelah Barat : Samudera Indonesia 35

5.2. Kondisi Klimatologi Wilayah

Kecamatan Tanjung Mutiara memiliki temperatur antara 25 °C sampai dengan 30 °C, dengan kelembaban rata-rata 88 terutama pada bulan-bulan basah September sampai dengan Desember, dan lamanya penyinaran matahari rata-rata 58. Kecamatan Tanjung Mutiara termasuk daerah yang memiliki curah hujan 2.500-3.500 mm per tahun, dengan bulan kering selama 1-2 bulan berturut turut. Menurut Oldeman, Irsal Las, SN Darwis 1979, bahwa wilayah penelitian termasuk ke dalam Zone A dengan jumlah bulan basah lebih dari 9 bulan, bulan kering kurang dari 2 bulan. Data curah hujan pada di Kecamatan Tanjung Mutiara berdasarkan hasil pengamatan stasiun curah hujan di Cacang Tinggi Kecamatan Tanjung Mutiara dapat disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Curah hujan mm selama tahun 1993 sampai dengan 2002 di Kecamatan Tanjung Mutiara. No Bulan Tahun 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember 388 306 395 294 304 282 264 271 192 514 469 505 478 298 277 405 228 329 284 567 155 95 511 365 321 237 278 289 312 160 305 297 460 455 233 255 271 209 294 248 124 307 377 292 308 625 119 373 48 50 99 463 284 141 132 120 198 24 207 61 317 120 111 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 206 311 496 392 660 294 309 299 225 452 168 124 180 123 240 163 412 123 405 301 214 316 342 332 192 254 283 407 510 357 Jumlah 4184 3992 3602 3547 1827 548 - 2359 2818 3913 Rata-rata 348 332 300 295 152 182 - 393 234 326 Keterangan. - = data tidak ada alat rusak Sumber : Stasiun Curah Hujan Cacang Tinggi Kecamatan Tanjung Mutiara. 5.3. Kegiatan Perekonomian Wilayah Pesisir Aktivitas perekonomian masyarakat di wilayah pesisir Tanjung Mutiara secara umum adalah berbasis pada pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut. Kegiatan ekonomi masyarakat dominan sebagai nelayan, pengolah ikan dan sebagian yang lain pedagang ikan dan petani. Kontribusi sektor perikanan dan kelautan di Kabupaten Agam, telah memberikan sumbangan PDRB terhadap total PDRB daerah seperti pada Tabel 2. 36 Tabel 2. Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Agam atas Dasar Harga Berlaku Menurut Lapangan Usaha Tahun 2001 – 2005 Jutaan Rupiah LAPANGAN USAHA 2001 2002 2003 2004 2005 1 2 3 4 5 6

1. PERTANIAN 643.786,52

729.899,59 829.851,50 953.522,05 1.230.982,18 a. Tanaman Pangan Hortikultura 389.565,96 420.541,77 450.077,73 486.049,06 669.968,55 b. Tanaman Perkebunan 142.080,78 183.866,07 234.331,85 297.744,88 361.673,67 c. Peternakan 61.383,91 70.822,32 84.133,70 97.439,31 112.699,40 d. Kehutanan 15.307,44 17.331,62 19.130,96 23.258,88 25.308,75 e. Perikanan 35.448,43 37.337,81 42.177,26 49.029,92 61.331,81 2. PERTAMBANGAN PENGGALIAN 84.066,28 101.956,36 113.150,03 131.919,30 148.991,21 a. Pertambangan Tanpa Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Penggalian 84.066,28 101.956,36 113.150,03 131.919,30 148.991,21

3. INDUSTRI PENGOLAHAN

310.085,32 339.924,85 364.249,07 391.691,54 432.553,56 a. Industri Migas 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 b. Industri Tanpa Migas 310.085,32 339.924,85 364.249,07 391.919,54 432.553,56

4. LISTRIK, GAS AIR BERSIH

16.721,67 22.614,02 28.379,10 31.921,42 36.115,97 a. Listrik 15.751,16 21.322,97 26.955,68 30.332,16 34.334,46 b. Gas 0,00 0,00 0,00 0,00 0.00 c. Air Bersih 970,51 1.291,05 1.423,42 1.589,26 1.781,51 5. BANGUNAN 100.760,41 113.004,61 125.013,88 141.163,16 167.339,59 6. PERDAGANGAN, HOTEL RESTORAN 349.347,86 390.768,06 432.340,27 480.770,58 538.188,59 a. Perdaangan besar dan eceran 334.845,88 373.660,99 411.894,00 457.404,95 511.272,86 b. Hotel 5.812,75 7.478,33 9.852,89 11.985,89 14.141,95 c. Restoran 8.689,23 9.628,74 10.593,38 11.379,74 12.773,78 7. PENGANGKUTAN DAN KOMUNIKASI 91.591,35 111.811,15 126.332,87 144.527,35 171.948,27 a. Angkutan 85.833,95 104.284,85 117.452,78 133.954,96 160.034,50 - Kereta Api 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Jalan RayaDarat 84.757,00 102.973,30 115.993,54 132.115,15 157.849,98 - Laut, sungai, danau, dan penyeberangan 263,41 315,51 364,42 421,70 507,16 - Udara 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 - Jasa penunj. Angkutan 813,55 996,04 1.094,81 1.409,10 1.677,36 b. Komunikasi 5.757,40 7.526,30 8.880,10 10.581,39 11.913,77

8. KEUANGAN, PERSEWAAN JASA

PERUSAHAAN 771.600,73 88.359,07 102.080,43 118.682,53 136.872,63 a. Bank 18.793,24 20.481,91 22.545,64 24.845,07 28.068,76 b. Lembaga Keuangan Tanpa Bank Jasa Penunjang 8.791,52 10.831,12 12.820,79 15.197,91 17.887,06 c. Sewa Bangunan 43.739,62 56.733,57 66.370,11 78.240,48 90.452,69 d. Jasa Perusahaan 276,35 312,47 343,89 399,07 464,12

9. JASA-JASA 352.497,00

398.246,13 434.316,32 473.680,89 514.965,22 a. Pemerintahan Umum Pertahanan 308.468,1 348.512,92 377.849,18 409.547,47 443.574,78 b. Swasta 44.028,59 49.733,21 56.467,14 64.133,42 71.390,44 - Sosial Kemasyarakatan 10.005,26 11.570,55 13.096,07 14.756,03 16.602,56 - Hiburan Rekreasi 731,90 804,91 931,34 1.078,34 1.186,48 - Perorangan dan Rumah Tangga 33.291,42 37.357,75 42.439,73 48.299,05 53.601,40 P D R B 2.020.457,13 2.296.583,86 2.555.713,47 2.867.878,82 3.377.957,22 Sumber : BPS Kabupaten Agam, 2006. 37 Sektor perikanan dan kelautan sebagai kelompok sumberdaya hayati yang dapat diperbaharui renewable resourse, sangat dipengaruhi oleh kualitas dan daya dukung lingkungan perairan. Pemanfaatan sumberdaya perikanan agar selalu dapat memberikan manfaat secara ekonomis, maka diperlukan pengelolaan secara tepat dan optimal. Apabila faktor lingkungan dan daya dukung lingkungan tidak mendapat pengelolaan secara tepat, maka akan memberikan tekanan terhadap sumberdaya perikanan. Usaha penangkapan ikan oleh nelayan di Kabupaten Agam, khususnya di daerah Kecamatan Tanjung Mutiara sebagian sudah menggunakan sarana atau armada penangkapan menggunakan mesin dan masih ada yang menggunakan alat tangkap tanpa bermotor. Jumlah armada tangkap yang ada, di Kecamatan Tanjung Mutiara seperti terlihat dalam Tabel 3. Tabel 3. Data Perkembangan Armada Tangkap di Kecamatan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Tahun Jumlah Armada Unit Perahu Tanpa Motor Motor Tempel Kapal Motor 1996 362 24 137 1997 357 26 138 1998 354 21 124 1999 346 21 125 2000 347 32 126 2001 355 36 124 2002 355 39 114 2003 392 43 111 2004 412 46 114 2005 698 140 112 2006 673 165 113 Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam Dari data tersebut terlihat bahwa usaha dengan menggunakan perahu tanpa motor 70,66 dan motor tempel 9,01 , sementara untuk kapal motor sebesar 20,33 . Hal ini memperlihatkan aktifitas kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan oleh nelayan secara umum banyak dilakukan di perairan yang berada di dekat pantai. Dengan armada dan alat tangkap tersebut daya jangkauan masih terbatas, penangkapan ikan baru bisa memasuki jalur I dan jalur II, belum dapat memasuki wilayah ZEEI yang justru memiliki populasi ikan yang relatif banyak, sehingga hasil tangkapan belum optimal selain itu juga dipengaruhi oleh musim ikan dan iklim. 38 Dalam menjalankan usaha penangkapan ikan, nelayan menggunakan berbagai jenis alat tangkap. Alat tangkap yang dominan digunakan nelayan Tanjung Mutiara adalah bagan, payang dan tonda. Jumlah dari ketiga alat tangkap tersebut dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Perkembangan Jumlah Alat Tangkap berdasarkan Jenis Alat Tahun Jenis Alat Bagan Unit Payang Unit Tonda Unit 1996 168 20 10 1997 164 22 12 1998 158 27 12 1999 124 32 13 2000 113 35 11 2001 85 39 10 2002 65 39 27 2003 36 49 26 2004 38 49 27 2005 36 46 32 2006 36 46 32 Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam. Pada Gambar 7 menunjukkan perkembangan penggunaan unit penangkapan ikan ikan dengan alat tangkap bagan, payang dan tonda dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2007. Bagan memperlihatkan jumlah penurunan yang cukup tajam dari tahun 1996 sebanyak 168 unit menjadi 36 unit pada tahun 2007. Beda dengan payang dan tonda, terjadi peningkatan jumlah alat dari tahun ke tahun, walaupun penambahannya tidak terlalu banyak. 20 40 60 80 100 120 140 160 180 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Tahun J u m la h u ni t Bagan Payang Tonda Gambar 7 Grafik Perkembangan Jumlah Alat Tangkap Bagan, Payang dan Tonda Tahun 1996-2007 39 Dalam menunjang kegiatan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan di Kabupaten Agam, Pemerintah telah membangun dan menyediakan sarana penunjang, seperti : 1 TempatPelabuhan Pendaratan Ikan PPI Tiku; berupa kolam pelabuhan sebagai tempat berlabuhnya kapal yang bongkar muat hasil tangkapan ikan. 2 Pabrik Es ; bangunan untuk pabrik es dengan luas bangunan 50 x 30 m, kapasitas produksi 10-20 ton per hari telah berproduksi dengan baik. Apabila hasil tangkapan ikan banyak, maka kebutuhan es telah dapat dipenuhi dari pabrik es ini. 3 Tempat Pelelangan Ikan TPI ; merupakan fasilitas tempat melelang hasil tangkapan ikan para nelayan sehingga harga jual tetap mengikuti standar pasaran. Tempat pelelangan ini dilengkapi dengan sarana air bersih, mushalla, listrik. 4 Cold Storage ; sebagai tempat penyimpanan ikan-ikan hasil tangkapan untuk mempertahankan agar kondisi ikan tetap segar dalam jangka waktu panjang terutama untuk ikan yang akan diekspor. Kapasitas simpan Cold Storage ini dapat menampung ikan sebanyak 10 ton. 5 Pos Syahbandar ; berfungsi untuk menjaga nelayan dalam menangkap ikan di tengah laut dan memeriksa kelayakan kapal nelayan yang akan digunakan untuk melaut, apakah kapal-kapal tersebut layak atau tidak untuk digunakan menangkap ikan di laut. 6 Pos Keamanan Laut Kamla ; menjaga keamanan nelayan dan wilayah tangkapan ikan di perairan laut Kabupaten Agam, terutama gangguan dari pencurian ikan daerah dan bahkan dari negara tetangga telah dibentuk dan dioperasikan Pos Keamanan Laut di Tiku. 7 Solar Packed Dealer untuk Nelayan SPDN ; merupakan stasiun pengisian Bahan Bakar Solar untuk kebutuhan kapal-kapal nelayan. SPDN ini sudah beroperasi selama 1 tahun. 8 Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir KOPEM; sebagai salah satu wadah bagi nelayan dalam memperoleh modal usaha. Koperasi ini bergerak dalam bidang finansial dan simpan pinjam dan penyediaan bahan solar. 40 Berdasarkan data yang ada bahwa usaha perikanan tangkap melibatkan hampir semua masyarakat pesisir Kecamatan Tanjung Mutiara, hal ini juga memberi dampak terhadap kegiatan ekonomi lainnya. Selain sebagai nelayan penuh yaitu nelayan yang kehidupan tergantung pada penangkapan ikan juga terdapat nelayan sambilan, yaitu nelayan kegiatan penangkapan ikan sebagai usaha tambahannya. Usaha penangkapan ikan oleh nelayan juga didukung dengan rantai distribusi produksi yang dilakukan oleh pedagang dan pengolah, sehingga sampai ke tangan konsumen baik berupa ikan segar mau pun bentuk olahan. Tabel 5 menunjukkan perkembangan jumlah pedagang dan pengolah ikan di Kecamatan Tanjung Mutiara. Tabel 5. Perkembangan Jumlah Pedagang dan Pengolah Ikan di Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Tahun Pedagang Bakul orang Pedagang Pengumpul orang Pengolah Ikan orang 2001 96 7 56 2002 98 6 41 2003 102 8 37 2004 111 13 35 2005 114 13 35 2006 118 14 32 2007 116 15 32 Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam Jumlah total produksi ikan hasil tangkapan di Tanjung Mutiara memperlihatkan kecendrungan menurun dari tahun 1996 sampai dengan tahun 1999, dan tahun 2000 naik kembali. Hal ini karena terjadinya penurunan jumlah alat tangkap terutama untuk bagan dari jumlah 168 unit tahun 1996 menjadi 85 unit tahun 2001. Produksi dari ketiga jenis alat tersebut merupakan produksi total tangkapan yang terdiri dari berbagai jenis ikan hasil tangkapan. Hasil tangkapan ikan yang dominan dari masing-masing alat merupakan bahan analisis dalam pengolahan data berikutnya. Terdiri atas sumberdaya ikan teri untuk alat tangkap bagan, ikan tongkol untuk alat tangkap payang dan ikan tunacakalang untuk alat tangkap tonda. Perkembangan total produksi perikanan tangkap berdasarkan jenis alat tangkap seperti terlihat pada Tabel 6. 41 Tabel 6 Perkembangan Total Produksi Perikanan Tangkap Berdasarkan Jenis Alat Tangkap Dominan di Tanjung Mutiara Tahun Jenis Alat Jumlah Ton Bagan Ton Payang Ton Tonda Ton 1996 3.686,90 1.315,43 2.370,15 7.372,48 1997 2.763,19 985,88 1.776,34 5.525,41 1998 2.233,02 796,71 1.435,51 4.465,25 1999 2.059,85 734,92 1.324,19 4.118,96 2000 3.167,98 1.130,29 2.036,56 6.334,84 2001 2.620,71 935,03 1.684,74 5.240,48 2002 2.111,54 753,37 1.357,42 4.222,32 2003 2.103,75 750,59 1.352,41 4.206,75 2004 2.368,91 845,19 1.522,87 4.736,98 2005 2.455,38 876,04 1.578,46 4.909,89 2006 2.369,33 920,82 1.784,14 5.074,30 Sumber : Dinas Peperla Kabupaten Agam . Gambar 8 memperlihatkan grafik perkembangan produksi hasil tangkapan ikan dengan alat tangkap bagan, tangkap payang dan alat tangkap tonda. Hasil tangkapan bagan dominan adalah ikan teri dan beberapa jenis ikan lainnya seperti layur, dan kembung. Payang hasil tangkapan ikan dominan adalah tongkol dan beberapa jenis ikan pelagis kecil lainnya. Untuk alat tangkap tonda, ikan hasil tangkapan dominan adalah ikan tunacakalang dan sebagian kecil ikan-ikan lainnya. Tingkat produksi ikan yang diperoleh dari masing-masing alat menunjukan, produksi tertinggi setiap tahunnya didominasi oleh bagan, kemudian tonda dan yang terendah adalah payang. 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Tahun P ro duk s i To n Prod.Bagan Prod.Payang Prod.Tonda Gambar 8 Perkembangan Produksi Ikan hasil Tangkapan Bagan, Payang dan Tonda Tahun 1996 – 2006. 42

5.4 Profil Sumberdaya Manusia

Jumlah penduduk Tanjung Mutiara sebanya 16.119 jiwa dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 2.607 KK. Dari jumlah tersebut terdiri atas 8.071 jiwa adalah laki-laki dan sebanyak 8.048 jiwa adalah perempuan. Jumlah penduduk Tanjung Mutiara dilihat berdasarkan mata pencaharian, seperti pada Tabel 7. Tabel 7. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Tanjung Mutiara Tahun 2007. No Mata Pencaharian Jumlah Jiwa Persentase 1 Pertanian 2.263 27,88 2 Nelayan 1.716 21,14 3 Pedagang 1.307 16,10 4 PNS 653 8,05 5 ABRI 109 1,34 6 Jasa 544 6,70 7 Buruh 762 9,39 8 Lain-lain 762 9,39 Jumlah 8.116 100 Sumber : Kecamatan Tanjung Mutiara 2007 Nelayan dapat dikelompokan menjadi nelayan penuh dan nelayan sambilan. Nelayan penuh adalah orang yang mata pencarian utamanya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup serta sebagai sumber perekonomiannya. Nelayan sambilan adalah orang yang melakukan penangkapan ikan sebagai usaha tambahan dari usaha pokoknya di sektor lain. Perkembangan jumlah nelayan di Tanjung Mutiara, seperti pada Tabel 8. Tabel 8. Perkembangan Jumlah Nelayan di Tanjung Mutiara Kabupaten Agam. Tahun Nelayan Penuh orang Nelayan Sambilan orang Jumlah orang 1996 2.004 230 2.234 1997 1.984 230 2.214 1998 1.955 232 2.187 1999 1.903 231 2.134 2000 1.926 227 2.153 2001 1.852 224 2.076 2002 1.799 221 2.020 2003 1.802 218 2.020 2004 1.781 219 2.000 2005 1.716 222 1.938 2006 1.734 221 1.952 Sumber: Dinas Peperla Kabupaten Agam.

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN

Keragaan Perikanan Kabupaten Agam Aktifitas kegiatan perikanan tangkap di Kabupaten Agam hanya terdapat di satu kecamatan yaitu Kecamatan Tanjung Mutiara. Wilayah ini terdiri atas tiga nagari dan dua nagari diantaranya merupakan nagari pesisir yang sebagian besar masyarakatnya adalah nelayan. Dua nagari pesisir tersebut adalah Nagari Tiku Selatan dan Tiku V Jorong dan satu nagari lagi yaitu Nagari Tiku Utara adalah merupakan nagari yang tidak memiliki pantai dan laut. Nagari Tiku Selatan terdiri atas beberapa jorong atau desa yaitu Pasir Tiku, Pasar Tiku, Batang Tiku, Gasan Kaciak, Bandar Gadang, sementara Nagari Tiku V Jorong terdiri atas jorong atau desa Ujung Labung, Muara Putus, Labuan, Subang-subang serta jorong Taratak Nan Tigo. Kegiatan perikanan tangkap terbesar terdapat di Nagari Tiku Selatan tepatnya di Jorong Pasir Tiku, karena disini terdapat Pangkalan Pendaratan Ikan PPI dan Tempat Pelelangan Ikan TPI. Selain itu juga tersedia fasilitas pendukung seperti Pabrik Es, Cold Storage, Air bersih, Warung Pesisir, Solar Packed Dealer untuk Nelayan SPDN, Ruang Pertemuan Nelayan serta Koperasi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir KOPEMP. Tempat pendaratan ikan yang lain terdapat di Jorong Muara Putus sebagai unit dari TPI Tiku. Produksi perikanan tangkap di Tanjung Mutiara mencapai rata-rata 4.563,08 ton per tahun. Pemanfaatan sumberdaya ikan di perairan Tanjung Mutiara diduga sudah mencapai sekitar 70, sehingga masih punya peluang untuk peningkatan pemanfaatan terutama untuk daerah lepas pantai dan ZEEI. Teknologi penangkapan yang dimiliki oleh nelayan secara umum masih tradisional, hanya beberapa nelayan saja yang sudah memiliki peralatan dengan teknologi maju. Daerah penangkapan ikan fishing ground, masih disekitar perairan artisanal atau dibawah 3 mil, dan hanya sebagian kecil yang melakukan aktivitas penangkapan di perairan lepas pantai. Kondisi ini tergambar dari penggunaan alat yang dipakai oleh nelayan dan bahkan saat ini masih ada nelayan yang melakukan penangkapan dengan jaring “tepi”.