62
open access. Artinya rezim pengelolaan sole owner terlihat lebih bersahabat dengan sumberdaya dan lingkungan dibandingkan dengan kondisi
MSY
E .
Berdasarkan data pada Tabel 17 bahwa, bila dibandingkan dengan kondisi aktual dengan jumlah effort untuk masing-masing alat bagan sebanyak 4.570 trip
per tahun, payang sebanyak 3.304 trip per tahun, dan tonda sebanyak 817 trip per tahun, lebih tinggi dibandingkan dengan effort pada kondisi MSY dan MEY akan
tetapi masih dibawah kondisi open access. Begitu pula kondisi jumlah tangkapan h aktual, masing-masing untuk bagan sebesar 2267,90 ton, payang sebesar
822,63 ton, dan tonda sebesar 1472,55 ton, sudah melebihi dari jumlah tangkapan dari ketiga kondisi pengelolaan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa tangkapan
secara aktual di Perairan Tanjung Mutiara sudah terjadi biological overfishing dan economic overfshing, karena jumlah effort sudah melebihi MSY dan MEY, walau
pun belum melebihi kondisi open access. Sementara untuk jumlah tangkapan h aktual sudah melebih dari kondisi MSY, MEY dan open access.
6.3 Analisis Laju DegradasiDepresiasi Sumberdaya Perikanan
Analisis degradasi dan depresiasi sumberdaya perikanan tangkap di Tanjung Mutiara dilakukan untuk mengetahui berapa besar laju degradasi yang
terjadi akibat aktivitas penangkapan ikan. Laju depresiasi dihitung dengan memasukan nilai rupiah yaitu dari analisis rente aktual dibandingkan dengan rente
lestari dari pemanfaatan sumberdaya ikan ikan teri, tongkol dan tunacakalang. Hasil penghitungan seperti pada Tabel 19 memperlihatkan koefisien laju
degradasi rata-rata mulai tahun 1996-2006 untuk masing-masing pemanfaatan sumberdaya ikan teri yang menggunakan unit penangkapan ikan dengan bagan
sebesar 0,4006, sumberdaya ikan tongkol dengan unit alat tangkap payang sebesar 0,3511, dan sumberdaya ikan tunacakalang dengan unit alat tangkap tonda
sebesar 0,4315. Nilai tersebut menunjukkan bahwa secara umum tingkat laju degradasi masih pada taraf belum terdegradasi. Koefisien laju degradasi
D
φ dari suatu sumberdaya dengan nilai berada antara 0 – 0,50 0
50 ,
≤ ≤
D
φ , dikatakan
bahwa sumberdaya tersebut belum terdegradasi. Suatu sumberdaya telah terdegradasi atau terdepresiasi apabila nilai laju koeffisien degradasi dan
depresiasinya berada di atas 0,50.
63
Tabel 19 Hasil Analisis Koefisien Laju Degradasi Sumberdaya Perikanan Tangkap di Perairan Tanjung Mutiara
Tahun Produksi Aktual
Ton Produksi Lestari
Ton Koef. Laju
Degradasi
D
φ
a. Ikan Teri Bagan
1996 3291.88 -473 0.54 1997 2467.14 -533 0.55
1998 1993.77 -65 0.51
1999 1839.15 860 0.39
2000 2828.56 1005 0.41 2001 2339.92 1340 0.36
2002 1885.30 1513 0.31 2003 1878.35 1435 0.32
2004 2115.10 1352 0.35 2005 2192.31 1478 0.34
2006 2115.48 1399 0.34
Rata-rata 0.40 b. Ikan Tongkol
Payang
1996 1185.08 429.80 0.41 1997 888.18 450.12 0.38
1998 717.76 516.28 0.33 1999 662.09 518.90 0.31
2000 1018.28 528.65 0.37 2001 842.37 525.56 0.35
2002 678.71 526.82 0.32 2003 676.21 457.76 0.34
2004 761.44 454.64 0.36 2005 789.23 487.91 0.35
2006 829.57 491.94 0.36
Rata-rata 0.35 c. Ikan TunaCakalang
Tonda
1996 2106.80 758.44 0.41 1997 1578.97 719.45 0.39
1998 1276.01 709.17 0.36 1999 1177.06 685.81 0.36
2000 1810.28 739.37 0.40 2001 1497.55 729.51 0.38
2002 1206.59 322.42 0.43 2003 1202.14 399.06 0.42
2004 1353.66 247.89 0.45 2005 1403.08
-359.90 0.56 2006 1585.90
-480.86 0.58
Rata-rata 0.43
Sumber : Hasil Analisis Keterangan :
D
φ
adalah koefisien laju degradasi. Sumberdaya dikatakan terdegradasi bila nilai koefisien laju degradasi
D
φ
0,50.
64
Gambar 22 menunjukkan trajektori koefisien laju degradasi sumberdaya ikan teri, tongkol dan tunacakalang di Tanjung Mutiara pada tahun 1996 sampai
dengan 2006. Penggunaan alat tangkap bagan pada tahun 1996 – 1998 terjadi degradasi dan selanjutnya turun di bawah nilai koefisien 0,5. Hal ini disebabkan
oleh semakin berkurangnya effort, dan kondisi lapangan menunjukan bahwa jumlah alat tangkap bagan sampai saat ini terus berkurang, sehingga ada trend laju
degradasi menurun. Sementara itu untuk payang belum terjadi degradasi, terbukti koefisien laju degradasi rata-rata dibawah nilai 0,500. Berbeda dengan tonda
terlihat pada tahun-tahun terakhir mulai tahun 2005 sudah terjadi degradasi dengan nilai koefisien di atas 0,5.
Laju De gradas i Sum be rdaya Pe rik anan Tangk ap
0.0000 0.1000
0.2000 0.3000
0.4000 0.5000
0.6000 0.7000
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 Waktu Tahun
Ni lai K
o ef
is ie
n
Degradasi Teri Degradasi Tongkol
Degradasi TunaCakalang Treshold Koef . Degr
Gambar 22 Trajektori Koefisien Laju Degradasi Sumberdaya Perikanan Tangkap di Tanjung Mutiara
Hasil perhitungan analisis depresiasi sumberdaya ikan teri, tongkol dan tunacakalang di perairan Tanjung Mutiara menunjukan bahwa untuk alat tangkap
bagan pada pada tahun 1996 sampai dengan 1999, terjadi depresiasi nilai koefisien laju degradasi di atas 0,5, dan untuk alat tangkap payang masih di bawah
batas toleransi, sementara untuk alat tangkap tonda mulai terjadi depresiasi dengan nilai laju depresiasi di atas 0,5 pada tahun 2004 sampai dengan 2006. Pada
Tabel 20 dapat dilihat perkembangan laju depresiasi sumberdaya perikanan tangkap untuk masing-masing sumberdaya ikan.
65
Tabel 20 Hasil Analsis Koefisien Laju Depresiasi Sumberdaya Perikanan Tangkap di Perairan Tanjung Mutiara
Sumber : Hasil Analisis Keterangan :
R
φ
adalah koefisien laju depresiasi. Sumberdaya dikatakan terdepresiasi bila nilai koefisien laju depresiasi
R
φ
0,50.
Tahun Rente Aktual
Rp Rente Lestari
Rp Koef. Laju
Depresiasi
R
φ
a. Ikan Teri Bagan