Sistem informasi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat

(1)

i

PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT

KRESNA HANDOYO

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(2)

iii

KRESNA HANDOYO, C44084001. Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Dibimbing oleh MUSTARUDDIN dan DOMU SIMBOLON.

Banyak dari data mengenai bidang sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat belum diolah dan disusun dengan baik yang mengakibatkan kurang atau lambatnya informasi yang diterima oleh para pelaku dalam sistem perikanan tangkap. Karena banyaknya data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap yang belum tersusun dan

terorganisasi dengan baik, maka dibutuhkanlah suatu Sistem Informasi

Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap agar penyampaian suatu informasi menjadi lebih baik dan dapat diakses dengan cepat oleh seluruh pelaku sistem perikanan tangkap dan mempermudah dalam pengambilan keputusan guna pembangunan bidang perikanan tangkap selanjutnya. Penelitian ini bertujuan merancang dan membangun sistem informasi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang berbasis komputer sehingga membantu instansi pemerintah di Kabupaten Padang Pariaman khususnya Dinas Kelautan dan Perikanan dalam mengelola data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap. Metode yang digunakan adalah analisis pengembangan sistem informasi yang bertujuan untuk menghasilkan sistem operasi yang efektif berdasarkan kebutuhan informasi para pengguna dengan menggunakan Microsoft Access dan Visual Basic. Sistem informasi yang dihasilkan diberi nama Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap Kabupaten Padang Pariaman (SI-PSLP). Sistem informasi ini terdiri dari lima menu utama, yaitu sumberdaya ikan, lingkungan, sarana prasarana, sosial ekonomi dan manajemen data. Dengan adanya sistem informasi ini diharapkan memberikan kemudahan kepada pengguna dalam pengelolaan dan pencarian data sumberdaya ikan, lingkungan, sarana prasarana dan sosial ekonomi perikanan tangkap di Kabupeten Padang Pariaman, Sumatera Barat.


(3)

v

PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT

KRESNA HANDOYO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada

Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

MAYOR TEKNOLOGI DAN MANAJEMEN PERIKANAN TANGKAP DEPARTEMEN PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2011


(4)

ii

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap Di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat adalah karya saya sendiri dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi.

Bogor, September 2011


(5)

iv © Hak cipta IPB, Tahun 2011

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1) Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber:

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan wajar IPB.

2) Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya


(6)

vi

Nama Mahasiswa : Kresna Handoyo

NRP : C44084001

Program Studi : Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap

Departemen : Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Disetujui: Pembimbing I,

Dr. Mustaruddin, S. TP NIP. 197502052007011002

Pembimbing II,

Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si NIP. 196507041990021001

Diketahui:

Ketua Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan

Dr. Ir. Budy Wiryawan, M.Sc NIP. 196212231987031001


(7)

vii

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena atas izin dan perkenaanNya skripsi ini terselesaikan juga. Skripsi ini memiliki judul Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya Dan Lingkungan Perikanan Tangkap Di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan di Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga tulisan ini dapat memberikan manfaat bagi semua pembaca dan pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2011


(8)

viii

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Selain itu tanpa peranan dan bantuan dari berbagai pihak mustahil skripsi ini terwujud, oleh karena itu penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1) Dr. Mustaruddin, S.TP dan Dr. Ir. Domu Simbolon, M.Si selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu, tenaga dan segenap pikiran selama proses pembimbingan skripsi ini.

2) Dr. Eko Sri Wiyono, S.Pi, M.Si dan Dr. Ir. Muhammad Imron, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan saran yang bermanfaat untuk perbaikan skripsi.

3) Dosen-dosen dan seluruh staf Departemen Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan atas bantuan dan ilmu yang diberikan selama masa studi.

4) Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman, yang telah memberikan tugas belajar serta menyediakan berbagai fasilitas demi penyelesaian studi di Institut Pertanian Bogor.

5) Abdul Halim, S.Pi, M.Si, Boy Syafrizal, S.Pi, Syaiful Azman, S.E, M.Si, Tamrin, Ir. Eva Fatimah, M.M atas saran, nasehat, bantuan dan dukungannya selama proses penelitian.

6) Bapak dan Ibu tercinta Drs. Didin Tohidin, M.Kes, AIF dan Afdayeti, S.Pd serta mama Dewi dan adik-adik tersayang Budi Saputro, S.Pd, Trye Soecipto, Fitra Ramadhanti, Fitri Ramadhanti dan Winda Nurdiati atas kasih sayang, teladan dan doa yang diberikan.

7) Sahabat tercinta Dian Permata, S.P, Kasih Angraini, A.Md dan Rahma, A.Md, yang telah banyak membantu selama masa studi di PSP.

8) Teman-teman seperjuangan di PSP (Purwo Adi Santoso, Rosyddin, Yadudin,

Kusnadi, Iqbal Hidayat, Amink Nugraha, Diki Patra, Ochim, Marta Dinata, La Elson, Willy Aristakin, Erul) atas segala kebersamaan dan bantuan selama perkulian di Departemen PSP.

9) Semua pihak lain yang telah membantu dan tidak dapat disebutkan satu per satu.


(9)

ix

Penulis dilahirkan di Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat pada tanggal 19 Nopember 1984 dari pasangan Didin Tohidin dan Afdayeti. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara. Pendidikan formal penulis dimulai pada tahun 1990 di SD Negeri 05 Sikabu, Kecamatan Lubuk Alung. Pada tahun 1996 penulis melanjutkan jenjang pendidikan di SMP Negeri 03 Kecamatan Lubuk Alung. Penulis melanjutkan pendidikan di SMU Negeri 01 Lubuk Alung pada tahun 1999.

Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai mahasiswa Diploma di Program Studi Teknologi Informasi Kelautan, Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) hingga lulus pada tahun 2005. Pada tahun 2006 penulis diterima menjadi Pegawai Negeri Sipil di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.

Penulis melanjutkan pendidikan S1 pada tahun 2008 di Mayor Teknologi dan Manajemen Perikanan Tangkap, Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan penulis melakukan penelitian dan menyusun skripsi dengan judul “Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat.


(10)

x

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

DAFTARISTILAH ... xvii

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 3

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem Informasi ... 4

2.1.1 Konsep dasar sistem informasi ... 4

2.1.2 Komponen sistem informasi ... 4

2.2 Basis Data ... 6

2.2.1 Konsep dasar basis data ... 6

2.2.2 Sistem manajemen basis data... 6

2.2.3 Model entityrelationship ... 7

2.3 Microsoft Visual Basic 6.0 ... 8

2.4 Sumberdaya Ikan ... 9

2.4.1 Ikan pelagis ... 9

2.4.2 Ikan demersal ... 10

2.4.3 Ikan karang... 11

2.5 Parameter Fisika Lingkungan Perikanan Tangkap ... 12

2.5.1 Suhu ... 12

2.5.2 Cahaya... 12

2.5.3 Arus ... 13

2.5.4 Gelombang ... 13

2.6 Parameter Kimia Lingkungan Perikanan Tangkap ... 14

2.6.1 Salinitas ... 14

2.6.3 Oksigen terlarut ... 14

2.7 Lingkungan Biologi Laut ... 15

2.7.1 Plankton ... 15

2.7.2 Benthos ... 16

2.8 Ekosistem Pantai ... 16

2.8.1 Ekosistem hutan mangrove ... 16

2.8.2 Ekosistem terumbu karang ... 16

2.8.3 Ekosistem padang lamun ... 17

2.9 Unit Penangkapan Ikan ... 17


(11)

xi

2.11 Daerah Penangkapan Ikan ... 21

2.12 Pengelolaan Perikanan Tangkap ... 22

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

3.2 Bahan dan Alat ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24

3.4 Analisis Data ... 25

3.4.1 Tahap perencanaan sistem informasi ... 25

3.4.2 Tahap analisis sistem informasi ... 26

3.4.3 Tahap perancangan sistem informasi ... 26

3.4.4 Tahap implementasi sistem informasi ... 27

3.4.5 Tahap validasi sistem informasi ... 28

4 KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1 Keadaan Umum Kabupaten Padang Pariaman ... 32

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Padang Pariaman ... 33

4.2.1 Prasarana penangkapan ... 33

4.2.2 Sarana penangkapan ... 35

4.2.3 Produksi ikan ... 36

4.2.4 Nelayan ... 38

4.3 Kondisi Lingkungan Oseanografi ... 38

4.3.1 Bathimetri ... 38

4.3.2 Gelombang ... 39

4.3.3 Suhu dan salinitas ... 39

5 HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Perencanaan Sistem Informasi ... 41

5.2 Analisis Sistem Informasi ... 42

5.2.1 Kebutuhan pelaku sistem informasi ... 42

5.2.2 Formulasi masalah sistem informasi ... 43

5.2.3 Identifikasi sistem informasi ... 43

5.3 Rancangan Sistem Informasi... 47

5.3.1 Diagram blok ... 47

5.3.2 Diagram alir data (data flow diagram) ... 48

5.3.3 Rancangan database ... 61

5.3.4 Entity relationship ... 62

5.4 Implementasi Sistem Informasi ... 65

5.5 Validasi Sistem Informasi ... 81

5.6 Kelebihan dan Kekurangan SI-PSLP ... 82

6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 83


(12)

(13)

xiii

1 Jumlah armada penangkapan Kabupaten Padang Pariaman ... 35

2 Jumlah alat penangkapan ikan Kabupaten Padang Pariaman ... 36

3 Produksi dan nilai produksi penangkapan ikan laut ... 37

4 Jumlah nelayan di Kabupaten Padang Pariaman ... 38

5 Analisis kebutuhan sistem informasi sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat ... 42


(14)

xiv

1 Latar belakang penelitian ... 2

2 Blok sistem informasi yang berinteraksi ... 5

3 Diagram alir pembuatan sistem informasi ... 28

4 Diagram alir pengumpulan data ... 29

5 Diagram alir perencanaan sistem informasi ... 29

6 Diagram alir analisis sistem informasi ... 30

7 Diagram alir perancangan sistem informasi... 30

8 Diagram alir implementasi dan validasi sistem informasi ... 31

9 Pangkalan pendaratan ikan di Korong Pasir Baru ... 34

10 Tempat pelelangan ikan di Korong Pasir Baru ... 35

11 Diagram lingkar sebab akibat SI-PSLP ... 44

12 Diagram input-output SI-PSLP ... 46

13 Diagram blok SI-PSLP ... 48

14 Diagram alir menu utama ... 49

15 Diagram alir menu sumberdaya ikan ... 50

16 Diagram alir menu lingkungan ... 50

17 Diagram alir sub menu lingkungan fisika ... 51

18 Diagram alir sub menu lingkungan kimia ... 52

19 Diagram alir sub menu lingkungan biologi ... 53

20 Diagram alir sub menu ekosistem pantai ... 54

21 Diagram alir menu sarana prasarana ... 55

22 Diagram alir menu sosial ekonomi ... 56

23 Diagram alir menu manajemen data ... 57

24 Diagram alir sub menu data sumberdaya ikan ... 57

25 Diagram alir sub menu data lingkungan ... 59

26 Diagram alir sub menu data sarana dan prasarana ... 60

27 Diagram alir sub menu data sosial ekonomi ... 61

28 Struktur entityrelationship pada database SI-PSLP ... 64

29 Formlogin pengguna (user) ... 65


(15)

xv

33 Tampilan sub menu pelagis besar ... 68

34 Tampilan taksonomi dan penyebaran jenis ikan ... 68

35 Tampilan laporan total produksi ikan ... 69

36 Tampilan sub menu lingkungan fisika ... 70

37 Tampilan laporan sub menu lingkungan fisika ... 71

38 Tampilan sub menu lingkungan kimia ... 72

39 Tampilan laporan sub menu lingkungan kimia ... 72

40 Tampilan sub menu lingkungan biologi ... 73

41 Tampilan laporan sub menu lingkungan biologi... 74

42 Tampilan sub menu ekosistem pantai ... 75

43 Tampilan laporan sub menu ekosistem pantai ... 75

44 Tampilan menu sarana prasarana ... 76

45 Tampilan laporan data sarana prasarana ... 77

46 Tampilan menu sosial ekonomi ... 78

47 Tampilan laporan data sosial ekonomi ... 78

48 Tampilan menu manajemen data sumberdaya ikan ... 79

49 Tampilan menu manajemen data lingkungan ... 80

50 Tampilan menu manajemen data sarana prasarana ... 80


(16)

xvi

1 Peta lokasi penelitian ... 88

2 Struktur database SI-PSLP ... 89

3 Listcoding penting program SI-PSLP ... 92


(17)

xvii

Admin; orang yang berperan untuk mengatur segala proses pengelolaan data yang sudah terpusat.

Atribut; karakteristik dari entity atau relationship, yang menyediakan penjelasan detail tentang entity atau relationship tersebut.

Bathimetri; ukuran dari tinggi rendahnya dasar iaut yang merupakan sumber informasi utama mengenai dasar laut.

Benthos; organisme ( fitobenthos atau hewani atau zoobenthos) yang hidup atau tinggal didalam dan diatas sedimen didasar suatu perairan.

Coding; menerjemahkan persyaratan logika dari diagram alur ke dalam suatu bahasa pemrograman baik huruf, angka, dan simbol yang membentuk program.

Data; unsur dasar yang membentuk informasi, merupakan gambaran dari sekumpulan fakta, konsep atau instruksi yang tersusun dalam suatu cara atau bentuk yang formal sehingga sesuai untuk komunikasi, interpretasi atau pemrosesan secara manual atau secara otomatis.

Database (basis data); sebuah koleksi informasi yang terkomputerisasi sehubungan dengan topik tertentu.

Entity; Suatu obyek atau konsep yang dibuat modelnya dalam pembangunan basis data.

Field; struktur data yang merupakan bagian dari kolom.

File; kumpulan informasi yang berhubungan dan tersimpan dalam media yang digunakan untuk menyimpan data yang diolah oleh komputer.

Fitoplankton; golongan tumbuh-tumbuhan akuatik berukuran mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan/mengikuti arus.

Form; lembar untuk menyajikan dan memasukan data dengan format yang bisa kita atur sendiri.

Hardware/perangkat keras; adalah sebuah alat/benda yang kita bisa lihat, sentuh, pegang dan memiliki fungsi tertentu. Secara fisik ada wujud dan bentuknya.

Identity (ID); merupakan serangkaian huruf yang merupakan tanda pengenal untuk masuk dan mengakses tabel dalam basis data.

Ikan demersal; ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan, dan umumnya hidup secara soliter dalam lingkungan spesiesnya. Kelompok ikan demersal ini dapat dibagi berdasarkan ukurannya, yaitu ikan demersal besar dan ikan demersal kecil.


(18)

xviii

Ikan hias; ikan yang habitatnya terdapat di sekitar karang merupakan bagian ikan karang, namun ikan hias tidak digunakan untuk produk konsumsi seperti halnya jenis-jenis ikan karang.

Informasi; data yang telah diklarifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Key; atribut yang digunakan untuk menentukan suatu entity secara unik.

Khlorofil; pigmen fotosintesis yang terdapat dalam tumbuhan, menyerap cahaya merah, biru dan ungu, serta merefleksikan cahaya hijau yang menyebabkan tumbuhan memperoleh ciri warnanya. Terdapat dalam kloroplas dan memanfaatkan cahaya yang diserap sebagai energi untuk reaksi-reaksi cahaya dalam proses fotosintesis.

Mangrove; salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat di sepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sangat unik.

Menu; pilihan yang terdapat didalam suatu layanan yang dapat kita pilih sesuai dengan pilihan yang kita inginkan.

Null adalah hasil query yang tidak mengeluarkan data.

Oksigen terlarut (Dissolved oxygen/DO); konsentrasi oksigen yang larut dalam perairan.

Padang lamun; ekosistem pesisir yang ditumbuhi oleh lamun(rumput-rumputan laut/seagrass) sebagai vegetasi yang dominan dan mampu hidup secara permanen di bawah permukaan air laut.

Pelagis besar; kelompok ikan pelagis yang mempunyai ukuran 100-250 cm (ukuran dewasa), umumnya ikan pelagis besar adalah ikan peruaya dan perenang cepat.

Pelagis kecil; kelompok ikan pelagis yang mempunyai ukuran 5-50 cm (ukuran dewasa).

Perikanan tangkap; kegiatan ekonorni yang mencakup penangkapan atau pengumpulan hewan dan tanaman air yang hidup di laut/perairan umum secara bebas. Perikanan tangkap juga merupakan suatu sistem yang terdiri dari beberapa elernen atau sub sistem yang saling berkaitan antara satu dengan lainnya.

Primary Key;field kunci / utama dari suatu tabel yang menunjukkan bahwa field yang menjadi kunci tersebut tidak bisa diisi dengan data yang sama.

Record; data yang terangkai berdasarkan susunan beberapa field, yang merupakan bagian dari baris.


(19)

xix

yaitu jumlah berat total (gr) material padat seperti NaCl yang terkandung dalam 1000 gram air laut.

Shapefile (.shp); format data geospasial yang umum untuk perangkat lunak sistem informasi geografis.

Sistem; sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu

Sistem informasi; seperangkat unsur yang berkaitan dengan berbagai informasi secara teratur juga saling berkaitan dalam membentuk suatu totalitas informasi.

Software/perangkat lunak; sekumpulan data elektronik yang disimpan dan diatur oleh komputer, data elektronik yang disimpan oleh komputer itu dapat berupa program atau instruksi yang akan menjalankan suatu perintah.

Tabel; sebuah wadah untuk baris-baris informasi (disebut data). Data disimpan dalam kelompok data yang sejenis.

Terumbu karang; suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat).

User; pengguna sistem informasi yang dapat mengakses sistem infomasi untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan.

Query; bahasa untuk melakukan manipulasi terhadap basis data yang telah distandarkan.

Zooplankton; golongan hewan akuatik berukuran mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan/mengikuti arus.


(20)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 46 ayat 1 menyatakan bahwa, pemerintah dan pemerintah daerah menyusun dan mengembangkan sistem informasi dan data statistik perikanan serta menyelenggarakan pengumpulan, pengolahan, analisis, penyimpanan, penyajian, dan penyebaran data potensi, pemutakhiran data perikanan, sarana dan prasarana, produksi, penanganan, pengolahan dan pemasaran ikan, serta data sosial ekonomi yang berkaitan dengan pelaksanaan pengelolaan sumberdaya ikan dan pengembangan sistem bisnis perikanan. Pasal 46 ayat 2, pemerintah dan pemerintah daerah mengadakan pusat data dan informasi perikanan untuk menyelenggarakan sistem informasi dan data statistik perikanan. Pasal 47 ayat 1 menyatakan bahwa Pemerintah membangun jaringan informasi perikanan dengan lembaga lain, baik di dalam maupun di luar negeri dan Pasal 47 ayat 2 menyatakan bahwa sistem informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan.

Berdasarkan rincian undang-undang tersebut dapat diartikan bahwa setiap instansi pemerintah wajib membuat suatu sistem informasi bidang perikanan agar informasi dan data statistik perikanan harus dapat diakses dengan mudah dan cepat oleh seluruh pengguna data statistik dan informasi perikanan. Dalam hal ini khususnya sistem informasi sumberdaya dan lingkungan bidang perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman Propinsi Sumatera Barat.

Selama ini banyak lembaga-lembaga penelitian dan juga instansi pemerintah lainnya melakukan penelitian dan pengambilan data mengenai bidang sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap. Data hasil penelitian tersebut belum diolah dan disusun dengan baik yang mengakibatkan kurang atau lambatnya informasi yang diterima oleh masyarakat kita bahkan instansi-instansi terkait itu sendiri, akibatnya susah dalam menentukan perencanaan pembangunan perikanan tangkap selanjutnya. Karena banyaknya data sumberdaya dan lingkungan perikanan


(21)

tangkap yang belum tersusun dan terorganisasi dengan baik, maka dibutuhkanlah suatu Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap agar penyampaian suatu informasi menjadi lebih baik dan dapat diakses setiap saat oleh seluruh lapisan masyarakat kita dan mempermudah dalam pengambilan keputusan guna pembangunan bidang perikanan tangkap selanjutnya. Secara terstruktur latar belakang penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Latar belakang penelitian.

1.2 Perumusan Masalah

Adapun permasalahan yang dalam manajemen pendataan di Kabupaten Padang Pariaman antara lain:

1) Penyimpanan data yang ada masih dalam bentuk lembaran-lembaran kertas dan tidak tersusun dengan rapi.

2) Ruang yang dibutuhkan dalam penyimpanan data memerlukan tempat yang besar sehingga proses pencarian data membutuhkan waktu yang lama.

3) Tenaga kerja yang digunakan dalam pengumpulan data banyak sehingga biaya operasinyapun membutuhkan banyak biaya.

4) Pengelolaan data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap masih

belum maksimal sehingga perencanaan pembangunan perikanan tangkap tidak bisa dilakukan dengan baik.

Data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap

1) Penyimpanan data dalam lembaran kertas

2) Ruang penyimpanan besar

3) Tenaga kerja banyak

4) Pengunaan teknologi komputer belum optimal

Perencanaan dan pengambilan keputusan bidang perikanan

tangkap

Sistem informasi perikanan tangkap


(22)

Berdasarkan permasalahan yang ada tersebut maka diperlukan Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan Tangkap agar pengumpulan, penyimpanan dan pencarian data menjadi lebih baik dan dapat diakses secara cepat guna mempermudah dalam perencanaan pembangunan bidang perikanan tangkap selanjutnya.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah merancang dan membangun sistem informasi pengelolaan sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat yang berbasis komputer.

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1) Membantu pemerintah dan instansi terkait untuk memecahkan berbagai

permasalahan mengenai pengelolaan dan penyimpanan data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap.

2) Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah dan instansi terkait dalam penentuan kebijakan terkait dengan pengelolaan data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap.

3) Bagi peneliti berguna untuk menambah kemampuan keilmuan, khususnya


(23)

2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Sistem Informasi

2.1.1 Konsep dasar sistem informasi

Menurut Sutabri (2004), sistem adalah sekelompok unsur yang erat hubungannya satu dengan yang lain, yang berfungsi bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu. Selanjutnya Suyatno (2004) menjelaskan informasi adalah data yang sudah diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi manusia. Selanjutnya menurut Sutabri (2004) informasi adalah data yang telah diklarifikasikan atau diolah atau diinterpretasikan untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.

Sistem informasi merupakan penerapan di dalam organisasi untuk mendukung informasi yang dibutuhkan oleh semua tingkat manajemen. Telah diketahui bahwa informasi merupakan hal yang sangat penting bagi manajemen di dalam pengambilan keputusan. Sistem informasi adalah suatu sistem di dalam suatu organisasi yang mempertemukan kebutuhan pengolahan transaksi harian yang mendukung fungsi operasi organisasi yang bersifat manajerial dengan kegiatan strategi dari suatu organisasi untuk dapat menyediakan kepada pihak luar tertentu dengan laporan-laporan yang diperlukan (Sutabri, 2004).

2.1.2 Komponen sistem informasi

Menurut Jogiyanto (1999) mengatakan bahwa sistem informasi disebut sebagai istilah blok bangunan (building block), antara lain blok masukan (input block), blok model (modelblock), blok basis data (databaseblock), blok teknologi (technologyblock) dan blok kendali (controlblock). Keenam blok tersebut saling berinteraksi satu dengan yang lainnya membentuk satu kesatuan untuk mencapai sasarannya (Gambar 2).

1) Blok masukan, input mewakili data yang masuk ke dalam sistem informasi. Input di sini termasuk metode-metode dan media yang digunakan untuk menangkap data yang akan dimasukan.

2) Blok model, terdiri dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang akan memanipulasi data input dan data yang tersimpan di basis data


(24)

dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.

3) Blok keluaran, merupakan produk yang dihasilkan dari sistem informasi yang berupa informasi yang baik serta bermanfaat dan dokumentasi yang berguna untuk semua tingkatan manajemen semua pemakai.

4) Blok teknologi, merupakan suatu tool-box dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima masukan, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran dan membantu pengendalian dari sistem secara keseluruhan. Teknologi terdiri dari tiga bagian utama, yaitu teknisi (humanware atau brainware), perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).

5) Blok basis data, merupakan kumpulan dari data yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan untuk mengakses atau memanipulasinya digunakan perangkat lunak yang disebut dengan DBMS (Database Management System). Data perlu disimpan dalam

basis data untuk keperluan penyediaan informasi lebih lanjut.

Pengorganisasian terhadapa basis data sangat perlu dilakukan agar informasi yang dihasilkan baik dan efesien kapasitas penyimpanannya.

6) Blok kendali, perlu dirancang dan diterapkan untuk meyakinkan bahwal

hal-hal yang dapat merusak sistem dapat dicegah ataupun dapat langsung segera diperbaiki. Hal yang dapat merusak sistem informasi seperti bencana alam, kecurangan-kecurangan, kegagalan-kegagalan yang terjadi di dalam sistem, ketidakefesienan, sabotase, dan lain-lain.

Sumber: Jogiyanto, 1999

Gambar 2 Blok sistem informasi yang berinteraksi. Pemakai

Input Model Output

Teknologi Dasar

data Kendali

Pemakai Pemakai

Pemakai Pemakai


(25)

2.2 Basis Data

2.2.1 Konsep dasar basis data

Menurut Abdul (2003) diacu dalam Rachmat (2010) basis data (database) adalah suatu pengorganisasian sekumpulan data saling terkait sehingga memudahkan aktivitas untuk memperoleh informasi. Selanjutnya menurut Suyatno (2003), database adalah sebuah koleksi informasi yang terkomputerisasi

sehubungan dengan topik tertentu. Database membantu manusia

mengorganisasikan informasi yang mana informasi tersebut saling terkait dan menjadikannya sebuah bentuk yang logis untuk akses dengan mudah.

Stephen dan Plew (2000) diacu dalam Rachmat (2010) menyatakan bahwa

basis data adalah mekanisme yang digunakan untuk menyimpan informasi atau data. Dengan basis data pengguna dapat menyimpan data secara terorganisasi. Setelah data disimpan, informasi harus mudah diambil. Cara data disimpan dalam basis data yaitu menentukan seberapa mudah mencari informasi berdasarkan banyak kriteria. Data harus mudah ditambahkan kedalam basis data, dimodifikasi dan dihapus.

2.2.2 Sistem manajemen basis data

Menurut Ramakrishan dan Gehrke (2003) diacu dalam Rachmat (2010), sistem manajemen basis data (DBMS) adalah perangkat lunak yang didesain untuk membantu memelihara dan memanfaatkan kumpulan data yang besar. Selanjutnya Waljiyanto (2003) diacu dalam Pradipta (2010), sistem manajemen data adalah kumpulan program yang digunakan untuk membuat dan mengelola basis data. Suatu sistem manajemen basis data merupakan hasil sistem perangkat lunak yang secara umum dapat digunakan untuk melakukan pemrosesan dalam hal pendefinisian, penyusunan dan manipulasi basis data untuk berbagai aplikasi. Pendefinisian basis data meliputi spesifikasi tipe data, struktur dan pembatasan (constraints) dari data yang harus disimpan dalam basis data. Penyusunan basis data meliputi proses masukan data dalam media penyimpanan data yang harus dikontrol oleh sistem manajemen basis data. Manipulasi basis data meliputi

pembuatan pertanyaan (query) untuk mendapatkan informasi tertentu,


(26)

Selanjutnya Waljiyanto (2003) diacu dalam Rosadi (2010) menjelaskan bahwa data disimpan dalam satu tempat di dalam pendekatan basis data dengan definisi data yang tetap sehingga dapat diakses oleh beberapa pemakai dengan berbagai program aplikasi melalui kontrol sistem manajemen basis data.

Karakteristik utama sistem manajemen basis data menurut Waljiyanto (2003) diacu dalam Rosadi (2010) adalah sebagai berikut:

1) Pendefinisian data. Basis data tidak hanya berisi data itu sendiri tetapi juga termasuk definisi atau deskripsi dari data yang disimpan. Definisi data disimpan dalam sistem katalog yang berisi informasi tentang struktur tiap berkas, tipe dan format penyimpanan tiap item data. Semua informasi yang disimpan dalam sistem katalog ini biasa disebut meta-data.

2) Pemisahan program data. Sistem manajemen basis data mengakses program ditulis secara terpisah untuk suatu tujuan tertentu. Struktur berkas data disimpan dalam sitem katalog yang terpisah dengan program aplikasi, yang biasanya disebut dengan program dan data saling bebas (program-data independent)

3) Penggunaan data. Basis data pada umumnya digunakan oleh beberapa pemakai untuk kepentingan penggunaan yang berbeda pula. Data yang diperlukan bisa saja bersifat secara eksplisit tersimpan dalam basis data atau pemakai harus melakukan pemrosesan tersendiri untuk memperoleh data atau informasi yang diinginkan. Dalam hal ini sistem manajemen basis data harus mampu mengakomodasi beberapa pemakai untuk beberapa kepentingan. 4) Pemakaian data bersama. Basis data dengan sistem manajemen basis data

memungkinkan beberapa pemakai mengakses data yang sama pada waktu bersamaan pula. Untuk menjamin bahwa data yang diakses tidak terjadi kesalahan maka harus ada kontrol yang terintegrasi terhadap basis data (concurrency control).

2.2.3 Model entity relationship

Fathansyah (2004) diacu dalam Rachmat (2010) menyatakan bahwa model

data yang paling popouler digunakan dalam perancangan basis data adalah model keterhubungan entitas (entity relationship model). Selanjutnya Haryanto (2008)


(27)

diacu dalam Pradipta (2010) menjelaskan bahwa pada model entity realationship, data sebenarnya diterjemahkan dengan memanfaatkan perangkat konseptual menjadi sebuah diagram data, yang umumnya disebut dengan diagram entity relathionship atau diagram E-R. Ada dua komponen utama pembentuk E-R ini, yaitu entitas dan relasi. Kedua komponen tersebut dideskripsikan lebih jauh melalui sejumlah atribut atau property.

Menurut Haryanto (2008) diacu dalam Pradipta (2010), relasi di antara dua entitas dapat berupa:

1) Satu ke Satu (One to One), berarti setiap entitas pada himpunan entitas A berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B. Sebaliknya setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A.

2) Satu ke Banyak (One to Many), berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas A.

3) Banyak ke Satu (Many to One), berarti setiap entitas pada himpunan A dapat berhubungan dengan paling banyak satu entitas pada himpunan entitas B, tetapi tidak sebaliknya, dimana setiap entitas pada himpunan entitas B berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas A.

4) Banyak ke Banyak (Many to Many), berarti setiap entitas pada himpunan entitas A dapat berhubungan dengan banyak entitas pada himpunan entitas B, demikian juga sebaliknya.

2.3 Microsoft Visual Basic 6.0

Program Micrososft Visual Basic 6.0 adalah bahasa pemrograman berbasis Microsoft Windows. Sebagai bahasa pemrograman yang muthakir Micrososft Visual Basic 6.0 didesain untuk dapat memanfaatkan fasilitas yang tersedia dalam Microsoft Windows. Micrososft Visual Basic 6.0 juga merupakan bahasa pemrograman Object Oriented Programming (OPP), yaitu pemrograman yang berorientasi objek. Micrososft Visual Basic 6.0 menyediakan obyek-obyek yang sangat kuat, berguna dan mudah dipakai. Dengan fasilitas tersebut membuat


(28)

Micrososft Visual Basic 6.0 menjadi diidamkan oleh programer (Agus & Alam, 2000).

Menurut Kurniadi (2000) diacu dalam Rachmat (2010), ada beberapa keistimewaan Micrososft Visual Basic 6.0 yaitu:

1) Menggunakan platform pembuatan program yang diberi nama Developer

Studio, sehingga dapat belajar bahasa pemrograman lainnya dengan mudah dan cepat.

2) Memiliki compiler handal yang dapat menghasilkan file executable yang lebih cepat dan efesien dari sebelumnya.

3) Memiliki beberapa tambahan sarana Wizard, sehingga dapat mempermudah dalam pembuatan aplikasi dengan mengotomatisasi tugas-tugas tertentu. 4) Kemampuan membuat AxtiveX dan fasilitas internet yang lebih banyak. 5) Sarana akses data lebih cepat dan handal untuk membuat aplikasi database.

2.4 Sumberdaya Ikan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1 ayat 4, ikan didefinisikan sebagai segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Dalam

pengelompokan sumberdaya alam ikan, ikan termasuk sebagai sumberdaya flows

atau sumberdaya yang bersifat dapat diperbaharui (renewable).

2.4.1 Ikan pelagis

Ikan pelagis merupakan ikan yang hidup pada lapisan permukaan perairan sampai tengah (mid layer). Ikan pelagis umumnya hidup secara bergerombol baik dengan kelompoknya maupun jenis ikan lain. Ikan pelagis bersifat fototaxis positif dan tertarik pada benda-benda terapung. Bentuk ikan menyerutu (stream line) dan merupakan perenang cepat (Mukhsin, 2002 diacu dalam Randika, 2008). Ikan pelagis adalah kelompok ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan permukaan hingga kolom air (mid layer). Ikan pelagis ini memiliki ciri khas, yaitu dalam beraktivitas umumnya membentuk gerombolan (schooling) dan melakukan migrasi untuk berbagai kebutuhan hidupnya. Ikan pelagis


(29)

selanjutnya dapat dibagi menjadi dua kelompok (Simbolon, 2011).

Berdasarkan ukurannya Direktorat Jenderal Perikanan (1998) diacu dalam Randika (2008) mengelompokan ikan pelagis menjadi 2 kelompok yaitu:

1) Pelagis Besar

Mempunyai ukuran 100-250 cm (ukuran dewasa), umumnya ikan pelagis besar adalah ikan peruaya dan perenang cepat. Contoh dari kelompok ini antara lain ikan tuna (Thunnus spp), cakalang (Katsuwonus pelamis), tenggiri (Scomberomorus spp) dan tongkol (Euthynnus spp).

2) Pelagis Kecil

Mempunyai ukuran 5-50 cm (ukuran dewasa) didominasi oleh 6 kelompok besar, yaitu kembung (Rastrelliger sp), layang (Decapterus sp), jenis selar (Selaroidessp dan Atalesp), lemuru (Sardinellasp) dan teri (Stolephorussp). Ikan pelagis besar umumnya hidup di laut lepas dengan kondisi lingkungan yang relatif stabil. Jenis ikan ini dapat melakukan migrasi sepanjang tahun, bahkan mampu mencapai jarak yang cukup jauh. Sebagai contoh ikan cakalang, tuna, dan tongkol termasuk ke dalam kategori ikan yang melakukan migrasi dengan jarak jauh (highly migratory species) hingga melampaui batas-batas yuridiksi suatu negara (Simbolon, 2011).

Selanjutnya menurut Simbolon (2011), habitat ikan pelagis kecil umumnya terdapat di perairan pantai, yang kondisi lingkungannya lebih dinamis dibandingkan dengan perairan oseanis (offshore). Kondisi ini berpengaruh terhadap kelimpahan ikan yang cenderung berfluktuasi. Dinamika ikan pelagis kecil ini juga dipengaruhi oleh tekanan dari kegiatan penangkapan ikan (fishing), karena habitatnya di daerah pantai relatif mudah dijangkau oleh usaha penangkapan, baik skala kecil maupun skala besar.

2.4.2 Ikan demersal

Ikan demersal adalah ikan yang sebagian besar hidupnya berada pada lapisan yang lebih dalam hingga dasar perairan, dan umumnya hidup secara soliter dalam lingkungan spesiesnya. Kelompok ikan demersal ini dapat dibagi berdasarkan ukurannya, yaitu kelompok ikan demersal besar meliputi ikan layur (Trichiurus spp.), kakap merah (Lutjanus spp.), kerapu (Epinepehelus spp.),


(30)

manyung (Arius spp.), bawal putih (Pampus argentus), cucut hiu (Carcharias dussumeiri), cucut gergaji (Pristopsis microdon), pari kekeh (Rhynobatus djiddensis), pari kampret (Gymnura micrura), pari kembang (Trygon kuhlii), pari burung (Aetomylus nichofii), pari kelapa (Trygon sephen) dan lain-lain. Ikan demersal kecil meliputi ikan sebelah (Psettodes erumei), lidah (Cynoglossus sp), beloso (Saurida tumbil), peperek (Leiognathus splendens), gumalah (Sudonia amoyensis), dan lain-lain (Simbolon, 2011).

Selanjutnya menurut Simbolon (2011), berdasarkan urutan nilai komersialnya, ikan demersal dapat dibagi menjadi empat kelompok utama, yaitu (1) komersial utama, (2) komersial kedua, (3) komersial ketiga, dan (4) ikan campuran. Ikan demersal yang memiliki nilai ekonomis paling tinggi (komersial utama) adalah ikan kakap merah, kerapu, bawal putih, manyung, dan janah. Ikan demersal yang termasuk dalam kelompok komersial kedua adalah layur, bawal hitam, kurisi, baronang, gerot-gerot, kuro, pari, dan ketang-ketang. Ikan demersal yang termasuk dalam kelompok komersial ketiga adalah ikan beloso, mata merah, petek, kuniran, besot, gabus laut, sidat dan lain-lain. Kelompok ikan campuran merupakan ikan yang paling rendah harganya di pasaran, seperti ikan lidah, ikan sebelah, kapas-kapas, srinding dan lain-lain.

2.4.3 Ikan karang

Habitat jenis ikan karang sebenarnya terdapat di lapisan dasar sehingga ikan ini dapat dikategorikan sebagai ikan demersal. Ikan karang juga sering dipisahkan dari ikan demersal karena habitatnya secara khusus terdapat di sekitar terumbu karang. Ikan hias yang habitatnya terdapat di sekitar karang merupakan bagian ikan karang, namun ikan hias tidak digunakan untuk produk konsumsi seperti halnya jenis-jenis ikan karang lainnya (Simbolon, 2011).

Selanjutnya menurut Simbolon (2011), ikan yang termasuk kedalam kelompok ikan karang meliputi ikan kerapu sunu (Plectopomus maculates), kerapu tikus (Cromileptes altivelis), kerapu macan (Epinephelus fuscoguthatus), kerapu lumpur (Epinephelus tauvina). Kakap merah atau bambangan (Lutjanus saguineus), lencam (Lethrinus lentjam), baronang (Siganus spp), ikan lemak (Cheilinusundulates), ekor kuning (Caesioerythrogaster) dan lain-lain.


(31)

2.5 Parameter Fisika Lingkungan Perikanan Tangkap 2.5.1 Suhu

Suhu di laut adalah salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan organisme di lautan, karena suhu mempengaruhi baik aktivitas metabolisme maupun perkembangbiakan dari organisme tersebut. Tidaklah mengeherankan jika banyak dijumpai bermacam-macam jenis hewan yang terdapat di berbagai tempat dunia. Sebagai contoh, binatang karang dimana penyebarannya sangat dibatasi oleh perairan yang hangat yang terdapat di daerah tropik dan sub tropik (Hutabarat & Evans, 1984).

Ikan akan sangat peka terhadap perubahan suhu walaupun hanya sebesar 0,03 0C. Fluktuasi suhu dan perubahan geografis ternyata bertindak sebagai faktor

penting yang merangsang dan menentukan pengkonsentrasian serta

pengelompokan ikan. Setiap perairan mempunyai standar perubahan suhu rata-rata untuk setiap musim tertentu. Jika suhu pada tempat tersebut lebih tinggi dari standar yang berlaku, atau malah melebihi suhu optimum untuk dilakukan penangkapan, dalam hal demikian ada baiknya untuk mencari daerah penangkapan dengan suhu yang sesuai. Tinggi atau rendahnya suhu merupakan faktor penting dalam penentuan migrasi jenis ikan tersebut (Kadir, 2011).

2.5.2 Cahaya

Radiasi matahari juga penting dalam melengkapi cahaya yang dibutuhkan oleh tumbuhan perairan untuk dipakai dalam proses fotosintesa. Tumbuhan ini tidak dapat hidup terus tanpa adanya cahaya matahari yang cukup. Akibatnya penyebaran tumbuhan perairan di lautan dibatasi pada daerah kedalaman dimana cahaya matahari masih dapat dijumpai (Hutabarat & Evans, 1984).

Selanjutnya menurut Hutabarat dan Evans (1984), pada perairan yang dalam dan jernih proses fotosintesa hanya terdapat sampai kedalaman sekitar 200 meter saja. Adanya bahan-bahan yang melayang-layang (suspended matter) dan tingginya nilai kekeruhan di perairan dekat pantai, penetrasi cahaya akan berkurang di tempat ini. Akibatnya penyebaran tanaman hijau hanya dibatasi sampai pada kedalaman antara 15 dan 40 meter.


(32)

Tertariknya beberapa jenis ikan pada cahaya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain untuk mencari intensistas cahaya yang optimum, investigatory reflex, untuk mencari makan dan untuk bergerombol (Suyansyah, 2001). Selanjutnya Ayodhayoa (1981) diacu dalam Lestari (2001) menyatakan bahwa tertariknya ikan pada cahaya sering disebutkan karena terjadinya peristiwa fototaksis, dimana cahaya merangsang dan menarik ikan untuk berkumpul pada sumber cahaya itu atau bisa pula karena rangsangan cahaya (stimulus) maka kemudian ikan memberikan responnya. Peristiwa inilah yang dimanfaatkan dalam penangkapan ikan (light fising). Menurut Parrish (1985) diacu dalam Lestari (2001) ikan umumnya sangat peka terhadap cahaya yang datang dari arah dorsal. Ikan tidak menyukai cahaya yang datang dari arah ventral (bawah) tubuhnya. Bila keadaannya tidak memungkinkan untuk turun ke arah sumber cahaya, ikan akan menyebar ke arah horizontal.

2.5.3 Arus

Secara umum yang dimaksud dengan arus laut adalah gerakan masa air laut ke arah horizontal dalam skala besar. Arus di laut dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu faktor yang mempengaruhi timbulnya arus adalah tiupan angin musim. Selain itu juga faktor suhu permukaan laut yang selalu berubah-ubah (Wibisono, 2004).

Arus merupakan gerakan air yang sangat luas yang terjadi pada seluruh lautan di dunia. Arus dapat diakibatkan oleh perbedaan densitas dari lapisan lautan yang mempunyai kedalaman yang berbeda-beda. Perbedaan ini timbul terutama disebabkan oleh salinitas dan suhu. Arus mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayaran bagi kapal-kapal (Hutabarat & Evans, 1984).

2.5.4 Gelombang

Gelombang merupakan salah satu fenomena laut yang paling nyata bisa dilihat dan dirasakan. Gelombang adalah gerakan dari setiap partikel air laut yang berupa gerak longitudinal dan orbital secara bersamaan disebabkan oleh transmisi energi serta waktu (momentum) dalam artian impuls vibrasi melalui berbagai


(33)

ragam bentuk materi yang berbentuk partikel air laut (Wibisono, 2004).

Menurut Djatmiko dan Murdijanto (1993) diacu dalam Husni (2003),

gelombang laut merupakan faktor eksternal yang dapat mempengaruhi seakeeping

kapal. Gelombang laut merupakan faktor beban luar yang paling dominan terhadap gerakan kapal. Terdapat dua jenis gelombang yaitu gelombang yang karakteristiknya selalu tetap, disebut dengan gelombang regular dan gelombang yang karakteristiknya berubah-ubah, disebut gelombang ireguler. Selanjutnya Rafni (1999) menjelaskan, kapal pada saat dioperasikan harus sanggup mengapung di permukaan air dengan stabilitas yang baik, bergerak dengan kecepatan yang bervariasi, berolah gerak yang baik serta cukup kuat untuk bertahan terhadap pengaruh gelombang pada saat cuaca buruk.

2.6 Parameter Kimia Lingkungan Perikanan Tangkap 2.6.1 Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan sebagai jumlah total (gr) dari material padat termasuk garam NaCl yang terkandung dalam air laut dalam 1 (satu) kg dimana bromin dan iodin diganti dengan klorin dan bahan organik seluruhnya telah terbakar habis (Wibisono, 2004). Menurut Mustaruddin (2010a) salinitas merupakan konsentrasi seluruh larutan garam di perairan.

Selanjutnya menurut Mustaruddin (2010a), setiap ikan yang terdapat di daerah penangkapan ikan mempunyai toleransi salinitas yang berbeda yang perubahannya dipengaruhi oleh suhu (penguapan), curah hujan, dan sirkulasi arus. Salinitas dibutuhkan oleh ikan untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh ikan dengan perairan sekitar daerah penangkapan ikan. Keseimbangan cairan, akan merangsang pertumbuhan ikan lebih cepat. Energi yang berasal dari makanan dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan pertumbuhan ikan. Untuk mendukung pertumbuhan ikan, salinitas daerah penangkapan ikan hendaknya tetap pada kisaran normal (30,0 – 40,0 ppt).

2.6.2 Oksigen terlarut

Konsentrasi gas oksigen di lapiran permukaan laut sangat bervariasi dan sangat dipengaruhi oleh suhu dimana semakin tinggi suhu maka semakin


(34)

berkurang tingkat kelarutan oksigen. Oksigen terlarut (Dissolved oxygen/DO) di laut berasal dari dua sumber, yakni atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut sangat memungkinkan untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan CO2 dan H2O (Wibisono, 2004).

Oksigen terlarut/Dissolved oxygen (DO) di daerah penangkapan ikan merupakan jumlah konsentrasi oksigen yang larut dalam perairan sekitar daerah penangkapan ikan dan dapat dimanfaatkan oleh ikan untuk pernafasannya. Oksigen terlarut juga merupakan salah satu faktor penentu adanya kehidupan ikan dan biota laut lainnya. Pertumbuhan ikan akan terganggu jika perairan kurang mengandung oksigen terlarut. Daerah penangkapan ikan idealnya merupakan lokasi perairan yang banyak oksigen terlarutnya (Mustaruddin, 2010a).

2.7 LingkunganBiologi Laut 2.7.1 Plankton

Organisme perairan pada tingkat (trophic) pertama berfungsi sebagai produsen/penyedia energi disebut sebagai plankton. Definisi umum menyatakan bahwa yang dimaksud dengan plankton adalah suatu golongan jasad hidup akuatik berukuran mikroskopik, biasanya berenang atau tersuspensi dalam air, tidak bergerak atau hanya bergerak sedikit untuk melawan/mengikuti arus. Dibedakan menjadi 2 golongan, yaitu golongan tumbuh-tumbuhan/fitoplankton (plankton nabati) dan golongan hewan/zooplankton (plankton hewani) (Wibisono, 2004).

Selanjutnya Hutabarat dan Evans (1984) menjelaskan, fitoplankton adalah tumbuh-tumbuhan air yang berukuran sangat kecil yang terdiri dari sejumlah besar kelas yang berbeda. Fitoplankton mempunyai peranan yang sama pentingnya baik di sistem pelagik maupun seperti yang diperankan juga oleh tumbuh-tumbuhan hijau yang lebih tinggi tingkatanya di ekosistem daratan. Fitoplankton adalah produsen utama zat-zat organik. Zooplankton adalah suatu grup yang terdiri dari jenis hewan yang sangat banyak macamnya termasuk protozoa, coelenterata, moluska, annelida, crustacea.


(35)

2.7.2 Benthos

Organisme yang hidup di bagian dasar lautan dikenal sebagai benthos. Termasuk didalamnya seluruh hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan yang hidup pada daerah-daerah yang masih dipengaruhi oleh air pasang (daerah littoral), daerah continental shelf(sub littoral) dan yang tinggal di laut yang sangat dalam (Hutabarat & Evans, 1984). Menurut Wibisono (2004), sebagaimana dengan halnya plankton, maka organisme benthos yang hidup di dasar perairan juga bisa dipakai untuk menentukan tingkat produktivitas perairan.

Selanjutnya menurut Hutabarat dan Evans (1984), keadaan lingkungan seperti sedimen, salinitas dan kedalaman di bawah permukaan, memberi variasi yang amat besar dari satu daerah dasar lautan ke daerah dasar lautan yang lain. Hal ini menyebabkan berbedanya jenis-jenis hewan pada daerah-daerah yang berbeda pula.

2.8 Ekosistem Pantai

2.8.1 Ekosistem hutan mangrove

Hutan mangrove merupakan salah satu tipe hutan hujan tropis yang terdapat di sepanjang garis pantai perairan tropis dan mempunyai ciri-ciri tersendiri yang sangat unik (Wibisono, 2004). Menurut Hutabarat & Evans (1984), daerah hutan mangrove umumnya didapat di estuarin di wilayah tropis atau terdapat di sepanjang pantai yang terlindung oleh terumbu karang (coral reef) atau pulau-pulau yang terletak di lepas pantai.

Menurut Wibisono (2004), hutan mangrove berfungsi: 1) sebagai tempat peralihan dan penghubung antara lingkungan daratan dan lingkungan marin, 2) penahan erosi pantai karena hempasan ombak dan angin serta sebagai pembentuk daratan baru, dan 3) tempat ideal untuk berpijah dari berbagai jenis larva ikan dan udang yang bernilai ekonomi penting. Mengingat pentingnya fungsi hutan mangrove diatas, maka sudah selayaknya dilindungi keberadaannya.

2.8.2 Ekosistem terumbu karang

Terumbu karang adalah suatu kumpulan hewan bersel satu yang membentuk koloni dan mempunyai rumah yang terbuat dari bahan kapur (Ca-karbonat).


(36)

Mengingat dalam ekosistem terumbu karang terdapat berbagai jenis organisme, maka dapat pula dikatakan terumbu karang merupakan sebuah komunitas biologis yang berada di dasar perairan laut yang membentuk struktur padat yang kokoh dan terbuat dari bahan kapur (Wibisono, 2004).

Menurut Wibisono (2004), fungsi terumbu karang adalah 1) sebagai tempat berteduh dan tempat mencari makan bagi sebagian biota laut, 2) sebagai penahan erosi pantai karena deburan ombak, 3) sebagai cadangan sumberdaya alam untuk berbagai jenis biota yang bernilai ekonomis penting, 4) sebagai wilayah yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi kegiatan wisata alam bahari yang bisa menghasilkan devisa, dan 5) sebagai sarana pendidikan yang dapat menumbuh kembangkan rasa cinta laut. Mengingat hal tersebut diatas, maka jelas bahwa kawasan terumbu karang mempunyai tingkat produktivitas yang termasuk tinggi.

2.8.3 Ekosistem padang lamun

Padang lamun yang merupakan hamparan tanaman rumput laut yang selalu terendam air ini bisa ditemui baik dilingkungan sedimen estuaria yang dangkal maupun di tengah laut sekitar pulau-pulau. Berbeda dengan terumbu karang yang memerlukan substrat yang keras untuk tempat tumbuhnya, maka pada tanaman rumput laut memerlukan substrat yang bersifat agak berpasir (Wibisono, 2004).

Selanjutnya Wibisono (2004) menjelaskan, seperti halnya terumbu karang dan hutan mangrove maka padang lamun termasuk mempunyai tingkat produktivitas yang tinggi. Padang lamun juga dimanfaatkan sebagai daerah jelajah beberapa jenis ikan dewasa untuk mencari makan dimana waktu stadium muda (juvenile) masih berada di lingkungan hutan mangrove.

2.9 Unit Penangkapan Ikan 2.9.1 Kapal perikanan

Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pembudidaya ikan,

pengangkutan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan dan


(37)

Berdasarkan Statistik Kelautan dan Perikanan, kapal perikanan terdiri atas

kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan

(http://www.pipp.dkp.go.id/pipp2/kapalapi_index.html). Kapal penangkap ikan dikelompokan menjadi:

1. Perahu Tanpa Motor (PTM) – Non powered motor, adalah perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak dayung atau layar.

2. Perahu Motor Tempel (PMT) – Outboard motor, adalah kapal atau perahu yang digerakkan menggunakan tenaga penggerak mesin atau motor yang dipasang di perahu pada saat akan dioperasikan dan dilepaskan kembali pada saat selesai dioperasikan.

3. Kapal Motor (KM)-Inboard motor. Kapal motor dikelompokan lagi

berdasarkan bobotnya, bobot kapal dinyatakan dalam Gross Tonnage (GT). Kapal motor berdasarkan bobot dikelompokan menjadi kapal motor < 5 GT, 5-10 GT hingga >200 GT. Mesin kapal diletakkan di ruang mesin di dalam bangunan kapal.

Berdasarkan fungsinya, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 34 mengelompokan kapal ikan menjadi:

1) Kapal penangkap ikan

2) Kapal pengangkut ikan

3) Kapal pengolah ikan

4) Kapal latih perikanan

5) Kapal penelitian/eksplorasi perikanan dan

6) Kapal pendukung operasi penangkapan ikan dan/atau pembudidaya ikan.

2.9.2 Alat penangkapan ikan

Alat penangkap ikan adalah alat atau peralatan yang digunakan untuk menangkap atau mengumpulkan ikan (Diniah, 2008). Berdasarkan buku Statistik Perikanan Tangkap Indonesia diacu dalam Diniah (2008) alat penangkapan ikan dikelompokan menjadi:

1) Pukat Tarik, adalah alat penangkap ikan yang terbuat dari bahan jaring yang berbentuk kerucut yang dioperasikan dengan cara menyapu kolom air dan


(38)

ditarik oleh kapal.

2) Pukat Kantong - Seine net, adalah alat penangkap ikan dari bahan jaring yang dibentuk berkantong dan dioperasikan dengan cara menyaring kolom air. 3) Pukat Cincin - Purse seine, merupakan alat penangkap ikan dari jaring yang

dioperasikan dengan cara melingkari gerombolan ikan hingga alat berbentuk seperti mangkuk pada akhir proses penangkapan.

4) Jaring Insang - Gill net, adalah alat penangkap ikan dari jaring, berbentuk empat persegi panjang dengan ukuran mata jaring yang sama.

5) Jaring Angkat - Lift net, adalah alat penangkap ikan dengan bentuk konstruksi tetap yang dioperasikan dengan cara diturunkan ke kolom perairan dan diangkat kembali setelah banyak ikan di atasnya.

6) Pancing - Hook and Lines, terdiri atas rawai horizontal, rawai tegak, huhate, pancing tonda, pancing ulur, pancing cumi-cumi dan pancing lainnya.

7) Perangkap dan Penghadang - Trap and barrier. Pada prinsipnya

pengoperasian kelompok alat ini adalah mengusahakan sedemikian rupa agar ikan tertarik untuk masuk kedalam alat tangkap atau ke dalam areal penangkapan dengan sukarela, namun setelah berada di dalamnya ikan tidak dapat keluar lagi.

8) Alat penangkap ikan dan penggiring-Drive-in net. Prinsip pengoperasian alat penangkap ikan kelompok ini adalah menggiring ikan agar masuk ke dalam alat tangkap yang telah dipasang.

9) Alat Pengumpul - Collection Gear, lebih dikenal dengan kelompok alat pengumpul kerang dan rumput laut. Prinsip kerja kelompok alat tangkap ini adalah mengumpulkan sasaran tangkap bukan dengan menangkapnya.

10) Lain-lain. Kelompok alat tangkap lain-lain bukanlah kelompok alat

penangkap ikan yang tidak produktif atau hanya sebagai pelengkap, melainkan jenis alat tangkap yang tidak bisa digabungkan ke dalam sembilan kelompok alat tangkap di atas.

2.9.3 Nelayan

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan


(39)

pasal 1 ayat 11, nelayan adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan. Pasal 12, nelayan kecil adalah orang yang mata pencahariannya melakukan penangkapan ikan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari yang menggunakan kapal perikanan berukuran paling besar 5 (lima) gross ton (GT).

Selanjutnya menurut Kurniawan (2010), nelayan adalah orang yang secara aktif melakukan pekerjaan dalam operasi penangkapan / budidaya binatang / tanaman air. Klasifikasi nelayan teridiri dari:

1) Nelayan penuh yaitu nelayan yang seluruh waktu kerjanya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan.

2) Nelayan sambilan utama yaitu nelayan yang sebagian besar waktunya

digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan. Disamping penangkapan sebagai pekerjaan utamanya, nelayan ini dapat pula mempunyai pekerjaan lain.

3) Nelayan sambilan tambahan yaitu nelayan yang sebagian kecil waktunya digunakan untuk melakukan pekerjaan operasi penangkapan ikan.

2.10 Pelabuhan Perikanan

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia nomor 45 tahun 2009 tentang

Perubahan Atas Undang-Undang nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan pasal 1

point 23, pelabuhan perikanan adalah tempat yang terdiri atas daratan dan perairan di sekitarnya dengan batas-batas tertentu sebagai tempat kegiatan pemerintahan dan kegiatan sistem bisnis perikanan yang dipergunakan sebagai tempat kapal perikanan bersandar, berlabuh, dan/atau bongkar muat ikan yang dilengkapi dengan fasilitas keselamatan pelayaran dan kegiatan penunjang perikanan.

Menurut Lubis (2010), manfaat pelabuhan perikanan ditinjau dari penggunaannya adalah:

1) Dapat memberikan kemudahan bagi pengguna pelabuhan (nelayan, pedagang,

pengolah, buruh pelabuhan untuk melakukan aktivitasnya.

b) Nelayan, disediakannya fasilitas yang membantu pembongkaran dan

penseleksian secara cepat, mempertahankan mutu, perbaikan kapal serta tempat nelayan melakukan kontak baik antara nelayan maupun dengan


(40)

pihak pengelola atau pengguna lainnya di pelabuhan.

c) Pengolah, disediakannya fasilitas yang mempermudah aktivitas

pengolahan ikan, misal gedung tempat pengolahan, bahan pengolahan ikan dan air bersih.

d) Pedagang, disediakannya tempat pelelangan ikan, kereta dorong untuk mengangkut ikan dari TPI ke pasar atau ke gudang tempat penampungan ikan, tersedianya buruh angkut.

e) Buruh pelabuhan, disediakannya sarana untuk membongkar, mengangkut dan menseleksi ikan.

2) Dapat memberikan kenyamanan dan keamanan bagi pengguna pelabuhan

dalam melakukan aktivitasnya baik ketika akan masuk lingkungan perairan maupun di daratan pelabuhan.

3) Dapat memberikan informasi pengetahuan bagi nelayan tentang fishing ground, keselamatan laut, penanganan ikan hasil tangkapan selama di kapal dan di pelabuhan.

4) Membuka lapangan kerja bagi masyarakat sekitarnya untuk berkreativitas di pelabuhan dan lingkungan sekitarnya.

2.11 Daerah Penangkapan Ikan

Daerah penangkapan ikan adalah wilayah perairan dimana alat penangkapan ikan dapat dioperasikan secara sempurna untuk mengeksploitasi sumberdaya ikan yang terdapat di dalamnya. Suatu daerah penangkapan ikan harus memenuhi kriteria berikut (Simbolon, 2011) :

1) Perairan sesuai dengan habitat yang disenangi ikan, dan hal ini sangat dipengaruhi parameter oseanografi fisik, biologi dan kimiawi.

2) Alat penangkapan ikan (fishinggear) mudah dioperasikan.

3) Daerah penangkapan memiliki sumberdaya ikan yang banyak dan bernilai ekonomis tinggi.

Selanjutnya Simbolon (2011) menjelaskan, penentuan daerah penangkapan yang ekonomis dan menguntungkan merupakan salah satu langkah penting dalam proses optimalisasi operasi penangkapan ikan. Terdapat tiga aspek utama yang perlu dipertimbangkan yaitu: (1) aspek sumberdaya ikan, (2) lingkungan perairan


(41)

(habitat), dan (3) teknologi. Ketiga aspek tersebut terkait sangat erat satu sama lain. Aspek sumberdaya ikan dan lingkungan perairan mengalami dinamika yang cukup tinggi dan lebih sulit dikontrol dibandingkan dengan aspek teknologi.

2.12 Pengelolaan Perikanan Tangkap

Manajemen sumberdaya perikanan adalah suatu kesatuan ilmu manajemen yang ditujukan untuk mengelola sumberdaya ikan pada suatu kawasan, agar populasi ikan itu tidak menjadi punah dalam rangka pemanfaatan secara lestari dan kesinambungan untuk jangka panjang. Selain kita mempelajari aspek-aspek ekologi komunitas ikan, juga tidak kalah pentingnya kita harus mempelajari aspek-aspek sosial ekonomi pada daerah bersangkutan, dan teknologi yang sehari-hari digunakan nelayan dan para pengusaha (Nuitja, 2010).

Selanjutnya menurut Nuitja (2010), tujuan manajemen sumberdaya perikanan adalah:

1) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya

ikan secara lestari.

2) Menjaga sumberdaya perikanan tetap hidup dan berkembang serta dapat dimanfaatkan secara lestari.

3) Memelihara dan dapat memperbaiki ekosistem yang sesuai dengan kondisi awal habitat.

Pengelolaan yang berkaitan dengan fungsi konservasi yang melekat pada perairan, analisis yang dilakukan mencakup kesesuaian dengan aspek/sifat sarana ramah lingkungan, potensi sumberdaya ikan kawasan, kebutuhan masyarakat, dan perangkat hukum terkait. Kriteria penilaiannya adalah: (a) kesesuaian dengan aspek/sifat alat tangkap ramah lingkungan dapat dilihat dari sifat selektif yang melanggar fungsi kawasan, jaminan terhadap ekosistem, dampak terhadap biodiversity, perlindungan terhadap biota dasar, dan daya cemar terhadap kawasan, (b) kesesuaian dengan aspek potensi sumberdaya ikan kawasan dapat dilihat dari jenis ikan yang ditangkap menggunakan unit penangkapan, daya dukung di lokasi, dan nilai ekonomisnya, (c) kesesuaian dengan aspek kebutuhan masyarakat dapat dilihat dari kepraktisannya, biaya operasi, keefektifan, kekuatan, kemudahan transfer knowlegde, dan tingkat keuntungan dari operasi unit


(42)

penangkapan tersebut, dan (d) kesesuaian dengan aspek perangkat hukum terkait dapat dilihat dari kesesuaianya dengan Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Surat Keputusan Kepala Daerah, dan peraturan lainnya yang berlaku di lokasi (Mustaruddin, 2010b).

Menurut Satria et al. (2009), globalisasi pengelolaan sumberdaya perikanan Indonesia di laut lepas diatur oleh beberapa peraturan perundang-undangan yaitu:

1) Undang-Undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif.

2) Peraturan Pemerintah No. 15 tahun 1984 tentang Pengelolaan Sumberdaya Alam Hayati di Zona Ekonomi Eksklusif.

3) Undang-Undang No. 17 tahun 1985 tentang Pengesahan UNCOS 1982.

4) Peraturan Pemerintah No. 54 tahun 2002 tentang Usaha Penangkapan Ikan

5) Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan.

6) Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 5 tahun 2008 tentang Perikanan Tangkap.

Perkembangan terbaru undang-undang tentang perikanan adalah perubahan dari Undang-Undang No. 31 tahun 2004. Undang-undang tersebut berubah menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 45 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.


(43)

3 METODOLOGI

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Pengumpulan data dilakukan pada bulan Agustus 2010 di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pengolahan data dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2011, sedangkan penyusunan skripsi dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Peta lokasi penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.2 Bahan dan Alat

Dalam penelitian ini bahan yang digunakan adalah data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap yang ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman dan instansi lain yang terkait, sedangkan alat yang yang digunakan adalah:

1) Seperangkat komputer.

2) Software Microsoft Access dan Microsoft Visual Basic 6.0, sebagai alat utama dalam pembuatan database dan disain sistem informasi.

3) Adobe Photoshop CS, CorelDRAW X4, dan ArcView 3.3, sebagai alat tambahan dalam desain sistem informasi

4) Harddisk dan flashdisk, sebagai media penyimpanan data

3.3 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam pembuatan sistem informasi adalah data yang sudah diambil baik oleh peneliti perikanan dan data statistik perikanan tangkap yang sudah ada di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman dan instansi lain yang terkait. Data tersebut berupa data sumberdaya ikan (produksi, nilai produksi, taksonomi, tingkah laku dan penyebaran), lingkungan kimia (salinitas, pH, fosfat, nitrat, dan oksigen terlarut), lingkungan fisika (suhu, cahaya, arus, gelombang dan bathimetri), lingkungan biologi laut (plankton, khlorofil dan benthos), ekosistem pantai (ekosistem hutan mangrove, ekosistem terumbu karang, dan ekosistem padang lamun). Pengumpulan data tersebut didapatkan melalui melalui studi kepustakaan dari arsip-arsip yang


(44)

terdapat di Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Padang Pariaman dan instansi terkait lainnya.

Menurut Sankarto dan Permana (2008), untuk mengetahui kebutuhan

informasi bagi pengguna perlu dilakukan identifikasi terhadap keinginannya. Teknik dan alat bantu identifikasi yang umum digunakan antara lain pengamatan praktis, interviews, questionnaires, observation, sampling, document gathering, charting (organisasi, flow, DFD.) decision table. Dalam penelitian ini metode yang digunakan untuk mengidentifikasi kebutuhan informasi adalah pengamatan praktis. Hal yang diidentifikasi dari pengguna adalah tentang hal yang dikerjakan, informasi yang menjadi masukan, produk atau jasa yang dihasilkan, dan cara mengerjakannya. Dengan mengetahui hal-hal tersebut merupakan langkah baik untuk memperoleh gambaran tentang kebutuhan informasi.

3.4 Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode pengembangan sistem informasi, yaitu cara penyelesaian persoalan terhadap masalah manajemen data dan informasi yang dilakukan dengan cara mengidentifikasi sejumlah kebutuhan-kebutuhan informasi yang ada pada suatu sistem sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem informasi yang dianggap efektif. Metode pengembangan sistem informasi ini terdiri dari lima tahap, yaitu (1) tahap perencanaan sistem informasi, (2) tahap analisis sistem informasi, (3) tahap perancangan sistem informasi, (4) tahap implementasi sistem informasi dan (5) tahap validasi sistem informasi.

3.4.1 Tahap perencanaan sistem informasi

Perencanaan sistem informasi merupakan langkah awal dalam membangun sebuah sistem informasi. Pada tahap ini ditentukan lingkup proyek atau sistem yang akan dituangkan dalam sistem informasi. Lingkup proyek atau batasan sistem adalah seluruh sub sistem yang melakukan aktifitas perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman. Pada tahap ini juga direncanakan penamaan sistem informasi yang akan dibuat dan kebutuhan hardware dan software dalam membangun sistem informasi.


(45)

3.4.2 Tahap analisis sistem informasi

Tahap analisis sistem informasi terdiri dari tiga bagian, yaitu analisis kebutuhan informasi, formulasi masalah, dan identifikasi sistem informasi. Pada tahap analisis kebutuhan informasi dicari secara selektif kebutuhan informasi masing-masing pelaku dalam sistem sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman. Pelaku yang terlibat di antaranya adalah nelayan, armada penangkapan ikan, pengusaha perikanan, PPI, Dinas Kelautan dan Perikanan dan pengguna informasi lainnya.

Tahap formulasi permasalahan bertujuan merumuskan permasalahan yang ada dalam proses dan manajemen pendataan sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman, Sumatera Barat. Permasalahan yang terjadi dapat diketahui melalui observasi lapang serta wawancara dengan pelaku yang ada dalam lingkup sistem.

Identifikasi sistem informasi dibuat dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran sistem informasi secara garis besar. Identifikasi sistem informasi ini dilakukan dengan pembuatan dua diagram, yaitu (1) diagram lingkar sebab akibat (causal loop) yang bertujuan untuk menggambarkan hubungan antar komponen di dalam sistem informasi dan (2) diagram input-output yang bertujuan untuk menggambarkan masukan dan keluaran serta kontrol dari sistem informasi manajemen data sumberdaya dan lingkungan perikanan tangkap di Kabupaten Padang Pariaman.

3.4.3 Tahap perancangan sistem informasi

Tahap ini menjelaskan perancangan sistem informasi yang akan dibuat. Perancangan sistem informasi mendesain suatu proses dihasilkannya informasi, yaitu terdiri dari proses input data, pengolahan data dan proses penyajian data (ouput data). Informasi akan dihasilkan dengan memanfaatkan data yang tersimpan pada basis data yang ada. Output atau informasi yang dihasilkan pada akhirnya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang membutuhkan. Tahap perancangan sistem informasi terdiri dari (1) perancangan cara kerja sistem dengan diagram blok, (2) perancangan database, dan (3) perancangan relasi tabel.


(46)

Perancangan cara kerja sistem dengan diagram blok merupakan pembuatan diagram blok yang bertujuan untuk menggambarkan garis besar cara kerja sistem informasi yang akan dibuat. Diagram blok juga berisikan komponen-komponen yang terlibat dalam sistem informasi.

Database dapat diartikan sebagai kumpulan data yang terdiri atas satu atau lebih tabel yang terintegrasi satu sama lain, dimana setiap pemakai (user) diberi wewenang untuk dapat mengakses (mengubah, menghapus, menganalisa, menambah, memperbaiki) data dalam tabel-tabel tersebut. Tahapan-tahapan dalam melakukan perancangan database ialah (1) pembuatan tabel, tabel berfungsi sebagai tempat menyimpan data dan merupakan suatu kumpulan data yang berhubungan dengan topik tertentu. Penggunaan tabel bertujuan untuk menyederhanakan logika terhadap pandangan data. (2) pembuatan field yang merupakan tempat dimana data atau informasi dalam kelompok yang sama atau sejenis dimasukan. Field itu pada umumnya tersimpan dalam bentuk kolom vertikal pada tabel.

Perancangan relasi tabel, dibuat dengan menggunakan diagram entity relationship. Relasi yang dibuat dengan tujuan untuk memperlihatkan hubungan antara tabel-tabel yang berada pada database. Relasi yang dibangun menggunakan relasional one to one ( satu ke satu) yang berarti setiap entity pada suatu himpunan dengan entity pada himpunan entity yang lainnya. One to many (satu ke banyak) yang berarti setiap entity pada suatu himpunan entity dapat berhubungan dengan banyak entity pada hubungan entity yang lainnya.

3.4.4 Tahap implementasi sistem informasi

Tahapan implementasi sistem mencakup coding (pengkodean program) dan

instalasi (pemasangan program). Program aplikasi dirancang dengan

menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 6.0 dan penyimpanan data menggunakan format Microsoft Access 2007.

3.4.5 Tahap validasi sistem informasi

Pada tahap ini dilakukan uji coba sistem informasi yang telah disusun. Proses validasi ini diperlukan untuk memastikan bahwa sistem informasi yang


(47)

dibangun sudah benar, sesuai karakteristik yang ditetapkan dan tidak ada kesalahan-kesalahan yang terkandung di dalamnya. Proses validasi dapat dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama, pengujian dilakukan dengan mengecek alur sistem secara keseluruhan. Pada tahap kedua dilakukan pengecekan dengan sample data dan dilakukan penelusuran yang sudah berjalan dengan benar dan beroperasi sesuai dengan logika sistem informasi.

Gambar 3 Diagram alir pembuatan sistem informasi.

Memuaskan ?

ya

tidak

Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan

Tangkap (SI-PSLP) Mulai

Selesai

Pengumpulan Data

Perencanaan Sistem Informasi

Analisis Sistem Informasi

Perancangan Sistem Informasi

Implementasi Sistem Infomasi


(48)

Gambar 4 Diagram alir pengumpulan data.

Gambar 5 Diagram alir perencanaan sistem informasi.

Perencanaan Sistem Informasi

Menentukan tujuan, batasan, dan lingkungan sistem

informasi

Sudah ditentukan?

Selesai

tidak

ya Tujuan, batasan, dan

lingkungan sistem informasi Pengumpulan Data

Melakukan pengamatan praktis dan studi kepustakaan

Informasi kebutuhan pelaku sistem informasi Data sumberdaya ikan Data lingkungan

Mencukupi ?

Selesai

tidak


(49)

Gambar 6 Diagram alir analisis sistem informasi.

Gambar 7 Diagram alir perancangan sistem informasi.

Perancangan Sistem Informasi

Sudah benar ?

Selesai tidak

ya Diagram blok sistem

informasi Komponen yang

terlibat dalam sistem informasi

Membuat diagram blok

Pembuatan tabel dan field Dengan Microsoft

Accsess Input data sumberdaya dan lingkungan Database SI-PSLP

Data Spasial: Peta digital lingkungan

Membuat relasi tabel Proses dengan ArcView 3.3

Transformasi ke shapefile (SHP)

Merancang Interface

InterfaceVisual Basic dan Map

Object Analisis sistem informasi

Sudah sesuai ? Selesai tidak ya Tabel analisis kebutuhan pelaku sistem informasi Informasi kebutuhan pelaku sistem informasi Analisis kebutuhan pelaku sistem informasi

Permasalahan pengelolaan data informasi Formulasikan permasalahan Laporan mengenai permasalahan terkait

data dan informasi

Elemen-elemen yang terlibat dalam sistem informasi

Membuat diagram

Diagram sebab akibat dan diagram input


(50)

Gambar 8 Diagram alir implementasi dan validasi sistem informasi.

ya Implementasi Sistem

Pengkodean program dengan Visual Basic

Uji coba sistem informasi Validasi sistem informasi

Memuaskan ?

Sistem Informasi Pengelolaan Sumberdaya dan Lingkungan Perikanan

Tangkap (SIM-PSLP)

Selesai


(51)

4

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Padang Pariaman

Kabupaten Padang Pariaman secara geografis terletak di pantai barat Pulau Sumatera pada posisi 0°11’- 0°49’ Lintang Selatan dan 98°36’ - 100°28’ Bujur Timur dengan luas daratan 1.328,79 km2. Secara geografis batas wilayah Kabupaten Padang Pariaman (Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2009) adalah :

1) Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Agam.

2) Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Padang.

3) Sebelah Barat berbatasan dengan Kota Pariaman dan Samudera Indonesia.

4) Sebelah Timur berbatasan dengan Kab. Solok dan Kab. Tanah Datar.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman nomor 05 tahun 2009 tentang Pemerintahan Nagari, mendefinisikan Nagari adalah kesatuan masyarakat hukum adat yang memiliki batas-batas wilayah tertentu, dan berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan asal-usul Adat Minangkabau (Adat Basandi Syarak, Syarak Basandi

Kitabullah) dan atau berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat dalam wilayah Kabupaten Padang Pariaman. Korong adalah bagian dari Wilayah Nagari yang dipimpin oleh Wali Korong.

Kabupaten Padang Pariaman memiliki 17 Kecamatan, 46 Nagari dan 364 Korong. Kecamatan yang paling banyak memiliki nagari adalah Kecamatan Nan Sabaris dan Kecamatan Enam Lingkung yang mempunyai 5 (lima) Nagari, sedangkan kecamatan yang paling sedikit memiliki nagari adalah Kecamatan Lubuk Alung dan Kecamatan IV Koto Aur Malintang yang hanya mempunyai 1 (satu ) nagari. Kecamatan VII Koto Sungai Sarik merupakan kecamatan yang memiliki Korong terbanyak, yakni 41 Korong, dan yang paling sedikit adalah Kecamatan IV Koto Aur Malintang, yakni 5 Korong. Seluruh pemerintahan desa sejak dikeluarkannya Perda No. 13 tahun 2001 telah dilikuidasi seiring pembentukan struktur Pemerintahan Nagari (Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2009).


(52)

Jumlah penduduk Kabupaten Padang Pariaman tercatat sebanyak 387.452 jiwa, yang terdiri dari 186.058 laki-laki dan 201.394 perempuan. Tingkat kepadatan penduduk pada tahun 2008 terhitung sebanyak 292 jiwa / km2. Jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Batang Anai, yaitu 43.890 jiwa, sedangkan jumlah penduduk terendah berada di Kecamatan Padang Sago yakni 8.247 jiwa (Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2009).

Topografi Wilayah Kabupaten Padang Pariaman termasuk iklim tropis besar yang memiliki musim kering yang sangat pendek dan daerah lautan sangat dipengaruhi oleh angin laut. Suhu udara berkisar antara 24,4 oC-25,7 0C. Suhu udara terpanas jatuh pada bulan Mei, sedangkan suhu terendah terdapat pada bulan September. Kelembapan udara rata-rata 86,75 % dengan kecepatan angin rata-rata yaitu 2,14 knot/jam. Sedangkan rata-rata suhu maksimum 31,08 oC dan rata-rata suhu minimum yaitu 21,34 oC dengan rata-rata curah hujan secara keseluruhan untuk Kabupaten Padang Pariaman pada tahun 2008 adalah sebesar 368,4 mm, dengan rata hari hujan sebanyak 19 hari/bulan. Tamperatur rata-rata untuk Kabupaten Padang Pariaman adalah 25,70 oC dengan kelembapan relatif 85,9 % (Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2009).

Dilihat dari topografi wilayah, Kabupaten Padang Pariaman terdiri dari wilayah daratan pada daratan Pulau Sumatera dan 6 pulau-pulau kecil, dengan 40 % daratan rendah yaitu pada bagian barat yang mengarah ke pantai. Daerah dataran rendah terdapat disebelah barat yang terhampar sepanjang pantai dengan ketinggian antara 0-10 meter di atas permukaan laut, serta 60 % daerah bagian timur yang merupakan daerah bergelombang sampai ke Bukit Barisan. Daerah bukit bergelombang terdapat disebelah timur dengan ketinggian 10-1000 meter di atas permukaan laut (Badan Pusat Statistik Kabupaten Padang Pariaman, 2009).

4.2 Keadaan Umum Perikanan Tangkap Kabupaten Padang Pariaman 4.2.1 Prasarana penangkapan

1) Pangkalan pendaratan ikan (PPI)

PPI yang ada di Kabupaten Padang Pariaman masih dalam tahap pembangunan. Tempat baru yang direncankan untuk pengembangan PPI/PP tidak jauh dari tempat lama tersebut. Jaraknya sekitar 200 meter. Saat ini sarana yang


(1)

3) Untuk memperbesar peta klik tombol , memperkecil klik tombol menggeser peta klik tombol , memperbesal ke ukuran penuh klik tombol

, dan untuk melihat info bagian peta klik tombol .

4) Setelah tombol info dipilih dan diklik pada tampilan peta maka informasi yang ditampilkan ada disamping kiri tampilan peta

5) Untuk merubah warna simbol klik dua kali pada tampilan simbol

6) Pilih tema yang diingin dan klik Ubah Legenda kemudian klik OK, untuk membatalkan klik tombol Batal.

7) Untuk Melihat laporan pengguna bisa mimilih tombol .

8) Mencetak data ke Printer Klik tombol , mengeksport data klik tombol .


(2)

Menu Sarana Prasarana

1) Klik tombol pada bagian kiri layar dan akan tampil tampilan:

2) Untuk menampilkan data silahkan pilih optional data berdasarkan Tahun, Jenis Aat Tangkap, Jenis Kapal, Jenis Alat Bantu dan Jenis Fasilitas PPI 3) Tampilan informasi:

4) Untuk Melihat laporan pengguna bisa mimilih tombol

5) Mencetak data ke Printer Klik tombol , mengeksport data klik tombol .


(3)

Menu Sosial Ekonomi

1) Klik tombol pada bagian kiri layar. Untuk melihat data nelayan klik tombol dan akan tampil tampilan:

2) Untuk menampilkan data Pemberdayaan Ekonomi klik tombol dan data kelompok nelayan klik tombol

3) Untuk Melihat laporan pengguna bisa mimilih tombol

4) Mencetak data ke Printer Klik tombol , mengeksport data klik tombol .


(4)

Menu Manajemen Data

1) Klik tombol pada bagian kiri layar akan tampil untuk mengelola data sumberdaya ikan:

2) Jika ingin menambah data pilih tombol , menghapus pilih tombol , menyimpan data pilih tombol , mengubah data pilih tombol , untuk membatalkan operasi pilih tombol , mencari gambar ikan pilih tombol , mencari peta sebaran pilih tombol

.

3) Klik tombol pada bagian kiri layar untuk mengelola data lingkungan.


(5)

4) Pilih sub menu lingkungan yang akan ditambahkan datanya. 5) Pilih tombol

6) Pilih lokasi direktori peta :

7) Maka peta akan tampil di layar:

8) Pilih option Projected Coordinate System dan pilih

WGS_1984_UTM_Zone_47S(32747) koordinat untuk wilayah Kabupaten Padang Pariaman dan selanjutnya klik Set Layer Coordinate System 9) Selanjutnya pilih option Geographic Coordinate System dan pilih

CGS_WGS_1984 (4326), kemudian klik Set Map Coordinat System 10) Pilih tahun pendataan yang akan disimpan dan klik tombol Simpan. 11) Klik tombol pada bagian kiri jika ingin mengelola


(6)

12) Jika ingin menambah data pilih tombol , menghapus pilih tombol , menyimpan data pilih tombol , mengubah data pilih tombol , untuk membatalkan operasi pilih tombol , mencari gambar pilih

tombol

13) Klik tombol pada bagian kiri layar untuk mengelola data social ekonomi.

14) Jika ingin menambah data pilih tombol , menghapus pilih tombol , menyimpan data pilih tombol , mengubah data pilih tombol , untuk membatalkan operasi pilih tombol .