Pengertian kapal dan kapal perikanan

19 Metode Pengukuran Dalam Negeri : Tonase Kotor Gross TonnageGT, dihitung menggunakan rumus : 1. GT = 0,25 x V Dimana V = Σ Volume = Volume ruangan di bawah geladak V1 Ditambah Volume ruangan di atas geladak atas V2 yang tertutup sempurna berukuran ≤ 1 m 3 . V = V1 + V2 2. Vol ruangan dibawah geladak atas, dihitung mengunakan rumus : V1 = p x l x d x f Dimana f = 0,85 untuk kapal dengan bentuk dasar rata tongkang 0,70 untuk kapal dengan bentuk dasar agak miring dari tengah kesisi kapal KM 0,50 untuk kapal layar atau kapal layar motor. Volume ruangan tertutup di atas geladak utama V2 = l x b x d Dimana l = panjang ruangan b = lebar rata-rata d = tinggi rata-rata 3. NT Net Tonnage, dihitung menggunakan : NT = 30 x GT Berikut adalah cara menghitung volume ruangan di bawah dan di atas seluruh kapal V1 dan V2 Volume ruangan di bawah geladak atas, dihitung dengan menggunakan rumus : V 2 V2 V 1 V 2 V2 V 1 = p x l x d x f f = 0,50 untuk KLM PLM 0,70 Untuk KM 0,85 untuk Tongkol. 20 Metode Pengukuran Internasional TMS. 1969 untuk Kapal dengan L ≥ 24 m GT = K 1 x V --- V = Σ Vol semua ruangan-ruangan tertutup, ttd Ruang dibawah Gel ukur under deck, maupun Ruang-ruang Bangunan Atas Gel Deck Houses. K 1 = 0,2 + 0,02 log 10 V �� = � 2 . � � 4 � 2 3 � + � 3 � 1 + � 2 10 CATATAN : Vc = Σ volume ruang-ruang muatan K2 = 0,2 + 0,02 log 10 Vc atau dihitung menurut tabel sebagaimana dimaksud dalam aturan 19 K3 = 1,25 x GT + 10.000 10.000 D = Ukuran Dalam Terbesar dibagian tengah kapal, yang dinyatakan dalam meter. D = Sarat kapal terbesar dibagian tengah kapal, yang dinyatakan dalam meter. N1 = Σ penumpang di dalam kamar yang berisi tidak lebih dari 8 tempat tidur. N2 = Σ penumpang-penumpang lainnya N1+N2 = Σ penumpang yang dibolehkan bagi kapal, sebagimana tercantum dalam sertifikat penumpang : Jika N1 + N2 kurang dari 13, maka N1 dan N2 dihitung sama dengan 0 nol. Dengan ketentuan : a. Dalam hak nilai faktor 4� 2 3� lebih besar dari 1 satu, dipergunakan nilai Dipergunakan nilai faktor sama dengan 1; b. Dalam hak nilai faktor K2.Vc. 4� 2 3� kurang dari 0,25 GT, dipergunakan nilai Faktor sama dengan 0,25 GT; c. NT tidak boleh kurang dari 30 GT. 21

2.5 Pengertian Sistem

Menurut Vincent 1996 pada dasarnya sistem dapat didefinisikan sebagai sekumpulan elemen – elemen yang saling berhubungan melalui berbagai bentuk interaksi dan bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan yang berguna. Berdasarkan pengertian umum dari sistem, maka kita dapat merumuskan ciri – ciri atau karateristik sistem, sebagai berikut 1 terdiri dari elemen – elemen yang membentuk satu kesatuan sistem, 2 adanya tujuan dan kesalingtergantungan, 3 adanya interaksi antar elemen, 4 mengandung mekanisme, kadang – kadang disebut juga sebagai transformasi dan 5 adanya lingkungan yang mengakibatkan dinamika sistem. Berdasarkan karateristik sistem yang dikemukakan, maka kita boleh menyatakan bahwa keberadaan suatu sistem harus dilandasi prinsip – prinsi adanya elemen – elemen, adanya kesatuan, adanya hubungan fungsional, adanya tujuan yang berguna, serta memiliki lingkungan. Menurut Haluan 2001, pendekatan sistem adalah suatu cara penyelesaian persoalan yang dimulai dengan melakukan identifikasi terhadap sejumlah kebutuhan – kebutuhan sehingga dapat menghasilkan suatu operasi dari sistem yang dianggap ekfektif. Karateristik pendekatan sistem adalah 1 komplek karena interaksi antar elemen cukup rumit, 2 dinamis, ada perubahan faktor menurut waktu dan ada pendugaan ke masa depan dan 3 probalistik, diperlukan fungsi peluang dan inferensi kesimpulan maupun rekomendasi. Sistem didefinisikan sebagai seperangkat elemen atau sekumpulan entity yang saling berkaitan, yang dirancang dan diorganisir untuk mencapai satu atau beberapa tujuan Manetsch dan Park, 1976 dalam Haluan 2001. Sistem dapat merupakan suatu proses yang sangat rumit yang ditandai oleh sejumlah lintasan sebab akibat, menurut Eriyatno 1998 dalam Haluan 2001, sistem adalah totalitas himpunan hubungan yang mempunyai struktur dalam nilai posisional serta matra dimesional terutama dimensi ruang dan waktu. Pada dasarnya ada dua sifat dari sistem , yaitu berkaitan dengan aspek prilaku dan aspek struktur, sehingga permasalahan yang berkaitan 22 dengan sistem akan menyangkut pada prilaku sistem dan struktur sistem. Berkaitan dengan susunan dari rangkaian diantara elemen – elemen sistem. Jika klasifikasi masalah sistem secara garis besarnya ada tiga, yaitu 1 untuk sistem yang belum ada, strukturnya dirancang untuk merealisasikan rancangan yang memiliki perilaku sesuai dengan yang diharapkan persoalan sintesis sistem, 2 untuk sistem yang sudah ada dalam kenyataan atau hanya sebagai suatu rancangan dan strukturnya diketahui, maka perilaku ditentukan pada basis dari struktur yang diketahui itu persoalan analisis sistem dan 3 untuk sistem yang sudah ada dalam kenyataan tetapi tidak mengenalnya serta strukturnya tidak dapat ditentukan secara langsung, maka permasalahannya adalah mengetahui perilaku dari sistem itu serta strukturnya persoalan black box kotak hitam, Gaspersz, 1992 dalam Haluan 2001. Menurut Eriyatno 1998 dalam Haluan 2001, dalam transformasi input menjadi output, perlu dibedakan antara elemen entity dari suatu sistem dengan sub sistem dari sistem itu sendiri. Sub sistem dikelompokkan dari bagian sistem yang masih berhubungan satu dengan lainnya pada tingkat resolusi yang tertinggi, sedangkan elemen dari sistem adalah pemisahan bagian sistem pada tingkat resolusi yang rendah. Masing – masing sub sistem saling interaksi untuk mencapai tujuan sistem.interaksi antara sub sistem disebut juga interface block terjadi karena output dari suatu sistem dapat menjadi input dari sistem lain. Jika interface antar sub sistem terganggu maka proses transformasi pada sistem secara keseluruhan akan terganggu juga sehingga akan menghasilkan bias pada tujuan yang hendak dicapai. Proses transformasi yang dilakukan oleh suatu elemen dalam sistem berupa fungsi matematik, operasi logis, dan proses operasi yang dalam ilmu sistem dikenal dengan konsep kotak gelap black box. Kotak gelap adalah sebuah sistem dari rincian tidak berhingga mencangkup struktur – struktur terkecil paling mikro. Dengan demikian karakter kotak gelap adalah behavioristic tinjauan sikap. Kotak gelap digunakan untuk mengobservasikan apa yang terjadi, bukan mengetahui tentang bagaimana trasformasi terjadi. Untuk mengetahui transformasi yang terjadi dalam kotak gelap dapat dilakukan dengan melalui tiga cara yaitu 1 spesifikasi; 2 analog; 23 kesepadanan dan modifikasi; dan 3 observasi dan percobaan Eriyatno. 1998 dalam Haluan 2001. Eriyatno 1998 dalam Haluan 2001 menyimpulkan ada tiga pola fikir dasar yang selalu menjadi pegangan pokok pada ahli sistem dalam merancang bangun solusi permasalahan, yaitu 1 sibernik cycbernetic artinya berorientasi pada tujuan 2 holistik holistic, yaitu cara pandang yang utuh terhadap keutuhan sistem dan 3 efektif effectiveness, yaitu prinsip yang lebih mementingkan hasil guna yang operasional serta dapat dilaksanakan dari pada pendalaman teoritis untuk mencapai efisiensi keputusan. Pendekatan sistem dalam pengambilan keputusan sering dikenal dengan istilah Sistem Penunjang Keputusan atau Decision Support System DSS. DSS dimaksudkan untuk memaparkan secara mendetail elemen – elemen sistem sehingga dapat menunjang manajer dalam proses pengambilan keputusannya Eriyatno. 1998 dalam Haluan 2001. Karakteriristik pokok yang melandasi DSS adalah 1 interaksi langsung antara komputer dengan pengambil keputusan; 2 dukungan menyeluruh holistic dari keputusan bertahap ganda; 3 suatu sintesa dari konsep yang diambil dari berbagai bidang, antara lain ilmu komputer, psikologi, interlegensia buatan Artificial Inteligence-AI, ilmu sistem, dan ilmu manajemen; 4 mempunyai kemampuan adaptif terhadap perubahan kondisi dan kemampuan berevolusi menuju sistem yang lebih bermanfaat. Upaya pengelolaan terdapat sumberdaya perikanan haruslah dilakukan secara terpadu dan berkelanjutan. Sistem perikanan mencakup tiga sub sistem utama yaitu 1 sumberdaya ikan dan lingkungannya, 2 sumberdaya manusia beserta kegiatannya, dan 3 manajemen perikanan. Sumberdaya ikan dan lingkungannya meliputi tiga komponen utama yaitu ikan, ekosistem dan lingkungan biofisik. Sumberdaya manusia terdiri dari empat komponen utama yaitu nelayan dengan kegiatan memproduksi ikan, kegiatan pasca panen, distribusi, pemasaran dan konsumen, rumahtangga nelayan dan masyarakat perikanan, serta kondisi sosial, ekonomi dan budaya. Subsistem manajemen perikanan meliputi tiga komponen utama yaitu perencanaan dan kebijakan perikanan, pengelolaan perikanan, 24 pengembangan dan penelitian. Sistem perikanan bersifat dinamis, komponen – komponennya mengalami perubahan sepanjang waktu Charles, 2001. Perhatian penting dalam hal keberlanjutan sustainability perikanan, tidak terbatas hanya pada penentuan jumlah tangkapan dan ketersediaan stok ikan, melainkan mencakup keseluruhan aspek perikanan. Keseluruhan aspek perikanan tersebut mulai dari ekosistem, struktur sosial dan ekonomi, sampai kepada ekologi terkait dengan keberlanjutan penangkapan dan perlindungan terdapat sumberdaya. Keberlanjutan secara sosial ekonomi, terkait dengan manfaat makro pelaku pemanfaatan sumberdaya. Keberlanjutan masyarakat menekankan pada perlindungan atau pengembangan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat yang ada. Keberlanjutan kelembagaan yang tepat dan kemampuan kelembagaan dalam jangka panjang Charles, 2001.

2.6. Manfaat Pungutan Perikanan untuk Pengelolaan Perikanan Tangkap

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak, khususnya pasal 8 disebutkan bahwa sebagian dana dari suatu jenis PNBP dapat digunakan untuk kegiatan tertentu yang berkaitan dengan jenis PNBP tersebut oleh instansi yang bersangkutan. Kegiatan tertentu tersebut adalah a penelitian dan pengembangan teknologi, b pelayanan kesehatan, c pendidikan dan pelatihan, d penegakan hukum, e pelayanan yang melibatkan kemampuan intelektual tertentu, dan f pelestarian sumberdaya alam. Selanjutnya dalam penjelasan Undang-Undang Nomor 20 tahun 1997 lebih lanjut dijelaskan bahwa dana dari pengalokasian tersebut hanya dapat digunakan oleh instansi atau unit yang menghasilkan PNBP yang bersangkutan. Secara lebih rinci manfaat pungutan perikanan untuk pengelolaan perikanan tangkap diatur lebih lanjut dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 74KMK.022008 tentang Persetujuan Penggunaan Sebagian dana PNBP yang berasal dari Pungutan Perikanan Bagian Pemerintah Pusat pada Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap Departemen Kelautan dan Perikanan disebutkan bahwa 1 menyetujui penggunaan sebagian dana PNBP yang berasal dari pungutan perikanan 25 sebesar 58,20 dari bagian pemerintah pusat, 2 penggunaan dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan a pengembangan dan pembaharuan sistem perijinan, b peralatan sarana dan alat bantu penangkapan ikan, c observasi di kapal penangkapan ikanobserver on board, d peralatan operasional pelabuhan perikanan, e peralatan pengembangan teknologi penangkapan, f kajian pengembangan dan optimalisasi sumberdaya ikan, dan g pendidikan dan pelatihan penangkapan ikan. 26 3 METODOLOGI

3.1 Lokasi dan waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Medan Belawan dan Kota Sibolga Provinsi Sumatera Utara. Obyek utama penelitian adalah kapal ikan berukuran 25-30 GT yang perijinannya diterbitkan oleh Pemerintah Provinsi.. Jenis kapal yang diteliti terutama adalah yang mengoperasikan pukat cincin purse seine dan pukat ikan fish net. Pengumpulan data lapangan dilaksanakan pada 18 Maret sampai 28 April 2011.

3.2 Jenis dan Sumber Data

Data primer yang dikumpulkan berupa data pengukuran ulang kapal-kapal yang dipilih sebagai sampel pada penelitian ini. Selain itu data yang digunakan dalam mendukung penelitian ini adalahdata dokumen kapal, data tarif PNBP, dan jumlah kapal penangkap ikan. Data pendukung lainnya adalah: 1 peraturan daerah yang berhubungan dengan pemeriksaan dan pengukuran kapal, 2 pendapatan asli daerah PAD dari perizinan usaha penangkapan ikan di Provinsi Sumatera Utara, 3 PNBP Kementerian Kelautan dan Perikanan dari sumberdaya alam sejak tahun 2002 sampai dengan tahun 2009, 4 sistem dan mekanisme pemeriksaan fisik kapal penangkap ikan, alat penangkapan ikan danatau kapal pengangkut ikan perikanan, 5 permasalahan yang dihadapi dalam pengukuran fisik kapal ikan. Data pendukung tersebut bersifat sekunder, berasal dari instansi yang terkait. Pengambilan data primer dilakukan dengan menerapkan metoda purposive sampling. Metode ini digunakan karena tiap jenis kapal ikan yang diteliti memiliki kesamaan karakteristik untuk tiap jenisnya. Sampel yang menjadi obyek penelitian adalah kapal kapal yang diperkirakan memiliki dokumen kapal dengan informasi ukuran GT yang sengaja dikecilkan atau diperbesar ukurannya Tabel 2. Kapal- kapal tersebut adalah jenis kapal ikan yang penerbitan ijinnya dilakukan oleh Pemerintah Provinsi, yaitu kapal penangkap ikan berdokumen 25-30 GT dengan alat tangkap jenis pukat ikan dan pukat cincin. Pukat ikan dan alat tangkap pukat cincin