IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERDESAAN (PNPM MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI TAHUN 2009
commit to user
IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PERDESAAN
(PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH
DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2009
SKRIPSI
Oleh:
RINA ANJARWATI
X7406082
PENDIDIKAN TATA NIAGA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(2)
commit to user
ii
IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL
PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PERDESAAN
(PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
PEDAGANG GOLONGAN EKONOMI LEMAH
DI KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN NGAWI
TAHUN 2009
Oleh:
RINA ANJARWATI
X7406082
PENDIDIKAN TATA NIAGA
SKRIPSI
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana
Pendidikan Program Studi Pedidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Tata Niaga Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
(3)
commit to user
iii
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Persetujuan Pembimbing
Pembimbing I
Dra. Harini, M.Pd
NIP. 195805241983 032.001
Pembimbing II
Jonet Arianto,SE,MM
NIP. 19750728 2005 01.1002
(4)
commit to user
iv
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Hari
:
Tanggal
:
Tim Penguji Skripsi
Nama Terang
tanda tangan
Ketua
: Sudarno, S.Pd, M.Pd
Sekretaris
: Drs. Soemarsono, M.Pd
Anggota I
: Dra. Harini, M.Pd
Anggota II
: Jonet Ariyanto, SE, MM
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Dekan
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd.
NIP 196007271987 021.001
(5)
commit to user
v
Rina Anjarwati. IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM
NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT-MANDIRI PERDESAAN
(PNPM-MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG
GOLONGAN
EKONOMI
LEMAH
DI
KECAMATAN
BRINGIN
KABUPATEN NGAWI TAHUN 2009, Skripsi. Surakarta : Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta, Januari 2011.
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui (1) Prosedur pemberian
kredit PNPM-MP. (2) Kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah
dalam proses pemberian kredit PNPM-MP. (3) Kendala yang dihadapi Unit
Pengelola Kegiatan (UPK) dalam proses penarikan kredit PNPM-MP. (4) Upaya
yang dilakukan pedagang dan pengelola UPK dalam mengatasi kendala tersebut.
(5) Pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah setelah mendapat bantuan
kredit PNPM-MP.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan strategi
tunggal terpancang. Sumber data yang digunakan terdiri dari informan serta
dokumen. Teknik sampling yang dipergunakan adalah
purposive samplingdan
snowball sampling.
Dalam mengumpulkan data menggunakan wawancara dan
dokumentasi. Untuk keabsahan data teknik yang digunakan adalah triangulasi
sumber. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis model
interaktif.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa 1) Prosedur
pemberian kredit PNPM-MP meliputi pengajuan proposal dana pinjaman disertai
nama setiap anggota, jenis usaha mereka, besar jumlah dana yang dipinjam, dan
dilampiri foto copy KTP setiap anggota yang masih aktif. Sedangkan persyaratan
yang harus dipenuhi agar dapat meminjam dana yaitu setiap anggota mempunyai
kelompok dan mempunyai usaha yang produktif. Setelah itu Tim Verifikasi dari
kecamatan mengadakan studi kelayakan untuk menentukan layak atau tidaknya
pedagang mendapat bantuan kredit. Jika dikatakan layak maka dana yang diajukan
dapat cair dan pembayaran angsuran dilakukan setiap bulan sesuai dengan tanggal
kesepakatan. 2) Kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam
(6)
commit to user
vi
proses pelunasan kredit PNPM Mandiri Perdesaan adalah kesulitan mengangsur
pinjaman, hal ini disebabkan menurunnya usaha yang mereka jalankan 3) Kendala
yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam penarikan kredit PNPM
Mandiri Perdesaan sebenarnya tidak ada. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama
yang baik antara pihak UPK, tim pengelola kegiatan (TPK) serta para pedagang
golongan ekonomi lemah terjadi kendala apabila mengalami kredit macet. 4)
Upaya yang dilakukan pedagang untuk menghadapi kendala tersebut adalah
kelompok pengguna jauh-jauh hari sebelum tanggal pengembalian angsuran
berusaha mengumpulkan uang tersebut dari hasil keuntungan yang diperoleh
setiap berdagang. 5) Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa program ini telah
mampu memberikan sumbangan terhadap perbaikan ekonomi pedagang golongan
ekonomi lemah walaupun sepenuhnya belum mencapai target. Hal ini dapat
dilihat dengan adanya peningkatan jumlah dana yang dipinjam dan usaha mereka
bertambah besar.
(7)
commit to user
vii
Rina Anjarwati. IMPLEMENTATION OF LENDING
PROGRAM-INDEPENDENT NATIONAL RURAL COMMUNITY EMPOWERMENT
(PNPM-MP) INCREASE IN REVENUE TRADERS GROUP IN WEAK
ECONOMIC SUB Bringin NGAWI DISTRICT IN 2009, Thesis. Surakarta:
Faculty of Teacher Training and Education faculty of Surakarta 11 Maret, January
2011.
The purpose of this study was to determine (1) lending procedures
PNPM-MP. (2) obstacles faced by traders of the economically weak in the
lending process PNPM-MP. (3) Obstacles faced Activity Management Unit
(DMU) in the process of withdrawal of credits PNPM-MP. (4) The efforts of
merchants and UPK managers in overcoming these obstacles. (5) Revenue traders
economically weak after obtaining credit assistance PNPM-MP.
This study used a qualitative descriptive method with a single fixed
strategy. Source data used consisted of informants, research sites and documents.
The sampling technique used was
purposive sampling.In collecting data using
interviews, observation and documentation. For the validity of data triangulation
technique used was the source. The data analysis technique used is an interactive
model analysis techniques.
Based on the results of this study concluded that 1) The procedures for granting
credit PNPM-MP include the submission of a loan proposal along with the name
of each member, their businesses, a large amount of funds borrowed, and
enclosing a copy of ID card of each member who is still active. While the
requirements that must be met in order to borrow the funds which each member
has a group and have a productive business. After this verification team from the
district conducted a feasibility study to determine whether or not merchants get
credit assistance. If is feasible, the funds proposed to liquid and installment
payments made each month according to the date of the agreement. 2)
Constraints faced by traders of the economically weak in the process of loan
repayment PNPM Rural is the difficulty repay the loan, this is due to declining
(8)
commit to user
viii
business that they run 3) obstacle faced by the Activity Management Unit (DMU)
in PNPM Rural credit withdrawal does not exist. This was due to good
cooperation between the UPK, team management activities (TPK) and the
merchants of the economically weak constraints occur when having bad credit. 4)
The efforts of traders to deal with these constraints are groups of users well in
advance before the date of repayment installments are trying to collect money
from the profits obtained by each trade. 5) From the research results can be seen
that this program has been able to contribute towards economic recovery despite
weak economic traders fully achieve the target. It can be seen with an increase in
the amount of funds borrowed and grow their businesses.
(9)
commit to user
ix
HR Ahmad Bin Tabrani
Selamat datang kepada penuntut ilmu
Sesungguhnya penuntut ilmu dikitari malaikat dengan sayapnya
Kemudian sebagian mereka menaiki yang lainnya
Hingga mencapai langit dunia
Karena kecintaan mereka kepada apa yang ia tahu
Ahmad Bin Ismail
Buku adalah teman yang tidak mendahuluimu. Teman yang tidak memanggilmu
ketika kamu bekerja. Teman bicara yang tidak memaksamu berdandan ketika
menghadapinya. Teman hidup yang tidak menyanjungmu. Kawan yang tidak
membosankan. Penasehat yang tidak mencari-cari kesalahan.
Q.S. Al Insyiroh : 6-7
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila kamu telah
selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang
(10)
commit to user
x
PERSEMBAHAN
Kusuntingkan skripsi ini untuk:
-
Almarhum ayah dan ibuku atas do’a, kasih sayang dan perjuangannya
demi masa depanku.
-
Saudara sekandungku Kiki Trismawati yang selalu mewarnai hidupku
-
Sahabat-sahabatku yang selalu memberikan motivasi, semangat dan
menginspirasiku menyusun skripsi ini ( Niken, Nining, Mbak Yati, Mbak
Nana’, Fahim, Rika, Hani’, Ellin, Yuana, dll )
-
Teman-teman PTN angkatan’06 yang telah memberikan semangat dan
saran dalam menyusun skripsi ini
(11)
commit to user
xi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulisan skripsi ini
dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis untuk memenuhi persyaratan dalam
mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah banyak menerima bimbingan,
saran-saran yang bermanfaat dari berbagai pihak, yang semuanya dapat
memberikan kemudahan dan menunjang dalam menyelesaikan penulisan skripsi
ini. Oleh karena itu pada kesempatan ini mengucapkan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1.
Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menyetujui
permohonan skripsi;
2.
Drs. Saiful Bachri, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan
Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
3.
Drs. Sutaryadi, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Ekonomi Jurusan P.IPS
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
yang telah memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
4.
Dra. Harini, M.Pd., pembimbing I dan Jonet Aryanto N, S.E, M.M., selaku
Pembimbing II yang memberikan banyak arahan dan bimbingan serta
petunjuk yang berharga kepada penulis dalam menyusun skripsi;
5.
Prof. Dr. Soetarno, M.Pd., Pembimbing Akademik, yang telah memberikan
arahan dan bimbingan selama menjadi mahasiswa di Pendidikan Tata Niaga
FKIP UNS;
6.
Sudarno, S.Pd, M.Pd., Ketua BKK Pendidikan Tata Niaga Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah
memberikan ijin untuk menyusun skripsi;
7.
Bapak/Ibu dosen Khususnya BKK Pendidikan Tata Niaga yang telah
memberi banyak ilmu kepada penulis selama dibangku kuliah;
(12)
commit to user
xii
8.
Teman-teman seperjuangan PTN 2006, yang memberikan dukungan kepada
penulis;
9.
Seluruh informan yang telah memberikan informasi-informasi yang sangat
berguna dalam penulisan skripsi ini;
10.
Ali Mustofa, S.Kom, selaku ketua UPK Kecamatan Bringin beserta stafnya
yang telah berkenan memberikan ijin penelitian;
11.
Tim pengelola UPK bapak Arif dan bapak Didik yang telah banyak
membantu penulis dalam mengumpulkan data dan memberi informasi
sebanyak mungkin mengenai kredit PNPM-MP;
12.
Berbagai pihak yang tidak mungkin disebutkan satu-persatu.
Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah
wawasan bagi para pembaca.
Surakarta, Januari 2011
(13)
commit to user
xiii
JUDUL ...
i
PENGAJUAN SKRIPSI ...
ii
PERSETUJUAN ...
iii
PENGESAHAN ...
iv
ABSTRAK ...
v
MOTTO ...
ix
PERSEMBAHAN ...
x
KATA PENGANTAR ...
xi
DAFTAR ISI ... xiii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang Masalah ... 1
B.
Perumusan Masalah ... 4
C.
Tujuan Penelitian ... 5
D.
Manfaat Penelitian ... 5
BAB II LANDASAN TEORI ... 7
A. Tinjauan Pustaka ... 7
1. Tinjauan tentang Kredit ... 7
2. Tinjauan tentang PNPM-MP ... 16
3. Tinjauan tentang Pedagang ... 33
4. Tinjauan tentang Pendapatan ... 35
5. Hasil Penelitian yang Relevan ... 37
B. Kerangka Berpikir ... 38
BAB III METODE PENELITIAN ... 42
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 42
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ... 42
(14)
commit to user
xiv
D. Teknik Sampling (Cuplikan) ... 46
E. Teknik Pengumpulan Data ... 47
F. Validitas Data ... 50
G. Analisis Data ... 51
H. Prosedur Penelitian ... 53
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 56
A.
Deskripsi Lokasi Penelitian ... 56
B.
Deskripsi Permasalahan Penelitian ... 60
C.
Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Teori ... 72
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 77
A.
Simpulan ... 77
B.
Implikasi ... 80
C.
Saran ... 81
DAFTAR PUSTAKA ...
83
(15)
commit to user
xv
Tabel
1. Mata Pencaharian Penduduk Kecamatan Bringin ………...……….... 57
2. Sarana Perekonomian di Kecamatan Bringin ………... 58
3. Jumlah Kelompok Penerima Bantuan Kredit untuk SPP …………...……... 59
4. Peningkatan Modal Pedagang Setelah Menerima Kredit ……… 70
5. Peningkatan Pendapatan Pedagang Setelah Menerima Kredit ……... 72
(16)
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1. Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK ………... 22
2. Struktur Organisasi PNPM Mandiri ……… ………... 32
3. Struktur Kelembagaan Tingkat Kecamatan………... 33
4. Kerangka Berfikir ………... 41
5. Model Analisis Interaktif ………... 54
(17)
commit to user
xvii
Lampiran
1. Jadual Penelitian ………... 87
2. Daftar Pedoman Wawancara ……… 88
3. Daftar Informan ……… 90
4. Daftar Field note ………... 93
5. Validitas Data ………... 132
6. Contoh Proposal pengajuan dana dan Berita Acara ………. 146
7 Permohonan Ijin Penelitian ……….. 173
(18)
commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perekonomian merupakan sektor yang sangat penting dan menjadi salah satu fokus pemerintah dalam membuat berbagai kebijakan untuk mencapai kesejahteraan. Sedemikian pentingnya sektor perekonomian ini sehingga dalam pembuatan kebijakan harus mempertimbangkan segala aspek yang mungkin dapat mempengaruhinya, baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Salah satu masalah yang mendapat perhatian serius dari pemerintah dewasa ini adalah kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan di Indonesia dapat dilihat dari tiga pendekatan yaitu kemiskinan alamiah, kemiskinan struktural, dan kesenjangan antar wilayah. Sedangkan persoalan pengangguran lebih dipicu oleh rendahnya kesempatan dan peluang kerja bagi angkatan kerja di perdesaan. Upaya untuk menanggulanginya harus menggunakan pendekatan multi disiplin yang berdimensi pemberdayaan.
Pembangunan perdesaan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan nasional yaitu upaya untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur baik material maupun spiritual yang mencakup seluruh strata masyarakat perdesaan. Penduduk di daerah perdesaan mempunyai mata pencaharian sebagai petani pada umumnya. Petani mempunyai sikap hidup dan ciri khas, sitem kerja tetap dan terus menerus merupakan kegiatan rutinitas petani.
Masyarakat perdesaan sebagai komunitas kehidupan warga tergantung dan dipengaruhi sektor pertanian. Pola kehidupan masyarakat masih sederhana dengan karakteristik kehidupan homogen serta budaya dan tradisinya mengacu pada orientasi masa lalu. Masyarakat perdesaan yang terdapat di berbagai wilayah Indonesia terutama pada waktu dulu pola agraris tradisional mendominasi aspek kehidupan masyarakat. Pertanian merupakan suatu mata pencaharian di masyarakat perdesaan. Pendapatan dari sektor pertanian rendah dan jumlahnya tidak memadai untuk mencukupi kebutuhan hidup. Pola penerimaan dan pengeluaran masyarakat perdesaan yang bersifat musiman dan sangat tergantung
(19)
commit to user
pada alam menyebabkan mereka mencari biaya diluar sektor pertanian. Berbeda dengan dulu, sekarang ini pertanian di Indonesia semakin menurun. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh para petani lebih banyak terbukti dengan harga pupuk yang semakin mahal dan pengairan yang sulit, sehingga tidak sebanding dengan hasil yang mereka peroleh. Harga hasil pertanian semakin tidak menentu sehingga berdampak bagi perekonomian para petani Indonesia.
Sekarang ini banyak petani yang tidak hanya bekerja di sawah saja, mereka berusaha untuk mendapatkan uang tambahan, salah satunya dengan berdagang. Di daerah perdesaan kebanyakan yang membuka usaha berdagang adalah para ibu rumah tangga. Berbagai macam jenis yang mereka jual, ada yang berjualan sayur-mayur keliling desa, makanan kecil, toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, bahkan ada yang menjual palawija di pasar.
Modal merupakan unsur yang sangat penting bagi masyarakat dalam melakukan suatu usaha untuk berdagang, tetapi pada umumnya pada masyarakat perdesaan mempunyai kesulitan dalam kelemahan modal. Adanya kekurangan modal ini membuat ruang gerak aktivitas masyarakat perdesaan khususnya para pedagang golongan ekonomi lemah menjadi terbatas. Padahal modal merupakan unsur yang essensial dalam mendukung peningkatan taraf hidup yang lebih baik.
Kebutuhan kredit modal bagi para petani perdesaan yang berdagang sebagian besar termasuk masyarakat golongan lemah sangat penting untuk membuka usaha. Namun para pedagang golongan ekonomi lemah ini sulit untuk memperoleh kredit terutama ketika mengajukan permohonan kredit di bank yang berskala besar dan umum. Bank yang berskala besar dan umum mempunyai prosedur perkreditan yang rumit yang mengharuskan debitur untuk memberikan jaminan. Padahal para pedagang golongan ekonomi lemah pada umumnya tidak memiliki barang yang cukup berharga yang dapat dijadikan jaminan kredit. Ada juga pihak yang dapat memberikan kredit kepada mereka yaitu renternir. Renternir memberikan kredit tanpa jaminan dan prosesnya cepat. Setiap hari para pedagang tersebut bisa mengangsur semampu mereka tanpa harus dibatasi berapa jumlah yang harus mereka angsur. Namun tanpa mereka sadari justru
(20)
commit to user
3 pengembalian beserta bunganya sangat tinggi. Untuk itu pemerintah harus campur tangan membantu mereka dalam memecahkan masalah tersebut.
Sesuai dengan Surat Menteri Dalam Negeri N0. 414.2/842/PMD tahun 2002 perihal program pemberdayaan masyarakat dengan transparasi dan akuntabilitas publik, Pemerintah membentuk Program Pengembangan Kecamatan yang berupaya menanggulangi kemiskinan. Fase pertama PPK (PPK I) dimulai pada 1998/1999 sampai 2002, fase kedua (PPK II) dimulai pada tahun 2003 dan berlangsung hingga 2006, sedangkan fase ketiga (PPK III) telah dimulai pada awal tahun 2006.
Mulai tahun 2007 Pemerintah Indonesia mencanangkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri yang terdiri dari PNPM Mandiri Perdesaan, PNPM Mandiri Perkotaan, serta PNPM Mandiri wilayah khusus dan desa tertinggal. PNPM Mandiri Perdesaan merupakan salah satu program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di wilayah perdesaan. Pendekatan PNPM Mandiri Perdesaan merupakan pengembangan dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK), yang selama ini dinilai berhasil.
Adanya PNPM Mandiri Perdesaan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pedagang yang kesulitan modal. PNPM Mandiri Perdesaan memberikan bantuan kredit dengan prosedur yang mudah sehingga diharapkan mereka dapat memperluas dan meningkatkan usahanya agar memperoleh peningkatan pendapatan. Tujuan dari PNPM Mandiri Perdesaan adalah meningkatkan kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
Keberadaan PNPM Mandiri Perdesaan di lingkup Kecamatan khususnya di Kecamatan Bringin diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pedagang golongan ekonomi lemah dalam usahanya mengatasi kesulitan permodalan dan upaya meningkatkan pendapatan dengan memberikan kemudahan-kemudahan untuk mendapatkan modal usaha dalam bentuk kredit, sehingga diharapkan
(21)
commit to user
mereka dapat melepaskan diri dari kemiskinan dan kesenjangan sosial ekonomi. Pemerintah berharap dengan adanya PNPM Mandiri Perdesaan ini masyarakat pedagang golongan ekonomi lemah mampu meningkatkan taraf hidup mereka, sehingga mereka dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan hidup yang lebih baik.
Penelitian yang relevan dan selaras dengan judul penelitian ini dijumpai dalam penelitian Shofia Arini tahun 2008 tentang Implementasi Pemberian Kredit Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dalam Meningkatkan Pendapatan Pedagang Golongan Ekonomi Lemah di Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo. Hasil penelitiannya dalam prosedur pemberian kredit sebagian besar masyarakat perdesaan sudah memenuhi persyaratan yang telah ditetapkan, jika ada yang belum memenuhi persyaratan itu dikarenakan belum mengumpulkan KTP. Kredit PPK tersebut digunakan oleh pedagang untuk menambah modal usaha mereka, sehingga setelah mendapat bantuan kredit PPK ini banyak pendapatan pedagang yang meningkat serta jumlah barang dagangan bertambah. Persentase peningkatan pendapatan mulai dari 25%-100%. Hambatan yang dihadapi pedagang dalam proses pemberian kredit PPK yaitu dalam proposal misalnya ada KTP yang sudah tidak berlaku dicantumkan dalam proposal dan setelah diadakan verifikasi ke lapangan besarnya kredit yang diajukan dalam surat perjanjian tidak sesuai dengan usaha yang dijalankan pedagang, sehingga ada perbaikan proposal. Selain itu ada juga pedagang yang merasa kecewa karena jumlah kredit yang cair tidak sesuai dengan jumlah pengajuan kredit. Upaya yang dilakukan UPK untuk mengatasi masalah tersebut yaitu pihak UPK berjanji jika nanti dalam pelunasan tidak ada yang terlambat maka untuk pengajuan kredit berikutnya akan sesuai dengan permohonan kredit. Dari hasil penelitian ini maka penulis tertarik mengadakan penelitian di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi yang sudah melaksanakan program PNPM-MP di 10 Kelurahan.
Dengan melihat latar belakang yang ada serta penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, maka penulis tertarik mengadakan penelitian dengan judul
”IMPLEMENTASI PEMBERIAN KREDIT PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT – MANDIRI PERDESAAN
(22)
(PNPM-commit to user
5
MP) DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN PEDAGANG
GOLONGAN EKONOMI LEMAH DI KECAMATAN BRINGIN
KABUPATEN NGAWI TAHUN 2009 ”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, maka perumusan masalah penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana prosedur pemberian kredit PNPM-MP dalam meningkatkan
pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi tahun 2009 ?
2. Apakah kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam proses pemberian kredit PNPM-MP ?
3. Apakah kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam proses penarikan kredit PNPM-MP ?
4. Bagaimana upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala yang dihadapi
oleh pedagang dan pengelola UPK?
5. Bagaimana pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah setelah mendapat
bantuan kredit PNPM-MP ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui prosedur pemberian kredit PNPM-MP dalam
meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin Kabupaten Ngawi.
2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam proses pemberian kredit PNPM-MP.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam proses penarikan kredit PNPM-MP.
4. Untuk mengetahui upaya yang dilakukan untuk menghadapi kendala yang dihadapi oleh pedagang dan pengelola UPK.
(23)
commit to user
5. Untuk mengetahui bagaimana pendapatan pedagang golongan ekonomi
lemah setelah mendapat bantuan kredit PNPM-MP.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dikaitkan dengan hal-hal yang bersifat teoritis yaitu untuk mengembangkan ilmu yang terdapat dalam bentuk manfaat praktis yang dalam bentuk manfaat praktis menyangkut pemecahan masalah-masalah yang aktual. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat mempunyai manfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai sarana untuk memperdalam mata kuliah manajemen perbankan.
b. Memperkaya khasanah penelitian dan memberikan sumbangan bagi ilmu pengetahuan khususnya tentang perkreditan.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini sebagai studi untuk mengkaji dan merealisasikan teori yang telah diperoleh selama ini dengan fakta yang terjadi di masyarakat.
b. Bagi Pengelola UPK
Memberi informasi kepada pengelola PNPM-MP mengenai kondisi pedagang golongan ekonomi lemah setelah mendapat bantuan kredit.
c. Bagi Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
Dapat memberi masukan bagi para pedagang golongan ekonomi lemah akan pentingnya memanfaatkan kredit PNPM-MP dalam rangka meningkatkan pendapatan yang akan berdampak pada kondisi kesejahteraan mereka.
(24)
commit to user
7
BAB II LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
Agar penelitian dapat berjalan dengan baik, maka diperlukan landasan teori bagi jalannya penelitian. Teori digunakan sebagai dasar pijakan dalam penelitian sehingga tidak melenceng dari rumusan masalah atau tujuan penelitian.
1. Tinjauan tentang Kredit
a. Pengertian Kredit
Istilah kredit sudah tidak asing lagi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, karena banyak orang melakukan transaksi jual beli melalui kredit selain tunai. Kata Credit berasal dari perkataan lain credo, yang berarti I Belive, I Trust, saya percaya atau saya memenuhi kepercayaan. Perkataan credo berasal dari kombinasi perkataan sansekerta cred yang berarti kepercayaan (trust) dan perkataan latin do, yang berarti saya menaruh. Sesudah kombinasi tersebut menjadi bahasa latin, kata kerjanya dan kata bendanya masing-masing menjadi credere dan creditum yang berarti kepercayaan akan kebenaran. Maka terkandung pengertian bahwa lembaga keuangan pemberi kredit selaku kreditur percaya meminjamkan sejumlah uang kepada nasabah selaku debitur, karena debitur dapat dipercaya kemampuannya untuk membayar lunas pinjamannya setelah jangka waktu yang telah ditentukan.
Menurut Raymond P. Kent, yang dikutip oleh Thomas Suyatno, H.A Chalik, Made Sukada, C. Tinon Yuniarti Ananda, Djuhaepah T. Marala (2003:12) mengatakan bahwa “kredit adalah hak untuk menerima pembayaran atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu diminta, atau pada waktu yang akan datang, karena penyerahan barang-barang sekarang”. Lebih lanjut dalam UU No 10 tahun 1998 tentang perbankan, yang dikutip Kasmir (2002: 73) mengartikan bahwa “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan kredit itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.
(25)
commit to user
Definisi lain tentang kredit menurut Veithzal Rifai & Adrian Permata (2006: 4) mengatakan bahwa “Kredit adalah penyerahan barang, jasa atau uang dari satu pihak (kreditur/atau pemberi pinjaman) atas dasar kepercayaan kepada pihak lain (nasabah atau pengutang/borrower) dengan janji membayar dari penerima kredit kepada pemberi kredit pada tanggal yang telah disepakati kedua belah pihak”.
Secara umum kredit adalah pinjaman yang diberikan kreditur kepada debitur untuk meningkatkan usahanya, untuk mencapai keuntungan yang dicita-citakan. Dalam prakteknya pemberian kredit adalah pemberian pinjaman oleh kreditur kepada debitur untuk membiayai kegiatan usahanya, dalam jumlah tertentu, dalam jangka waktu yang telah disepakati bersama, dengan ketentuan-ketentuan yang disetujui bersama yang dituangkan dalam suatu perjanjian kredit yang berisi antara lain kesediaan debitur untuk membayar kembali termasuk beban bunga yang harus dibayar.
b. Unsur-unsur Kredit
Kredit diberikan atas dasar kepercayaan, dengan demikian pemberian kredit adalah pemberian kepercayaan. Ini berarti bahwa prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan oleh penerima kredit sesuai dengan waktu dan syarat-syarat yang telah disepakati bersama. Secara garis besar unsur-unsur kredit menurut Thomas Suyatno, et al (2003: 14) adalah sebagai berikut : 1) Kepercayaan
Suatu keyakinan dari si pemberi kredit bahwa prestasi yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa, akan benar-benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan datang.
2) Waktu
Suatu masa yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima pada masa akan datang.
(26)
commit to user
9
3) Degree of risk (tingkat risiko)
Suatu tingkat risiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan kontraprestasi yang akan diterima kemudian hari.
4) Prestasi
Yang diberikan adalah suatu prestasi yang dapat berupa barang, jasa atau uang. Dalam perkembangan perkreditan dalam modern ini maka yang dimaksudkan prestasi dalam pemberian kredit adalah uang.
Unsur-unsur kredit yang terdiri dari kepercayaan, waktu, degree of risk (tingkat risiko), dan prestasi harus benar-benar dipahami oleh pihak pemberi kredit dan peminjam kredit. Hal ini sangat penting karena dapat mempengaruhi adanya kesepakatan terjadinya perjanjian kredit diantara dua belah pihak.
c. Tujuan dan Fungsi Kredit
Tujuan kredit didasarkan kepada usaha untuk memperoleh keuntungan sesuai dengan prinsip ekonomi yang berarti pengorbanan yang sekecil-kecilnya untuk memperoleh manfaat (keuntungan) yang sebesar-besarnya. Lembaga pemberi kredit dalam hal ini akan memberikan kredit jika ia benar-benar merasa yakin bahwa nasabah yang akan menerima itu mampu dan mau mengembalikan kredit yang telah diterimanya. Sehingga dapat disimpulkan unsur keamanan (safety) dan sekaligus unsur keuntungan (profitability) dari suatu unsur kredit yang saling berkaitan.
Pemberian suatu fasilitas kredit mempunyai beberapa tujuan yang hendak dicapai yang tentunya tergantung dari tujuan bank itu sendiri. Dalam praktiknya tujuan pemberian kredit seperti yang diungkapkan oleh Kasmir (2002:105) adalah sebagai berikut :
1) Mencari keuntungan
Hasil keuntungan ini diperoleh dalam bentuk bunga yang diterima oleh kreditur sebagai balas jasa dan biaya administrasi kredit yang dibebankan oleh nasabah.
(27)
commit to user
2) Membantu usaha nasabah
Bantuan ini berupa dana, baik dana untuk investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka pihak debitur akan dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3) Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan, maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya kucuran dana dalam rangka peningkatan pembangunan di berbagai sektor, terutama sektor riil.
Fungsi kredit dalam kehidupan perekonomian dan perdagangan seperti yang diungkapkan Thomas Suyatno et al (2003: 16) yaitu :
1) Kredit pada hakikatnya dapat meningkatkan daya guna uang
Dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pertama, para pemilik uang/modal dapat secara langsung meminjamkan uangnya kepada para pengusaha yang memerlukan. Kedua, dengan cara dapat menyimpan uangnya pada lembaga-lembaga keuangan. Oleh bank uang tesebut dapat disalurkan kembali ke masyarakat dalam bentuk kredit untuk usaha sehingga uang tersebut lebih bermanfaat.
2) Kredit dapat meningkatkan peredaran dan lalu-lintas uang
Kredit uang yang disalurkan melalui rekening giro dapat menciptakan pembayaran baru seperti cek, giro bilyet, dan wesel, sehingga dengan pembayaran tersebut maka akan dapat meningkatkan peredaran uang giral. Disamping itu, kredit yang ditarik secara tunai dapat pula meningkatkan peredaran uang kartal, sehingga arus lalu lintas uang akan berkembang pula. 3) Kredit dapat pula meningkatkan daya guna dan peredaran uang
Dengan mendapat kredit, para pengusaha dapat memproses bahan baku menjadi barang jadi, sehingga daya guna barang tersebut menjadi meningkat. 4) Kredit sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
Dalam keadaan ekonomi yang kurang sehat, kebijakan diarahkan kepada usaha-usaha antara lain : pengendalian inflasi, peningkatan ekspor, dan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat.
(28)
commit to user
11 5) Kredit dapat meningkatkan kegairahan berusaha
Bantuan kredit yang diberikan oleh bank akan dapat mengatasi kekurangmampuan para pengusaha di bidang permodalan tersebut, sehingga para pengusaha akan dapat meningkatkan usahanya.
6) Kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan
Dengan bantuan kredit dari bank, para pengusaha dapat memperluas usahanya dan mendirikan proyek-proyek baru. Peningkatan usaha dan pendirian proyek baru akan membutuhkan tenaga kerja untuk melaksanakan proyek-proyek tersebut. Dengan demikian terserapnya tenaga kerja tersebut maka akan terjadi pula pemerataan pendapatan.
7) Kredit sebagai alat untuk meningkatkan hubungan internasional.
Bank-bank besar di luar negeri yang mempunyai jaringan usaha, dapat memberikan bantuan dalam bentuk kredit kepada perusahaan-perusahaan di dalam negeri. Bantuan dalam bentuk kredit ini tidak saja dapat mempererat hubungan ekonomi antar negara yang besangkutan tetapi juga dapat meningkatkan hubungan internasional.
Pada umumnya tujuan kredit adalah mencari keuntungan. Keuntungan dalam pemberian kredit dapat dirasakan oleh beberapa pihak, yaitu lembaga pemberi kredit, nasabah dan pemerintah. Begitu juga dengan fungsi kredit yang manfaatnya dapat dirasakan oleh ketiga pihak tersebut.
d. Jenis-jenis Kredit
Beragam jenis usaha, menyebabkan beragam pula kebutuhan akan dana. Kebutuhan dana yang beragam menyebabkan jenis kredit juga menjadi beragam. Jenis-jenis kredit yang diberikan oleh perbankan kepada masyarakat dapat dilihat dari berbagai sudut, seperti yang diungkapkan oleh Thomas Suyatno et al (2003) adalah sebagai berikut :
1) Kredit dilihat dari sudut tujuannya
a) Kredit konsumtif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses konsumtif.
(29)
commit to user
b) Kredit produktif, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk memperlancar jalannya proses produksi.
c) Kredit perdagangan, yaitu kredit yang diberikan dengan tujuan untuk membeli barang-barang untuk dijual lagi.
2) Kredit dilihat dari sudut jangka waktunya
a) Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu maksimum 1 tahun. Dalam kredit jangka pendek juga termasuk kredit untuk tanaman musiman yang berjangka waktu lebih dari satu tahun.
b) Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun, kecuali kredit untuk tanaman musiman sebagaimana tersebut diatas.
c) Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang berjangka waktu lebih dari 3 tahun.
3) Kredit dilihat dari sudut jaminannya
a) Kredit tanpa jaminan, yaitu kredit yang diberikan karena keyakinan bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
b) Kredit dengan agunan, yaitu kredit yang diberikan oleh bank kepada debitur dengan agunan bak barang tetap maupun barang tidak tetap. 4) Kredit dilihat dari sudut penggunaannya
a) Kredit Eksploitasi, yaitu kredit berjangka waktu pendek yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan modal kerja perusahaan sehingga dapat berjalan dengan lancar.
b) Kredit Investasi, yaitu kredit jangka menengah atau jangka panjang yang diberikan oleh suatu bank kepada perusahaan untuk melakukan investasi atau penanaman modal.
Peminjam dana kredit mempunyai usaha yang berbeda-beda, sehingga dalam mengajukan permohonan kredit harus disesuaikan dengan jenis kreditnya. Jenis kredit tergantung dari kemampuan dari pihak peminjam kredit sesuai dengan usaha mereka.
(30)
commit to user
13 e. Prinsip-prinsip Pemberian Kredit
Pada dasarnya pihak kreditur khususnya lembaga pemberi kredit pelu keyakinan akan kemampuan debitur untuk mengembalikan pinjaman serta bunga sesuai waktu yang telah disepakati. Oleh karena itu untuk memperkecil resiko
dalam memberikan kredit pihak pemberi uang (kreditur) harus
mempertimbangkan beberapa hal yang terkait dengan itikad baik dan kemampuan membayar seorang debitur untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Maka biasanya kriteria penilaian yang umum dan harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar layak untuk diberikan, dilakukan dengan analisis 6C menurut Veithzal Rifai & Adrian Permata (2006) adalah sebagai berikut :
1) Character
Character adalah keadaan watak/sifat dari nasabah, baik dalam kehidupan pribadi maupun dalam lingkungan usaha. Penilaian watak sangat berguna untuk mengetahui sampai sejauh mana iktikad/kemauan nasabah untuk memenuhi kewajibannya sesuai dengan perjanjian yang telah ditetapkan. 2) Capital
Capital adalah jumlah dana /modal sendiri yang dimiliki oleh calon nasabah. Penilaian atas besarnya modal sendiri merupakan hal yang penting mengingat kredit bank hanya sebagai tambahan pembiayaan dan bukan untuk membiayai seluruh modal yang diperlukan.
3) Capacity
Capacity adalah kemampuan yang dimiliki calon nasabah dalam menjalankan usahanya guna memperoleh laba yang diharapkan. Penilaian ini bermanfaat untuk mengetahui/mengukur sampai sejauh mana calon nasabah mampu untuk mengembalikan hutangnya secara tepat waktu.
4) Collateral
Collateral adalah barang-barang yang diserahkan nasabah sebagai agunan terhadap kredit yang diterimanya. Hal ini diperlukan untuk mengetahui sejauh mana risiko kewajiban finansial nasabah kepada bank.
(31)
commit to user
5) Condition of Economy
Condition of Economy adalah situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi, budaya yang mempengaruhi keadaan perekonomian pada suatu saat yang kemungkinannya mempengaruhi kelancaran perusahaan calon debitur.
6) Constraint
Constraint adalah batasan dan hambatan yang tidak memungkinkan suatu bisnis untuk dilaksanakan pada tempat tertentu.
Prisip-prinsip kredit yang terdiri dari character, capital, capacity, collateral, condition of economy, dan constraint, semuanya harus dipenuhi oleh nasabah. Karena jika salah satu unsur tersebut tidak dapat dipenuhi oleh nasabah maka lembaga pemberi kredit tidak akan memberikan dana pinjaman kredit kepada nasabah.
f. Prosedur Umum Kredit
Untuk memperoleh kredit, seorang nasabah (debitur) harus melalui prosedur pemberian kredit, begitu juga bagi kreditur harus melalui prosedur-prosedur tertentu untuk dapat memberikan kredit. Menurut Thomas Suyatno et al (2003) menyatakan bahwa prosedur pemberian kredit meliputi tahap-tahap sebagai berikut :
1) Permohonan Kredit
Permohonan kredit meliputi :
1) Permohonan baru untuk mendapat suatu jenis fasilitas kredit. 2) Permohonan tambahan suatu kredit yang sedang berjalan.
3) Permohonan perpanjangan/pembaruan masa laku kredit yang telah berakhir jangka waktunya.
4) Permohonan-permohonan lainnya untuk perubahan syarat-syarat fasilitas kredit yang sedang berjalan, antara lain penukaran jaminan, perubahan/pengunduran jadwal angsuran dan lain sebagainya.
2) Penyidikan dan Analisis Kredit
Penyidikan dapat dilakukan dengan melakukan wawancara dengan pemohon kredit atau debitur, kemudian mengumpulkan data yang berhubungan dengan
(32)
commit to user
15 permohonan kredit yang diajukan nasabah, baik data intern maupun data ekstern. Penyidik juga harus memeriksa kebenaran dan kewajiban mengenai hal-hal yang dikemukakan debitur dan informasi lainnya. Setelah selesai malakukan penyidikan, penyidik harus membuat laporan hasil penyidikan. 3) Keputusan atas Permohonan Kredit
Setiap tindakan pejabat yang berdasarkan wewenangnya berhak mengambil keputusan berupa menolak, menyetujui dan atau mengusulkan permohonan fasilitas kredit kepada pejabat yang lebih tinggi. Setiap keputusan permohonan kredit, harus memperhatikan penilaian syarat-syarat umum yang pada dasarnya tercantum dalam laporan pemeriksaan kredit dan analisis kredit. Bahan pertimbangan atau informasi-informasi lainnya yang diperoleh pejabat pengambil keputusan, harus dibutuhkan secara tertulis.
4) Penolakan Permohonan Kredit
Dalam pengajuan sebuah permohonan kredit oleh calon nasabah kepada lembaga pemberi kredit, ada kemungkinan ditolak. Penolakan permohonan kredit dilakukan oleh bagian kredit dengan pertimbangan-pertimbangan yang matang. Penolakan permohonan kredit dapat dilakukan apabila permohonan kredit dianggap tidak memenuhi syarat. Surat penolakan harus disampaikan secara tertulis kepada pemohon kredit dan harus disertai dengan alasan serta dibuat minimal tiga rangkap.
5) Persetujuan Permohonan Kredit
Apabila pemohon kredit telah mampu memenuhi persyaratan yang telah diajukan oleh kreditur, maka debitur dapat memberikan persetujuan permohonan kredit.
6) Pencairan Fasilitas Kredit
Pencairan fasilitas kredit adalah setiap transaksi dengan menggunakan kredit yang telah disetujui oleh lembaga pemberi kredit. Dalam prakteknya, pencairan kredit ini berupa pembayaran dan atau pemindahbukuan atas beban rekening pinjaman atau fasilitas lainnya. Dalam melakukan pencairan kredit oleh nasabah, kreditur hanya akan menyetujui pencairan kredit apabila syarat-syarat yang harus dipenuhi nasabah telah dilaksanakan.
(33)
commit to user
7) Pelunasan Fasilitas Kredit
Pelunasan kredit adalah dipenuhinya semua kewajiban utang nasabah terhadap lembaga pemberi kredit yang berakibat hapusnya ikatan perjanjian kredit.
Proses pemberian kredit harus melalui tahap demi tahap dalam prosedur pemberian kredit yang dilakukan oleh pihak kreditur. Jika pada salah satu tahap tersebut nasabah dianggap tidak memenuhi syarat dalam meminjam kredit, maka nasabah dinyatakan tidak layak untuk memperoleh dana pinjaman kredit.
2.Tinjauan tentang Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)Mandiri Perdesaan
a. Pengertian PNPM Mandiri Perdesaan
PNPM Mandiri adalah program nasional dalam wujud kerangka
kebijakan sebagai dasar dan acuan pelaksanaan program-program
penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat. Program penanggulangan kemiskinan yang berbasis pemberdayaan masyarakat terdiri dari empat program pemberdayaan masyarakat yang berbasis kewilayahan, yaitu Program Pengembangan Kecamatan (PPK) yang sekarang menjadi PNPM Mandiri Perdesaan, Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP), Pengembangan Infrastruktur Sosial dan Ekonomi Wilayah (PISEW), dan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Khusus (P2DTK).
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) merupakan salah satu mekanisme program pemberdayaan masyarakat yang digunakan PNPM Mandiri dalam upaya mempercepat penanggulangan kemiskinan secara terpadu dan berkelanjutan di wilayah perdesaan. Program ini dilakukan untuk lebih mendorong upaya peningkatan kualitas hidup, kesejahteraan dan kemandirian masyarakat di perdesaan. PNPM Mandiri Perdesaan ini menjadi bagian tak terpisahkan dari PNPM Mandiri dan telah dilakukan sejak tahun 1998 melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan berada di bawah pembinaan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD), Departemen Dalam
(34)
commit to user
17 Negeri. Program ini didukung dengan pembiayaan yang berasal dari alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), dana hibah dari sejumlah lembaga pemberi bantuan, serta swadaya masyarakat.
b. Visi dan Misi PNPM Mandiri Perdesaan
Adapun visi dan misi PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP, 2008: 1) adalah sebagai berikut :
1) Visi PNPM Mandiri Perdesaan adalah tercapainya kesejahteraan dan kemandirian masyarakat miskin perdesaan. Kesejahteraan berarti terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat. Kemandirian berarti mampu mengorganisir diri untuk memobilisasi sumber daya yang ada di lingkungannya, mampu mengakses sumber daya di luar lingkungannya, serta mengelola sumber daya tersebut untuk mengatasi masalah kemiskinan.
2) Misi PNPM Mandiri Perdesaan adalah peningkatan kapasitas masyarakat dan lembaganya, pelembagaan sistem pembangunan partisipatif, pengefektifan fungsi dan peran pemerintah lokal, peningkatan kualitas dan kuantitas prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi masyarakat dan pengembangan jaringan kemitraan dalam pembangunan.
Berdasarkan visi, misi dan strategi yang dikembangkan, maka PNPM Mandiri Perdesaan lebih menekankan pentingnya pemberdayaan sebagai pendekatan yang dipilih. Melalui PNPM Mandiri Perdesaan diharapkan masyarakat dapat menuntaskan tahapan pemberdayaan yaitu tercapainya kemandirian dan berkelanjutan, setelah tahapan pembelajaran dilakukan melalui Program Pengembangan Kecamatan (PPK).
c. Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan
Tujuan PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP, 2008: 1-2) adalah sebagai berikut :
(35)
commit to user
1) Tujuan Umum
Meningkatnya kesejahteraan dan kesempatan kerja masyarakat miskin di perdesaan dengan mendorong kemandirian dalam pengambilan keputusan dan pengelolaan pembangunan.
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan partisipasi seluruh masyarakat, khususnya masyarakat miskin dan atau kelompok perempuan, dalam pengambilan keputusan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan pelestarian pembangunan.
b) Melembagakan pengelolaan pembangunan partisipatif dengan
mendayagunakan sumber daya lokal.
c) Mengembangkan kapasitas pemerintah desa dalam memfasilitasi pengelolaan pembangunan partisipatif.
d) Menyediakan prasarana sarana sosial dasar dan ekonomi yang diprioritaskan oleh masyarakat.
e) Melembagakan pengelolaan dana bergulir.
f) Mendorong terbentuk dan berkembangnya kerja sama antar desa. g) Mengembangkan kerja sama antar pemangku kepentingan dalam
upaya penanggulangan kemiskinan perdesaan.
Keseluruhan tujuan baik umum maupun khusus dari PNPM Mandiri Perdesaan semuanya memberikan keuntungan yang besar bagi masyarakat perdesaan. Sehingga diharapkan tujuan dari PNPM Mandiri Perdesaan ini dapat tercapai.
d. Prinsip Dasar PNPM Mandiri Perdesaan
Adapun prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP, 2008:2-3) meliputi :
1) Bertumpu pada pembangunan manusia
Masyarakat hendaknya memilih kegiatan yang berdampak langsung terhadap upaya pembangunan manusia daripada pembangunan fisik semata.
(36)
commit to user
19
2) Otonomi
Masyarakat memiliki hak dan kewenangan mengatur diri secara mandiri dan bertanggung jawab, tanpa intervensi dari luar.
3) Desentralisasi
Memberikan ruang yang lebih luas kepada masyarakat untuk mengelola kegiatan pembangunan sektoral dan kewilayahan yang bersumber dari pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kapasitas masyarakat. 4) Berorientasi pada masyarakat miskin
Segala keputusan yang diambil berpihak kepada masyarakat miskin. 5) Partisipasi
Masyarakat berperan secara aktif dalam proses atau alur tahapan program dan pengawasannya, mulai dari tahap sosialisasi, perencanaan, pelaksanaan, dan pelestarian kegiatan dengan memberikan sumbangan tenaga, pikiran, atau dalam bentuk materiil.
6) Kesetaraan dan Keadilan gender
Masyarakat baik laki-laki dan perempuan mempunyai kesetaraan dalam perannya di setiap tahapan program dan dalam menikmati manfaat kegiatan pembangunan, kesetaraan juga dalam pengertian kesejajaran kedudukan pada saat situasi konflik.
7) Demokratis
Masyarakat mengambil keputusan pembangunan secara musyawarah dan mufakat.
8) Transparasi dan Akuntabel
Masyarakat memiliki akses terhadap segala informasi dan proses pengambilan keputusan sehingga pengelolaan kegiatan dapat dilaksanakan secara terbuka dan dapat dipertanggungjawabkan baik secara moral, teknis, legal, maupun administratif.
9) Prioritas
Masyarakat memilih kegiatan yang diutamakan dengan
mempertimbangkan kemendesakan dan kemanfaatan untuk pengentasan kemiskinan.
(37)
commit to user
10)Keberlanjutan
Setiap pengambilan keputusan atau tindakan pembangunan, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pemeliharaan kegiatan harus telah mempertimbangkan sistem pelestariannya.
Prinsip dasar PNPM Mandiri Perdesaan atau nilai-nilai dasar selalu menjadi landasan atau acuan dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan yang akan diambil dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan.
e. Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan
Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan (TK PNPM MP, 2008: 3) adalah : 1) Lokasi Sasaran
Lokasi sasaran PNPM Mandiri Perdesaan meliputi seluruh kecamatan perdesaan di Indonesia yang dalam pelaksanaannya dilakukan secara bertahap dan tidak termasuk kecamatan-kecamatan kategori kecamatan bermasalah dalam PPK/PNPM Mandiri Perdesaan.
2) Kelompok Sasaran
a) Masyarakat miskin di perdesaan, b) Kelembagaan masyarakat di perdesaan, c) Kelembagaan pemerintah lokal.
Sasaran PNPM Mandiri Perdesaan pada dasarnya ditujukan kepada keseluruhan yang berada di tingkat kecamatan baik dari kelembagaan dan masyarakat miskin di perdesaan yang memberikan keuntungan bagi mereka.
f. Pendanaan
PNPM Mandiri Perdesaan merupakan program Pemerintah Pusat bersama Pemerintah Daerah, artinya program ini direncanakan, dilaksanakan dan didanai bersama-sama berdasarkan persetujuan dan kemampuan yang dimiliki oleh Pemerintah Pusat dan Daerah (TK PNPM MP, 2008: 3) :
1) Sumber dan ketentuan alokasi dana BLM PNPM Mandiri Perdesaan Sumber dana berasal dari:
(38)
commit to user
21 a) Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
b) Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD)
c) Swadaya masyarakat
d) Partisipasi dunia usaha 2) Kriteria alokasi
Alokasi dana BLM per kecamatan ditetapkan oleh Pemerintah dengan mempertimbangkan jumlah dan distribusi penduduk serta jumlah orang miskin.
3) Mekanisme pencairan dana
Mekanisme pencairan dana BLM dari kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KKPN) atau kas Daerah ke rekening kolektif bantuan PNPM (BPNPM) yang dikelola oleh UPK diatur sebagai berikut:
a) Pencairan dana yang berasal dari pemerintah pusat mengikuti
ketentuan yang diatur dalam Peraturan Direktur Jenderal
Perbendaharaan, Depkeu.
b) Pencairan dana yang berasal dari Pemerintah Daerah, dilakukan melalui mekanisme APBD sesuai aturan yang berlaku di daerah. c) Pengajuan pencairan dana BLM ke KPPN diatur dalam peraturan
Dirjen PMD, Depdagri.
d) Penerbitan SPP (Simpan Pinjam Perempuan) harus dilampiri dengan berita acara hasil pemeriksaan terhadap kesiapan lapangan yang dilakukan fasilitator kecamatan.
e) Dana yang berasal dari APBD harus dicairkan terlebih dahulu ke masyarakat, selanjutnya diikuti dengan pencairan dana yang berasal dari APBN.
f) Besaran dana BLM dari APBD yang dicairkan kemasyarakat harus utuh tidak termasuk pajak, retribusi atau biaya lainnya.
(39)
commit to user
Perintah
Pengajuan SPM, pembayaran
Tahapan Penyaluran Kredit Rekening
Sesuai Kriteria SP2DLeb3
Kecamatan
Perintah Pembayaran KABUPATEN
Kredit Rekening KECAMATAN
Pengajuan SPP
Tahapan Penyaluran perjanjian
Sesuai Kriteria pendanaan
Kecamatan, Lampiran: SPC, BAPDK, KW-1
Dan fotocopy rekening Pengajuan
Kolektif BPNPM yang Pencairan Dana pencairan
Diverifikasi oleh Sesuai
Fasilitator Kabupaten Kebutuhan
DESA
Gambar 1. Mekanisme Pencairan Dana BLM dari KPPN ke UPK (Sumber : TK PNPM MP (2008: 4))
Keterangan :
KPPN : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
KCBI : Kantor Cabang Bank Indonesia
BO KPPN : Badan Operasional Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara
UPK : Unit Pengelola Kegiatan
MAD : Musyawarah Antar Desa
PjOK : Penanggung jawab Operasional Kegiatan
KPA : Kuasa Pengguna Anggaran
SPM : Surat Perintah Membayar
SP2DLb3 : Surat Perintah Pencairan Dana Lembar 3
KPA,
PenerbitSPM Bendahara
KPPN KCBI
BO KKPN
PPK/PjOK UPK/MAD
(40)
commit to user
23 4) Mekanisme penyaluran dana
Penyaluran dana adalah proses penyaluran dari rekening kolektif BLM yang dikelola Unit Pengelola Kegiatan (UPK) kepada Tim Pengelola Kegiatan (TPK) di desa. Mekanisme penyaluran dana sebagai berikut: a) Pembuatan Surat Perjanjian Pemberian Bantuan (SPPB) antara UPK
dengan TPK.
b) TPK menyiapkan Rencana Penggunaan Dana (RPD) sesuai kebutuhan
dilampiri dengan dokumen-dokumen perencanaan kegiatan (gambar desain, RAB, dan lampirannya).
c) Untuk penyaluran berikutnya dilengkapi dengan Laporan Penggunaan Dana (LPD) sebelumnya dan dilengkapi dengan bukti-bukti yang sah. 5) Dana operasioanal UPK dan pelaksanaan di Desa
Kebutuhan biaya operasional kegiatan TPK/desa dan UPK bertumpu pada swadaya masyarakat. Namun untuk menumbuhkan keswadayaan tersebut diberikan bantuan stimulan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan. Dana operasional UPK sebesar maksimal dua persen (2%) dari dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan di Kecamatan tersebut. Dana operasional TPK/desa maksimal tiga persen (3%) dari dana PNPM Mandiri Perdesaan yang dialokasikan sesuai hasil Musyawarah Antar Desa Penetapan Kegiatan menurut Surat Penetapan Camat (SPC)untuk desa yang bersangkutan.
g. Cara Kerja PNPM Mandiri Perdesaan
PNPM Mandiri Perdesaan dilaksanakan melalui upaya-upaya
pemberdayaan dan partisipasi masyarakat di wilayah perdesaan melalui tahapan-tahapan kegiatan (dalam http://id.wikipedia.org/wiki/PNPM_Mandiri_Perdesaan diakses pada tanggal 9 Maret 2010) sebagai berikut :
1) Sosialisasi dan penyebaran informasi program
Baik secara langsung melalui forum-forum pertemuan maupun dengan mengembangkan/ memanfaatkan media/ saluran informasi masyarakat di berbagai tingkat pemerintahan.
(41)
commit to user
2) Proses partisipatif pemetaan Rumah Tangga Miskin (RTM) dan pemetaan sosial
Masyarakat diajak untuk bersama-sama menetukan kriteria kurang mampu dan bersama-sama pula menentukan rumah tangga yang termasuk kategori miskin/ sangat miskin (RTM). Masyarakat juga difasilitasi untuk membuat peta sosial desa dengan tujuan agar lebih mengenal kondisi/ situasi sesungguhnya desa mereka, yang berguna untuk menggagas masa depan desa, penggalian gagasan untuk menentukan kegiatan yang paling dibutuhkan, serta mendukung pelaksanaan kegiatan pembangunan dan pemantauannya.
3) Perencanaan partisipatif di tingkat dusun, desa dan kecamatan
Masyarakat memilih fasilitator desa atau kader pemberdayaan masyarakat desa (KPMD) satu laki-laki, satu perempuan untuk mendampingi proses sosialisasi dan perencanaan. KPMD ini kemudian mendapat peningkatan kapasitas untuk menjalankan tugas dan fungsinya dalam mengatur pertemuan kelompok, termasuk pertemuan khusus perempuan, untuk melakukan penggalian gagasan berdasarkan potensi sumber daya alam dan manusia di desa masing-masing untuk menggagas masa depan desa. Masyarakat kemudian bersama-sama membahas kebutuhan dan prioritas pembangunan di desa dan bermusyawarah untuk menentukan pilihan jenis kegiatan pembangunan yang prioritas didanai. PNPM Mandiri Perdesaan sendiri menyediakan tenaga konsultan pemberdayaan dan teknis di tingkat kecamatan dan kabupaten guna memfasilitasi/ membantu upaya sosialisasi, perencanaan dan pelaksanaan kegiatan. Usulan dari masyarakat akan menjadi bahan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes).
4) Seleksi/ prioritas kegiatan di tingkat desa dan kecamatan
Masyarakat melakukan musyawarah di tingkat desa dan kecamatan untuk memutuskan usulan kegiatan prioritas yang akan didanai. Musyawarah ini terbuka bagi segenap anggota masyarakat untuk menghadiri dan memutuskan jenis kegiatan yang paling prioritas/ mendesak. Keputusan
(42)
commit to user
25 akhir mengenai kegiatan yang akan didanai, diambil dalam forum musyawarah antar desa (MAD) di tingkat kecamatan, yang dihadiri oleh wakil-wakil dari setiap desa dalam kecamatan yang bersangkutan. Pilihan kegiatan adalah open menu untuk semua investasi produktif, kecuali yang tercantum dalam daftar larangan (negative list). Dalam hal terdapat usulan dari masyarakat yang belum terdanai, maka usulan tersebut akan menjadi bahan kajian dalam Forum Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). 5) Masyarakat melaksanakan kegiatan mereka
Dalam forum musyawarah, masyarakat memilih anggotanya sendiri untuk menjadi Tim Pelaksana Kegiatan (TPK) di setiap desa untuk mengelola kegiatan yang diusulkan desa yang bersangkutan dan mendapat prioritas pendanaan program. Fasilitator teknis PNPM Mandiri Perdesaan akan mendampingi TPK dalam mendisain saran/ prasarana (bila usulan yang didanai berupa pembangunan infrastruktur perdesaan), penganggaran kegiatan, verifikasi mutu dan supervisi. Para pekerja yang terlibat dalam pembangunan sarana/prasarana tersebut berasal dari warga desa penerima manfaat.
6) Akuntabilitas dan laporan perkembangan
Selama pelaksanaan kegiatan, TPK harus memberikan laporan perkembangan kegiatan minimal dua kali dalam pertemuan terbuka desa, yakni sebelum program mencairkan dana tahap berikutnya dan pada pertemuan akhir, dimana TPK akan melakukan serah terima kegiatan kepala desa, serta badan operasioanal dan pemeliharaan kegiatan atau Tim Pengelola dan Pemelihara Prasarana (TP3).
h. Alur Kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan 1) Perencanaan
Perencanaan kegiatan meliputi tahap persiapan dan sosialisasi awal, serta perencanaan di desa, di kecamatan, dan di kabupaten. Tahap persiapan dan sosialisasi awal dimulai dari MAD Sosialisasi sampai dengan pelatihan KPMD/K. Perencanaan kegiatan di desa, dimulai dengan tahap penggalian
(43)
commit to user
gagasan sampai dengan musdes perencanaan disebut dengan istilah Menggagas Masa Depan Desa (MMDD). Perencanaan kegiatan di kecamatan dimulai dengan MAD prioritas usulan sampai dengan MAD penetapan usulan. Perencanaan kegiatan di kabupaten adalah perencanaan koordinatif, dimulai dari keterlibatan delegasi kecamatan dalam forum SKPD sampai dengan musrenbang kabupaten.
2) Pelaksanaan
Untuk menjamin kualitas pelaksanaan kegiatan yang tetap mengacu pada prinsip dan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan, maka perlu adanya persiapan pelaksanaan yang matang dan terencana. Persiapan pelaksanaan ini lebih ditujukan kepada penyiapan aspek sumber daya manusia, termasuk masyarakat, TPK, UPK, dan seluruh pelaku PNPM Mandiri Perdesaan lainnya. Karena itu, TPK dan UPK perlu mendapatkan pelatihan terlebih dahulu sebelum melaksanakan kegiatan yang didanai PNPM Mandiri Perdesaan. Pelatihan UPK, BP-UPK, TPK, dan pelaku desa lainnya dilakukan dalam masa setelah penandatanganan SPPB oleh Camat, sampai dengan masa persiapan pelaksanaan.
3) Pelestarian Kegiatan
Pengelolaan kegiatan PNPM Mandiri Perdesaan harus dijamin dapat memberi manfaat kepada masyarakat secara berkelanjutan. Di samping manfaat dari hasil kegiatan, aspek pemberdayaan, sistem dan proses perencanaan, aspek good governance, serta prinsip-prinsip PNPM Mandiri Perdesaan harus memberi dampak perubahan positif secara berkelanjutan bagi masyarakat. Untuk dapat mencapai hal itu maka semua pelaku PNPM Mandiri Perdesaan harus mengetahui dan mampu memahami latar belakang, dasar pemikiran, prinsip, kebijakan, prosedur, dan mekanisme PNPM Mandiri Perdesaan secara benar.
i. Jenis-jenis Kegiatan yang dapat dibiayai PNPM-MP
Dalam PTO Penjelasan (2008: 1) terdapat jenis-jenis kegiatan yang dapat dibiayai oleh PNPM Mandiri Perdesaan, antara lain :
(44)
commit to user
27 1) Kegiatan pembangunan atau perbaikan prasarana dasar yang dapat
memberikan manfaat langsung secara ekonomi bagi RTM.
2) Kegiatan peningkatan bidang pelayanan, kesehatan, dan pendidikan, termasuk kegiatan pelatihan pengembangan keterampilan masyarakat (pendidikan non formal).
3) Kegiatan peningkatan kapasitas/keterampilan kelompok usaha ekonomi produktif (UEP) terutama bagi kelompok usaha yang berkaitan dengan produksi berbasis sumber daya lokal (tidak termasuk penambahan modal). 4) Penambahan permodalan simpan pinjam untuk kelompok perempuan
(SPP).
Sedangakan usaha yang dilakukan pedagang golongan ekonomi lemah termasuk dalam bantuan kredit untuk Simpan Pinjam Perempuan (SPP). Kegiatan Simpan Pinjam Perempuan (SPP) merupakan kegiatan pemberian permodalan untuk kelompok perempuan yang mempunyai kegiatan simpan pinjam. Dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) yang disediakan untuk mendanai kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) per kecamatan maksimal 25 % dari alokasi BLM. Untuk menjadi kelompok SPP harus memenuhi beberapa persyaratan (PTO Penjelasan, 2008: 59), antara lain :
1) Kelompok yang dikelola dan anggotanya perempuan, yang satu sama lain saling mengenal, memiliki kegiatan tertentu dan pertemuan rutin yang sudah berjalan sekurang-kurangnya satu tahun.
2) Mempunyai kegiatan simpan pinjam dengan aturan pengelolaan dana simpanan dan dana pinjaman yang telah disepakati.
3) Telah mempunyai modal dan simpanan dari anggota sebagai sumber dana pinjaman yang diberikan kepada anggota.
4) Kegiatan pinjaman pada kelompok masih berlangsung dengan baik. 5) Mempunyai organisasi kelompok dan administrasi secara sederhana.
Persyaratan-persyaratan diatas harus dipenuhi oleh kelompok yang berada di masyarakat perdesaan agar mereka dapat menjadi kelompok SPP dan mendapatkan bantuan dana dari PNPM Mandiri Perdesaan.
(45)
commit to user
Mekanisme pengelolaan dalam kegiatan Simpan Pinjam Kelompok Perempuan (SPP) (PTO Penjelasan, 2008: 59-64) adalah sebagai berikut :
1) MAD Sosialisasi
Dalam MAD Sosialisasi dilakukan sosialisasi ketentuan dan persyaratan untuk kegiatan SPP sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP.
2) Musdes Sosialisasi
Dalam Musdes Sosialisasi dilakukan sosialisasi Ketentuan dan Persyaratan untuk kegiatan SPP di tingkat desa sehingga pelaku-pelaku tingkat desa memahami adanya kegiatan SPP dan melakukan persiapan proses lanjutan.
3) Musyawarah Dusun
Proses identifikasi kelompok melalui musyawarah di dusun/kampung dengan proses sebagai berikut :
a) Identifikasi kelompok termasuk kondisi anggota.
b) Rumah tangga miskin yang belum menjadi anggota kelompok agar dilakukan tawaran dan fasilitasi untuk menjadi anggota kelompok sehingga dapat menjadi pemanfaat.
c) Hasil musyawarah dusun dituangkan dalam berita acara dilampiri: (1)Daftar kelompok yang diidentifikasi,
(2)Kelompok SPP dengan daftar pemanfaat yang diusulkan, (3)Peta sosial dan peta rumah tangga miskin,
(4)Rekap kebutuhan pemanfaat.
4) Musyawarah Desa dan Musyawarah Khusus Perempuan (MKP)
5) Verifikasi
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam proses verifikasi kegiatan SPP adalah :
a) Penetapan formulir verifikasi b) Proses pelaksanaan verifikasi
Verifikasi kelompok SPP mencakup beberapa hal sebagai berikut : (1) Pengalaman Kegiatan Simpan Pinjam
(46)
commit to user
29 (3) Kondisi Kegiatan Simpan Pinjam, dengan penilaian :
(a) Permodalan (b) Kualitas Pinjaman
(c) Administrasi dan Pengelolaan (d) Pendapatan
(e) Likuiditas (pendanaan jangka pendek) (4) Penilaian khusus rencana kegiatan.
(5) Jumlah rumah tangga miskin sebagai calon pemanfaat diverifikasi dengan daftar rumah tangga miskin.
(6) Penilaian Kategorisasi Kelompok. 6) MAD Prioritas Usulan
Tahapan ini merupakan tahapan evaluasi akhir dengan model prioritas kebutuhan dengan mempertimbangkan hasil verifikasi. Prioritas penilaian ditekankan pada kelompok yang lebih mengutamakan calon pemanfaat kategori rumah tangga miskin.
7) MAD Penetapan Usulan
Pada tahapan ini keputusan pendanaan mencakup penentuan pendanaan usulan dengan menentukan kelompok-kelompok yang telah memenuhi syarat dapat didanai dengan dana BLM. Dalam MAD penetapan usulan ini, dimungkinkan adanya kelompok yang didanai sesuai dengan MAD Prioritas Usulan mengundurkan diri sehingga peringkat selanjutnya yang akan menerima, jika terjadi tidak sama jumlah kebutuhan pada kelompok terakhir maka agar diputuskan melalui musyawarah. Bagi kecamatan yang telah mengelola dana bergulir maka pada MAD ini dapat juga dilakukan proses MAD Perguliran.
8) Penetapan Persyaratan
Penetapan persyaratan pinjaman yang tertuang dalam Perjanjian Pinjaman paling tidak mencakup hal-hal :
a) Penentuan jasa pinjaman dengan ketentuan: Besar jasa pinjaman ditentukan berdasarkan bunga pasar untuk pinjaman pada lembaga
(47)
commit to user
keuangan pada wilayah masing-masing. Sistem perhitungan jasa pinjaman menurun atau tetap.
b) Jangka waktu pinjaman sumber dana BLM maksimal 12 bulan.
c) Jadwal angsuran dana BLM paling tidak diangsur 3 kali angsuran dalam 12 bulan dengan memperhatikan dengan siklus usaha baik pada tingkat pemanfaat maupun tingkat kelompok.
d) Angsuran langsung dari kelompok ke UPK. 9) Pencairan Dana
Ketentuan pencairan dana BLM dengan ketentuan sebagai berikut: a) Pencairan melalui desa sesuai dengan ketentuan program dilampiri
SPPB dengan bukti penyaluran KW2.
b) Pencairan dilakukan sekaligus (100%) pada setiap kelompok.
c) Dalam saat yang bersamaan ketua TPK memberikan dana SPP setelah dikurangi Operasional UPK 2% dan Operasional Desa 3% dengan Bukti Kuitansi yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok sebagai penerima dan UPK sebagai Pengelola Kegiatan. Tujuan kuitansi ini adalah kelompok telah menerima langsung dari UPK dan selanjutnya mengembalikan kepada UPK.
d) Kelompok membuat Perjanjian Pinjaman dengan UPK sebagai
lampiran kuitansi penerimaan dana.
e) Kelompok menyerahkan kuitansi/tanda terima uang per pemanfaat kepada UPK.
10)Pelestarian dan Pengembangan Kegiatan
Pelestarian kegiatan SPP mengacu pada ketentuan pengelolaan dana bergulir dengan mempertimbangkan ketentuan akses BLM yang telah disepakati dalam MAD yang mencakup :
a) Pelestarian Kegiatan
Dasar-dasar dalam rangka mewujudkan pelestarian kegiatan adalah (1)Adanya dana kegiatan SPP yang produktif dan bertambah
jumlahnya untuk penyediaan kebutuhan pendanaan masyarakat miskin.
(48)
commit to user
31 (2)Adanya pelestarian prinsip PNPM Mandiri - Perdesaan terutama
keberpihakan kepada orang miskin dan transparansi.
(3)Penguatan kelembagaan baik dalam aspek permodalan ataupun kelembagaan kelompok.
(4)Pengembangan layanan kepada masyarakat (5)Pengembangan permodalan.
b) Pengembangan Kelompok
Pengembangan kelompok SPP diarahkan sebagai lembaga pengelola simpanan dan pinjaman yang profesional, akuntabel sehingga mampu menarik minat kerja sama lembaga lain sebagai lembaga penyalur dan pengelola pinjaman. Pengembangan kelembagaan kelompok SPP, secara badan hukum dapat menjadi Koperasi Simpan Pinjam. Fasilitasi
pengembangan kelompok dapat didasarkan pada tingkat
perkembangan kelompok maupun fungsi kelompok yang dijelaskan dalam Pengelolaan Dana Bergulir.
j. Struktur Kelembagaan
Struktur kelembagaan PNPM Mandiri mencakup seluruh pihak yang bertanggungjawab dan terkait dalam pelaksanaan serta upaya pencapaian tujuan PNPM Mandiri, meliputi unsur pemerintah, fasilitator dan konsultan pendamping, serta masyarakat baik dipusat maupun daerah. Secara umum, struktur organisasi PNPM Mandiri digambarkan berikut ini.
(49)
commit to user
Departemen/LPND TPK
Tim Pengendali PNPM Mandiri
Komunitas Nasional Satker (APBN)
Pusat Konsultasi Provinsi
TKPKD Provinsi
TimKoordinasiPNPM
Mandiri
Provinsi
KonsultasiKabupaten/Kota SKPD Pelaksana TKPKD Kabupaten/Kota
Tim Koordinasi PNPM Mandiri Satker (APBD)
Komponen co-sharing Kab/Kota
Fasilitator BKAD, Penanggung Jawab
MAD/K, UPK Operasional
Kegiatan (PJOK)
Kecamatan Lembaga Keswadayaan Masyarakat
Masyarakat Penerima Manfaat
Desa/Kelurahan
Gambar 2. Struktur Organisasi PNPM Mandiri (Sumber : TP PNPM Mandiri (2008:30))
Catatan: SKPD = Satuan Kerja Perangkat Daerah
TKPK = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan
TKPKD = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah
BKAD = Badan Kerjasama Antar Desa
MAD/K = Musyawarah Antar Desa/Kelurahan
Sedangkan struktur hubungan kelembagaan tingkat Kecamatan menurut Unit Pengelola Kegiatan (UPK) Kecamatan Bringin adalah sebagai berikut :
(50)
commit to user
33
Gambar 3. Struktur Kelembagaan-Tingkat Kecamatan Keterangan :
F-MAD : Fasilitator Musyawarah Antar Desa
BKAD : Badan Kerjasama Antar Desa
BP-UPK : Badan Pengawas Unit Pengelola Kegiatan
UPK : Unit Pengelola Kegiatan
TIM-VER : Tim Verifikasi
3. Tinjauan tentang Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
a. Pengertian Pedagang Golongan Ekonomi Lemah
Menurut Thomas Suyatno et al (2003: 33-34) kriteria pengusaha kecil golongan ekonomi lemah adalah sebagai berikut :
BP-UPK 2.Sukardi, BA 3.Warsidik, S.Pd 4.Ririn A.
F-MAD
KECAMATAN
BKAD 1.Sukardi, S. Ay 2.Lolo Asih 3.Munaji
UPK 1.Ali M, S.Kom 2.Sri Andayani 3.Kristina PA 1.Hermin Y.
TIM-VER 1. Didik BM, ST 2. Paniem Ama.Pd
(1)
commit to user
77BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Penanggulangan kemiskinan dengan menitik beratkan pada
pemberdayaan masyarakat sebagai pendekatan operasional, merupakan wujud komitmen pemerintah dalam merealisasikan kesejahteraan sosial bagi masyarakat. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat – Mandiri Perdesaan (PNPM-MP) merupakan wujud nyata dalam upaya menanggulangi kemiskinan di Indonesia. Kecamatan Bringin melaksanakan program pemberdayaan mulai dari Program Pengembangan Kecamatan (PPK) tahun 1997. Kecamatan Bringin mampu menyerap dana tebesar dibandingkan kecamatan lain di Kabupaten Ngawi.
Pelaksanaan pemberian kredit di Kecamatan Bringin telah menunjukkan perkembangan yang cukup berarti. Hal ini ditunjukkan dengan perkembangan dana yang cenderung meningkat. Peningkatan saldo tersebut bisa menunjukkan adanya indikator keberhasilan dalam pengelolaan dana PNPM Mandiri Perdesaan. Dari pelaksanaan implementasi pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Prosedur pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dalam meningkatkan pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah, meliputi:
a. Permohonan Kredit
Untuk mendapat dana bantuan kredit PNPM Mandiri perdesaan masyarakat khususnya para pedagang harus mengajukan permohonan kredit terlebih dahulu kepada Unit Pengelola Kegiatan (UPK). Permohonan kredit dapat dilakukan dengan mengajukan proposal pengajuan dana pinjaman yang telah di buat setiap anggota dengan kelompok mereka masing-masing. Proposal pengajuan dana pinjaman disertai nama setiap anggota, jenis usaha mereka, besar jumlah dana yang dipinjam, dan dilampiri foto copy KTP setiap anggota yang masih aktif.
(2)
commit to user
Proposal pengajuan dana dapat menentukan layak atau tidaknya pedagang mendapat bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan.
b. Penyidikan dan Analisa Kredit
Pembentukan kelompok dilakukan untuk memenuhi syarat agar bisa menjadi peminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan. Pembentukan kelompok sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat. Untuk menjadi peminjam dana PNPM Mandiri Perdesaan ini usia kelompok minimal 1 tahun. Setelah kelompok dibentuk harus ditentukan pengurus kelompok antara lain ketua, bendahara dan sekretaris. Selain mempunyai kelompok syarat lainnya yaitu setiap anggota simpan pinjam perempuan (SPP) harus mempunyai usaha yang produktif. Di Kecamatan Bringin sendiri jenis usaha yang ikut menggunakan dana PNPM Mandiri Perdesaan antara lain usaha warung, toko, dagang jajanan pasar, mrancang, menjual ayam potong, dll. Selain itu kelompok harus memiliki administrasi pembukuan yang sederhana akan tetapi tertib dan teratur.
c. Keputusan atas Permohonan Kredit
Keputusan atas permohonan kredit masyarakat dapat cair atau tidak tergantung apakah persyaratan yang diajukan bisa dipenuhi para pedagang atau tidak. Untuk di Kecamatan Bringin mayoritas para pedagang sudah memenuhi persyaratan yang diajukan PNPM Mandiri Perdesaan.
d. Penolakan/persetujuan Kredit
Penolakan atau persetujuan kredit ditentukan oleh persyaratan yang harus dipenuhi oleh masyarakat. Persyaratan yang diberikan PNPM Mandiri Perdesaan sangat mudah sehingga mayoritas pedagang bisa memenuhi persyaratan tersebut. Oleh karena itu pengajuan pinjaman dana bantuan PNPM Mandiri Perdesaan yang dibuat oleh para pedagang dengan bentuk proposal selalu disetujui oleh pihak UPK.
e. Pencairan fasilitas kredit
Pencairan dana dilaksanakan oleh Unit Pengelola Kegiatan (UPK) yang langsung mendatangi kelompok yang mengajukan pinjaman, sedangkan waktu dan tempat pencairan dana dikoordinasikan dengan pihak TPK.
(3)
commit to user
Pencairan dana dilakukan setelah adanya hasil analisa studi kelayakan usaha terhadap kelompok yang diakukan oleh tim verifikasi. Sehingga besarnya dana yang cair dan pegajuan proposal itu layak atau tidak tergantung analisa dari tim verifikasi. Sebelum proses pencairan dana kekelompok, bendahara UPK mempersiapkan Surat Perjanjian Kredit (SPK) rangkap dua untuk ditandatangani oleh seluruh anggota kelompok yang mengajukan dana pinjaman.
f. Tahap pembayaran angsuran
Tanggal pengembalian angsuran setiap kelompok berbeda-beda tergantung tanggal pengajuan dan pencairan dana. Berdasarkan kesepakatan antara anggota dengan pengelola, angsuran dibayarkan ke setiap ketua kelompok pada tanggal yang telah ditetapkan. Setelah itu ketua membayarkan ke bagian TPK dan kemudian ke kantor UPK. Pengelola UPK bisa menanyakan langsung ke ketua kelompok pada saat membayar angsuran tentang keadaan anggotanya. Jumlah bunga yang harus dibayar anggota setiap bulannya yaitu 1,5% per bulan. Bunga ini nanti pada akhir pelunasan pinjaman akan diserahkan ke masyarakat desa untuk pelestarian desa.
2. Kendala yang dihadapi pedagang golongan ekonomi lemah dalam proses pelunasan kredit PNPM Mandiri Perdesaan adalah kesulitan mengangsur pinjaman. Sebenarnya untuk Kecamatan Bringin tidak ditemukan kredit macet, memang terdapat anggota yang kadang terlambat membayar angsuran tetapi tidak sampai menimbulkan kredi macet. Masalah pengembalian pinjaman dirasakan sulit oleh para pedagang golongan ekonomi lemah ketika usaha mereka sepi. Ada kalanya usaha mereka mengalami kemajuan tetapi ada kalanya mengalami penurunan. Pada saat mengalami penurunan pada umumnya disebabkan oleh sepinya usaha mereka jalankan. Untuk peminjam yang tidak bisa membayar angsuran pinjaman, UPK memberikan sanksi denda Rp 5.000,00 per hari setelah hari jatuh tempo membayar angsuran. Selain itu jika kelompok itu mengajukan pinjaman lagi tidak akan dikabulkan oleh UPK.
(4)
commit to user
3. Kendala yang dihadapi Unit Pengelola Kegiatan (UPK) dalam penarikan kredit PNPM Mandiri Perdesaan sebenarnya tidak ada. Hal ini dikarenakan adanya kerjasama yang baik antara pihak UPK, tim pengelola kegiatan (TPK) serta para pedagang golongan ekonomi lemah terjadi kendala apabila mengalami kredit macet.
4. Upaya yang dilakukan pedagang untuk menghadapi kendala tersebut adalah kelompok pengguna jauh-jauh hari sebelum tanggal pengembalian angsuran berusaha mengumpulkan uang tersebut dari hasil keuntungan yang diperoleh setiap berdagang. Ini dimaksudkan agar pengembalian angsuran tidak memberatkan mereka dan bisa membayar tepat waktu.
5. Pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah setelah menerima kredit PNPM Mandiri Perdesaan di Kecamatan Bringin yaitu sebelum adanya kredit PNPM Mandiri Perdesaan usaha para pedagang masih kecil dan modalnya sangat minim. Namun dengan adanya bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan usaha para pedagang golongan ekonomi lemah semakin meningkat. Sebagian besar dana bantuan dari PNPM Mandiri Perdesaan digunakan untuk membeli barang dagangan, tetapi ada juga yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Dari hasil pengamatan dengan adanya bantuan kredit PNPM Mandiri Perdesaan ini rata-rata pendapatan pedagang golongan ekonomi lemah di Kecamatan Bringin meningkat. Peningkatan pendapatan setiap pedagang berbeda-beda, tergantung kondisi, keadaan dan kebutuhan pedagang itu sendiri.
B. Implikasi
Bertitik tolak dari kesimpulan dalam penelitian, maka dapat dikaji suatu implikasi teoritas dan praktis sebagai berikut:
1. Implikasi Teoritis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain dalam menunjang kajian teori dan pengembangan materi penelitian.
(5)
commit to user
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan sebagai sarana memperdalam mata kuliah manajemen perbankan.
2. Implikasi Praktis
a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan pertimbangan bagi pengelola unit pengelola kegiatan (UPK) dalam menentukan kebijakan-kebijakan yang menyangkut tentang pelaksanaan pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan.
b. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kredit dapat meningkatkan pemerataan pendapatan. Pemberian kredit PNPM Mandiri Perdesaan dapat membantu pedagang golongan ekonomi lemah untuk memperluas usaha sehingga pendapatan mereka dapat bertambah.
C. Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan implikasi, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut:
1. Saran untuk pengelola UPK dan TPK
a. Pengelola UPK diupayakan memberikan sanksi kepada pedagang dengan mengembalikan proposal yang tidak sesuai dengan persyaratan sesuai dengan prosedur yang ada, sehingga pedagang terbiasa disiplin sesuai dengan peraturan yang berlaku.
b. Pengelola UPK diupayakan mengadakan monitoring kepada pedagang golongan ekonomi lemah dengan melakukan pertemuan secara rutin setiap bulannya yang bertujuan untuk mengetahui penggunaan dana PNPM-MP yang telah diterima pedagang. Sehingga diharapkan pedagang golongan ekonomi lemah mempunyai kesadaran untuk mempergunakan dana pinjaman sesuai dengan tujuan kredit dan kesulitan yang dihadapi oleh para pedagang dapat diatasi.
c. Pengelola UPK diupayakan meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat dengan cara pihak UPK bekerjasama dengan TPK mendatangi langsung
(6)
commit to user
kekelompok pedagang sehingga terjalin koordinasi yang baik dengan pedagang dan dapat meminimalisir kendala yang dihadapi.
2. Saran untuk pedagang golongan ekonomi lemah kecamatan Bringin selaku kelompok sasaran.
a. Diharapkan agar pedagang giat mengikuti kegiatan pengembangan kelompok Simpan Pinjam Perempuan (SPP) seperti pelatihan manajemen, pelatihan ketrampilan, dan pelatihan pemasaran yang bertujuan agar usaha para pedagang lebih meningkat dan kendala yang dihadapi bisa diminimalisir.
b. Diharapkan pedagang aktif berpartisipasi dengan ikut berdiskusi saat diadakan musyawarah desa dengan pengurus Unit Pengelola Kegiatan (UPK) sehingga kesulitan melunasi kredit dapat dicari solusi yang tepat bagi permasalahan yang dihadapi.
c. Diharapkan pedagang mempergunakan dana bantuan yang diperoleh dari PNPM-MP untuk menambah modal usaha mereka bukan untuk kebutuhan yang lain agar diperoleh hasil yang maksimal yaitu peningkatan pendapatan yang berdampak pada kondisi kesejahteraan mereka.