xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia adalah negara berkembang yang senantiasa melakukan pembangunan di segala bidang. Pembangunan tersebut ditandai dengan
keberhasilan di berbagai sektor bidang, seperti terlihat dari hasil fisik dalam bentuk aset-aset pembangunan yang cukup menakjubkan. Namun beberapa aspek
yang lain diakui masih mengandung kelemahan, baik mengenai pembangunan itu sendiri maupun dampak yang ditimbulkan. Pembangunan tersebut pada
hakekatnya bertujuan agar terciptanya landasan ekonomi yang kuat bagi bangsa Indonesia. Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea 4 dimana
salah satu tujuan negara Indonesia adalah untuk memajukan kesejahteraan umum maka diharapkan hasil pembangunan tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual. Di era globalisasi sekarang ini dan adanya krisis global yang juga
melanda bangsa Indonesia titik berat pembangunan nasional lebih ditekankan pada bidang ekonomi yang merupakan penggerak utama pembangunan nasional
dan untuk mengantisipasi dalam menghadapi perkembangan perdagangan bebas yang mengarah pada pasar global. Pembangunan ekonomi merupakan suatu
proses yang diarahkan untuk memperbesar pendapatan perkapita dan mempertinggi produktivitas dengan jalan menambah modal, peralatan, dan skill.
Salah satu masalah yang mendapat perhatian serius dari Pemerintah dewasa ini adalah kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari
tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, kesenjangan antarwilayah. Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya
kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang
berdimensi pemberdayaan. Memandang desa sebagai basis potensial kegiatan ekonomi haruslah
menjadi paradigma baru dalam program pembangunan ekonomi Indonesia secara
1
xviii keseluruhan, maka pembangunan perdesaan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari pembangunan nasional. Kurangnya permodalan yang dialami sebagian masyarakat miskin khususnya pedagang golongan ekonomi lemah di
perdesaan sebenarnya tidak semata-mata disebabkan oleh kurang modal tetapi sering kali karena kurangnya pengetahuan dan kemampuan dalam hal mengelola
modal. Kurangnya modal yang dialami oleh para pedagang tersebut akan membatasi ruang gerak aktivitas usahanya. Padahal modal merupakan unsur yang
essensial dalam mendukung peningkatan taraf hidup yang lebih baik. Untuk itu kebutuhan kredit modal khususnya bagi para pedagang
golongan ekonomi lemah sangatlah mereka butuhkan. Namum sering kali para pedagang golongan ekonomi lemah kesulitan dalam memperoleh kredit. Mereka
bisa saja mengajukan kredit di bank tetapi kebanyakan dari mereka mengalami kendala. Salah satunya para pedagang tersebut harus memberikan jaminan kredit
padahal dari mereka banyak yang tidak mempunyai barang yang cukup berharga untuk dijadikan jaminan. Ada juga pihak yang dapat memberikan kredit kepada
mereka yaitu rentenir. Renternir memberikan kredit tanpa jaminan dan prosesnya cepat. Setiap hari para pedagang tersebut bisa mengangsur semampu mereka tanpa
harus dibatasi berapa jumlah yang harus mereka setor. Namun tanpa mereka sadari justru pengembalian beserta bunganya sangat tinggi. Untuk itu Pemerintah
harus campur tangan membantu mereka dalam memecahkan masalah tersebut. Sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri No. 414.2842PMD tahun
2002 perihal program pemberdayaan masyarakat dengan transparasi dan akuntabilitas publik, Pemerintah membentuk Program Pengembangan Kecamatan
yang berupaya menanggulangi kemiskinan. Fase pertama PPK PPK I dimulai pada 1998 1999 sampai 2002, fase kedua PPK II dimulai pada 2003 dan
berlangsung hingga 2006, sedang fase ketiga PPK III telah dimulai pada awal 2006. Melihat keberhasilan pelaksanaan program yang mengusung sistem
pembangunan bottom up planning ini, Pemerintah Pusat bertekad untuk melanjutkan upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dalam skala yang
lebih luas, salah satunya dengan menggunakan skema PPK.
xix Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program
Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah
khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya
mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya
peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari
Program Pengembangan Kecamatan PPK, yang selama ini dinilai berhasil. Beberapa keberhasilan PPK adalah berupa penyediaan lapangan kerja dan
pendapatan bagi kelompok rakyat miskin, efisiensi dan efektivitas kegiatan, serta berhasil menumbuhkan kebersamaan dan partisipasi masyarakat. Tim Koordinasi
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan TK PNPM MP, 2008: 1.
Adanya PNPM Mandiri Perdesaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pedagang yang kesulitan modal. PNPM Mandiri Perdesaan
memberikan bantuan kredit dengan prosedur yang mudah sehingga diharapkan mereka dapat memperluas dan meningkatkan usahanya agar memperoleh
peningkatan pendapatan. Tujuan dari PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di
perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Keberadaan PNPM Mandiri Perdesaan di lingkup kecamatan khususnya di Kecamatan Plupuh diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pedagang
golongan ekonomi lemah dalam usahanya mengatasi kesulitan permodalan dan upaya meningkatkan pendapatan dengan memberikan kemudahan-kemudahan
untuk mendapatkan modal usaha dalam bentuk kredit, sehingga diharapkan mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi.
Pemerintah berharap masyarakat golongan ini mampu meningkatkan taraf hidup
xx mereka sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatannya dan kesejahteraan
hidup yang lebih baik juga dapat mereka raih. Kecamatan Plupuh melaksanakan program ini di 16 desa. Dana yang
dikucurkan tersebut langsung dibagikan oleh UPK melalui TPK di desa masing- masing. Adapun realisasi penyaluran dana untuk kegiatan UPK sampai dengan
bulan Desember 2008 telah tersalurkan 81,25 ke TPK desa. Sisanya 18,75 diberikan ke TPK desa setelah perguliran. Perkembangan Simpan Pinjam
Perempuan SPP UPK di Kecamatan Plupuh sd Desember telah dialokasikan dan terealisasi sebesar Rp. 474.990.000,00. Penggunaan dana untuk Sarana dan
Prasarana sd Desember telah dialokasikan sebesar Rp. 1.148.612.700,00 dan baru terealisasi sebesar 1.143.346.950,00. Untuk Pendidikan sd Desember telah
dialokasikan dan terealisasi sebesar Rp. 86.433.000,00. Untuk Operasonal TPK sd Desember telah dialokasikan sebesar Rp. 53.963.550,00 dan dan baru
terealisasi sebesar Rp.53.933.550,00. Untuk Operasional UPK sd Desember telah dialokasikan sebesar Rp. 36.000.750,00 dan baru terealisasi sebesar Rp.
36.000.350,00 Sumber: Laporan Bulanan UPK bulan Desember 2008. Adanya bantuan kredit ini para pedagang golongan ekonomi lemah
sangat terbantu dalam mengembangkan dan meningkatkan usahanya. Atas dasar latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian
dengan judul:
“Implementasi Pemberian Kredit Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat PNPM Mandiri Perdesaan dalam Meningkatkan Pendapatan
Pedagang Golongan Ekonomi Lemah di Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen Tahun 2008“.
xxi
B. Perumusan Masalah