xlviii daripada informasi yang diperoleh dari narasumber yang lebih banyak. Teknik
sampling yaitu cara pengambilan sampel yang tidak semua anggota diberi kesempatan menjadi sampel.
Cuplikan dalam penelitian ini bersifat purposive sampling, dimana peneliti hanya memilih informan yang benar-benar menguasai permasalahan yang dikaji,
informan dapat bertambah atau berganti sesuai dengan kebutuhan yang ada di lapangan. Informan tersebut dapat menunjuk informan lain yang dipandang lebih
tahu tentang permasalahan yang diteliti. Teknik penentuan informan ini disebut teknik bola salju atau snowball sampling. Sehingga peneliti mampu menggali data
secara lengkap dan mendalam.
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan cara-cara yang ditempuh untuk mendapatkan data yang diperlukan dengan menggunakan alat-alat tertentu.
Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:
1. Wawancara
Lexy J. Moleong 2007: 135 mengemukakan bahwa “wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak
yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan diwawancarai yang memberi jawaban atas pertanyaan itu”
Dalam melakukan wawancara ini peneliti berpedoman pada teknik yang diuraikan H.B Sutopo 2006: 70-72 yaitu:
a. Penentuan siapa yang akan diwawancarai
Informasi atau data baik kelengkapan dan juga kedalamannya, adalah sangat penting artinya bagi kualitas simpulan hasil penelitian. Oleh karena itu dalam
hal pengumpulan informasi lewat wawancara mendalam, peneliti harus bisa mendapatkan narasumber atau informan yang tepat.
b. Persiapan wawancara
Setelah penentuan informan, peneliti perlu mempersiapkan diri untuk memahami pribadi dan peran informan dalam konteksnya, sehingga bila perlu
xlix peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan karakter dan posisi informannya
agar tidak terjadi kesan yang mungkin kurang tepat sehingga bias berakibat hanya mendapatkan informasi yang kurang sesuai dengan yang sebenarnya
diharapkan. c.
Langkah awal Pada saat pertemuan dengan narasumber, peneliti benar-benar memahami
konteksnya agar proses wawancara disesuaikandengan kondisinya dan bisa berjalan lancar.
d. Pengusahaan agar wawancara bersifat produktif
Irama wawancara perlu dijaga supaya tetap terasa santai tetapi lancar. Peneliti jangan banyak memotong pembicaraan, dan berusaha menjadi pendengar yang
baik tetapi tetap harus berusaha bersikap kritis. Peneliti jangan banyak bicara supaya bisa belajar lebih banyak dalam kelancaran prosesnya.
e. Penghentian wawancara dan mendapatkan simpulan Peneliti perlu memahami kondisi pelaksanaan wawancara dengan
produktivitasnya. Bila peneliti menangkap gejala kelelahan baik pada informan maupun pada peneliti sendiri, maka ia wajib berpikir apakah sudah
waktunya peneliti menghentikan wawancara tersebut, dan sudah menarik simpulan dari semua informasi yang telah diperolehnya. Bila perlu peneliti
bisa menanyakan beberapa simpulan sementara dari informasi yang didengarnya kepada informan, untuk menegaskan apakah memang benar
demikian yang dimaksudkannya.
2. Dokumentasi