Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap

70

6.5 Kebijakan dalam Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Tangkap

Pemanfaatan sumberdaya perikanan secara berkelanjutan sustainable diperlukan suatu kebijakan dalam pengelolaannya. Oleh karena itu dalam pemanfaatan sumberdaya dilakukan secara optimal pada masa sekarang supaya generasi mendatang memperoleh nilai manfaat yang paling tidak sama dengan kondisi sekarang dari sumberdaya tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tingkat alokasi optimal sumberdaya perikanan tangkap di Perairan Tanjung Mutiara adalah seperti terlihat pada Tabel 23. Tabel 23 Alokasi Optimal Sumberdaya Perikanan Tangkap di Perairan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam Alokasi Optimal Satuan Teri Bagan Tongkol Payang TunaCakalang Tonda Aktual Optimal Aktual Optimal Aktual Optimal Yield Ton per tahun 2.267,90 1.564,31 822,63 537,46 1.472,55 963,90 Effort Trip per tahun 4.571 2.709 3.305 3.496 818 485 Alat Tangkap Unit 36 21 46 49 32 19 Tangkapan Ton per trip 0,50 0,58 0,25 0,15 1,80 1,99 Rente Total Rp per tahun juta 3.800,30 2.886,88 3.048,10 1.300,71 4.890,64 3.469,44 Sumber : Hasil Analisis dari Lampiran 6,10 dan 14. Tabel 23 menunjukkan bahwa berdasarkan tingkat diskon rate sebesar 29 produksi optimal untuk sumberdaya perikanan tangkap bagan sebanyak 1.564,31 ton per tahun, dengan tingkat upaya 2.709 trip. Bila jumlah effort optimal dikonversi kembali ke dalam jumlah aktual maka jumlah unit alat tangkap bagan yang optimal adalah 21 unit. Sementara pada kondisi aktual jumlah bagan sekarang sudah mencapai 36 unit. Produksi optimal payang adalah sebanyak 537,46 ton per tahun, dengan tingkat upaya 3.496 trip, maka untuk jumlah unit alat tangkap yang optimal adalah sebanyak 49 unit. Sehingga bila dibandingkan dengan kondisi aktual maka jumlah alat tangkap payang masih dapat ditambah sebanyak 3 unit lagi. Produksi optimal untuk alat tangkap tonda adalah sebanyak 963,90 ton per tahun, dengan tingkat upaya 485 trip. Bila dilihat dari jumlah effort optimal tersebut maka maka jumlah alat yang optimal adalah sebanyak 19 unit, 71 jumlah ini jauh lebih sedikit dari jumlah alat pada kondisi aktual sekarang sebanyak 32 unit. Artinya bahwa untuk pemanfaatan sumberdaya tersebut secara optimal yang akan memberikan nilai manfaat optimal jangka panjang maka jumlah alat yang ada perlu pengurangan jumlah alat. Rata-rata produksi aktual dari pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap bagan adalah sebanyak 2.267,90 ton per tahun, dengan jumlah effort sebanyak 4.571 trip. Jumlah effort ini jauh lebih banyak dibandingkan dengan alokasi secara optimal, sehingga akan menyebabkan total biaya akan lebih besar dalam pemanfaatan sumberdaya tersebut. Rata-rata produksi untuk alat tangkap payang adalah 822,63 ton per tahun dengan jumlah effort sebanyak 3.305 trip, sehingga untuk alat tangkap payang punya peluang untuk peningkatan jumlah effort untuk mencapai kondisi optimal. Sementara itu untuk alat tangkap tonda dengan rata- rata produksi aktual sebanyak 1.472,55 ton per tahun, dengan jumlah effort sebanyak 818 trip. Jumlah effort tersebut hampir dua kali lipat dari jumlah effort optimal yang diharapkan yaitu sebanyak 485 trip. Kondisi ini juga akan menyebabkan total biaya yang harus dikeluarkan jauh lebih besar yang pada akhirnya berimplikasi terhadap nilai rente yang diperoleh oleh masyarakat akan jadi berkurang. Berdasarkan uraian di atas maka pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Perairan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam ke depan, seyogianya tidak lagi menambah unit alat tangkap untuk alat tangkap bagan dan tonda. Kecuali untuk payang masih dapat ditambah unit alat tangkap sebanyak 3 unit lagi. Bahkan ke depan untuk alat tangkap bagan dan tonda dapat dilakukan upaya secara bertahap untuk mengurangi jumlah alat tersebut, guna memperoleh nilai tangkapan yang optimal dengan rente yang diperoleh juga optimal. Bila tidak hal ini akan menimbulkan dampak terhadap kelestarian sumberdaya dalam bentuk terjadinya overfishing, penurunan produktivitas serta tingkat pendapatan nelayan sendiri. Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui dinas terkait, dapat membuat suatu kebijakan dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap di Tanjung Mutiara secara optimal. Kebijakan yang diambil adalah tidak lagi memberi izin terhadap penambahan dan pengoperasian alat 72 tangkap yang sudah melebihi kondisi optimal. Untuk itu penambahan alat atau armada tangkap yang baru dapat dialokasikan untuk pemanfaatan daerah fishing ground perairan lepas pantai. Tindakan ini dilakukan sebagai antisipasi mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan terhadap daya dukung di perairan tersebut, terutama bagi penangkapan dengan alat tangkap bagan dan tonda. Sejalan dengan adanya suatu kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Tanjung Mutiara, maka hal yang sangat penting adalah perlunya menerapkan sistem monitoring dan pendataan secara sistematis terhadap produksi ikan baik yang bernilai jual, konsumsi dan yang terbuang. Temuan di lapangan menunjukan bahwa masih banyak hasil tangkapan nelayan yang belum tercatat, terutama nelayan yang mendaratkan hasil tangkapannya di luar TPI. Hal ini penting dilakukan guna memperoleh data yang akurat sebagai bahan dalam membuat perencanaan pengelolaan perikanan tangkap ke depan. Salah satu tujuan dari pengelolaan sumberdaya perikanan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan dari para pelaku ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya perikanan, terutama nelayan. Tingkat kesejahteraan akan terlihat dari tingkat produktivitas dan pendapatan yang diperoleh oleh para pelakunya. Diharapkan agar penigkatan kesejahteraan nelayan di Tanjung Mutiara tidak hanya dijadikan sebagai fungsi tujuan pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap, akan tetapi lebih ditekankan sebagai target pengelolaan perikanan yang ingin dicapai. Konsekuensinya adalah Pemerintah Daerah melalui dinas teknis terkait dapat menentukan dan memilih pola pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap di Tanjung Mutiara. Pola pemanfaatan sumberdaya ikan tidak hanya untuk mendapatkan produksi tinggi, sehingga melakukan upaya ekstaksi yang berlebihan, akan tetapi adalah bagaimana pengelolaan sumberdaya ikan mempu memberikan nilai rente yang optimal bagi masyarakat. Ekstraksi sumberdaya yang berlebihan hanya akan memberikan manfaat sesaat, dan untuk waktu jangka panjang masyarakat tidak akan memperoleh apa-apa dari sumberdaya tersebut. Hasil penelitian ini salah satu bentuk pilihan yang ditawarkan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap dengan pemanfaatan secara optimal dan berkelanjutan suatainable. 73 Uraian hasil penelitian ini merupakan hasil analisis dinamis optimasi pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap untuk jenis alat tangkap bagan, payang dan tonda di Perairan Tanjung Mutiara. Nilai-nilai yang didapat dari hasil analisis ini merupakan nilai optimal yang dapat diperoleh oleh nelayan atau pelaku ekonomi yang memanfaatkan sumberdaya tersebut. Apabila hal ini diimplementasikan maka nelayan akan memperoleh hasil yang optimal, yang pada akhirnya akan punya peluang untuk meningkatkan kesejahteraannya. Berdasarkan Tabel 23, maka skenario kebijakan dalam pengelolaan sumberdaya perikanan tangkap bagan, payang dan tonda di Perairan Tanjung Mutiara Kabupaten Agam, yang menjadi kajian adalah sebagai berikut: 1 Membuat kebijakan untuk tingkat upaya Effort pemanfaatan sumberdaya perikanan tangkap untuk masing-masing alat tangkap bagan berada pada level optimal sebanyak 2.709 trip atau setara dengan jumlah alat tangkap bagan 21 unit, payang sebanyak 3.496 trip atau setara dengan jumlah alat tangkap payang sebanyak 49 unit dan untuk tonda sebanyak 485 trip atau setara jumlah alat tangkap tonda sebanyak 19 unit. 2 Bentuk kebijakan yang diambil diantaranya adalah; a tidak menerbitkan izin penambahan alat tangkap bagi unit penangkapan ikan dengan alat bagan dan tonda sementara untuk payang masih bisa diberi izin untuk 3 unit alat lagi, b mendorong investasi pada industari perikanan tangkap dengan skala usaha menengah ke atas untuk dapat mengoperasikan armada tangkapnya ke perairan lepas pantai atau perairan ZEEI. 3 Tetap melakukan kontrol dan pengawasan terhadap tingkat produksi aktual dari hitungan hasil tangkapan di Perairan Tanjung Mutiara tidak melebihi tingkat produksi optimal dari sumberdaya ikan tersebut, yaitu masing- masing bagan sebanyak 1.564,31 ton per tahun untuk SDI teri, payang sebanyak 537,46 ton per tahun untuk SDI tongkol, dan tonda sebanyak 963,90 ton per tahun untuk SDI tunacakalang. 4 Pemakaian tingkat discount rate berdasarkan analisis model Kula 1984, dari hasil perhitungan PDRB dan pertumbuhan ekonomi daerah, diperoleh tingkat discount rate sebesar 29. Kondisi ini memberikan rente pemanfaatan sumberdaya dengan tingkat upaya Effort yang lebih tinggi, 74 sehingga untuk jangka panjang, kondisi ini tidak memberikan nilai rente lagi dari pemanfaatan sumberdaya. Berbeda dengan penggunaan market discount rate sebesar 12, dimana rente yang diterima saat ini lebih kecil, akan tetapi untuk jangka panjang perolehan rente jauh lebih besar dan kondisi sumberdaya tetap terjaga dan sustainable. Dari uraian di atas maka dalam pemanfaatan sumberdaya ikan di Perairan Tanjung Mutiara sebaiknya memakai tingkat discount rate sebesar 12.

VII. KESIMPULAN DAN SARAN