9 Gambar 3. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian Potensi Penerimaan Negara Bukan
Pajak dari Pungutan Perikanan di Provinsi Sumatera Utara
Permasalahan PNBP belum Optimal Pemeriksaan fisik dan pengukuran GT Kapal
1. Pemahaman tentang formula pemeriksaan dan pengukuran GT belum seragam.
2
. Petugas kurang teliti
3
. Sistem dan prosedur belum berjalan baik
4
. Dukungan saranateknologi
ANALISIS KONDISI SAAT
INI
Mekanisme dan Prosedur Pemeriksaan fisik dan
pengukuran GT Kapal
Dukungan keterkaitan
Peraturan perundangan
OPTIMASI PNBP - Efisiensi
-
Efektif
-
Akuntabel Dukungan
keterkaitan Teknologi, dan SDM
Dukungan keterkaitan
daerahinstansi terkait Dukungan
keterkaitan Mekanisme dan
prosedur pemeriksaan fisik kapal
REKOMENDASI
Dukungan keterkaitan Peraturan
perundangan
10
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Hukum Penerimaan Negara Bukan Pajak dari Sumberdaya Alam
Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 1997 tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak dijelaskan bahwa pelaksanaan tugas dan fungsi Pemerintah dalam
pelayanan, pengaturan, dan perlindungan masyarakat, pengelolaan kekayaan negara, serta pemanfaatan sumber daya alam dalam rangka pencapaian tujuan nasional
sebagaimana termaktub dalam Undang-Undang Dasar 1945, dapat mewujudkan suatu bentuk penerimaan negara yang disebut sebagai Penerimaan Negara Bukan Pajak.
Selanjutnya dalam UU No. 20 tahun 1997 disebutkan bahwa Penerimaan Nagara Bukan Pajak PNBP adalah seluruh penerimaan Pemerintah Pusat yang tidak berasal
dari penerimaan perpajakan. Selanjutnya dalam Undang-Undang No. 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pengganti UU No. 91985, disebutkan bahwa setiap orang yang
memperoleh manfaat langsung dari sumberdaya ikan dan lingkungannya di wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia dikenakan pungutan perikanan.
Selanjutnya disebutkan bahwa setiap orang asing yang mendapat izin penangkapan ikan di ZEEI dikenakan pungutan perikanan.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2006 tentang Tarif PNBP yang Berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan diterangkan bahwa Pungutan
Perikanan adalah pungutan Negara atas Hak Pengusahaan danatau pemanfaatan sumberdaya ikan yang harus dibayar kepada pemerintah oleh perusahaan perikanan
Indonesia yang melakukan usaha perikanan atau oleh perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha penangkapan ikan. Sedangkan Pungutan Pengusahaan
Perikanan PPP adalah pungutan Negara yang dikenakan kepada pemegang Izin Usaha Perikanan IUP, Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal APIPM, dan
Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI, sebagai imbalan atas kesempatan yang diberikan oleh Pemerintah Indonesia untuk melakukan usaha perikanan dalam
wilayah perikanan Republik Indonesia. Adapun Pungutan Hasil Perikanan PHP