Kerangka Pemikiran Potential Non Tax Government Revenue from Fishing Levy in The North Sumatera Province

11 adalah pungutan Negara yang dikenakan kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan usaha penangkapan ikan sesuai dengan Surat Penangkapan Ikan SPI yang dimiliki. Sedangkan Pungutan Perikanan Asing PPA adalah pungutan Negara yang dikenakan kepada perusahaan perikanan asing yang melakukan usaha penangkapan ikan sesuai dengan Surat Penangkapan Ikan SPI yang dimiliki. Selanjutnya dalam PP 19 tahun 2006 tersebut, dijelaskan bahwa Pungutan Pengusahaan Perikanan PPP dikenakan pada saat Wajib Bayar memperoleh Izin Usaha Perikanan IUP baru atau perubahan, Alokasi Penangkapan Ikan Penanaman Modal APIPM baru atau perubahan, atau Surat Izin Kapal Pengangkut Ikan SIKPI baru atau perpanjangan. Pungutan Hasil Perikanan PHP dikenakan pada saat Wajib Bayar memperoleh danatau memperpanjang Surat Penangkapan Ikan SPI. Pungutan Perikanan Asing PPA dikenakan pada saat Wajib Bayar memperoleh atau memperpanjang Surat Penangkapan Ikan SPI.

2.2 Perhitungan nilai Penerimaan Negara Bukan Pajak PNBP

Jumlah nilai PNBP sangat ditentukan oleh jumlah, skala usaha perikanan, jenis alat penangkapan yang digunakan, dimensi dan produktivitas unit penangkapan ikan serta satuan nilai tarif pungutan yang bervariasi berdasarkan jenis pungutan. Dalam PP 19 tahun 2006 lebih lanjut diterangkan bahwa besarnya Pungutan Pengusahaan Perikanan PPP ditetapkan berdasarkan rumus tarif per Gross Tonnage GT dikalikan ukuran GT kapal menurut jenis kapal perikanan yang dipergunakan. Untuk Pungutan Hasil Perikanan PHP perusahaan skala besar dirumuskan adalah 2,5 dikalikan dengan produktivitas kapal penangkap dan dikalikan dengan harga patokan ikan. Sedangkan untuk perusahaan skala kecil adalah 1,0 dikalikan dengan produktivitas kapal penangkap dan dikalikan dengan harga patokan ikan. Menteri Kelautan dan Perikanan menetapkan secara periodik produktivitas kapal penangkap ikan menurut alat penangkap ikan yang dipergunakan berdasarkan hasil evaluasi pemanfaatan sumber daya ikan menurut wilayah pengelolaan perikanan. Menteri Perdagangan menetapkan secara berkala harga patokan iIkan berdasarkan harga jual 12 rata-rata tertimbang hasil ikan yang berlaku di pasar domestik danatau internasional. Besarnya Pungutan Perikanan Asing PPA ditetapkan berdasarkan rumusan tarif per Gross Tonnage GT dikalikan ukuran GT kapal menurut jenis kapal perikanan yang dipergunakan. Sedangkan besarnya Pungutan Perikanan Asing PPA bagi kapal dalam satu kesatuan armada penangkapan ikan, ditetapkan berdasarkan rumusan tarif per Gross Tonnage GT dikalikan total GT kapal penangkap ikan dan kapal pendukung yang dipergunakan. Selanjutnya Pungutan Perikanan dikenakan terhadap a perusahaan perikanan Indonesia yang menggunakan kapal penangkap ikan dengan bobot lebih besar dari 30 tiga puluh Gross Tonnage GT dan beroperasi di luar 12 dua belas mil laut dan b perusahaan perikanan yang menggunakan tenaga kerja asing yang menggunakan kapal penangkap ikan dan mendapatkan izin untuk beroperasi di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia. Dalam Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No. 50MEN2008 tahun 2008 tentang produktivitas kapal penangkap ikan disebutkan bahwa produktivitas kapal merupakan tingkat kemampuan kapal penangkap ikan untuk memperoleh hasil tangkapan ikan per tahun. Selanjutnya produktivitas kapal penangkap ikan ditetapkan dengan mempertimbangkan a ukuran tonase kapal, b jenis bahan kapal, c kekuatan mesin kapal, d jenis alat penangkap ikan yang digunakan, e jumlah trip operasi penangkapan per tahun, f kemampuan tangkap rata-rata per trip dan g wilayah penangkapan ikan. Secara rinci rumusan produktivitas kapal penangkap ikan per Gross Tonnage GT per tahun ditetapkan berdasarkan perhitungan jumlah hasil tangkapan ikan per kapal dalam satu tahun dibagi besarnya GT kapal yang bersangkutan. Selanjutnya dalam penjelasan atas Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 62 Tahun 2002 tentang Tarif atas jenis PNBP yang berlaku pada Departemen Kelautan dan Perikanan disebutkan pada Pasal 8 Ayat 1 bahwa batas wilayah 12 dua belas mil laut yang dimaksud dalam ketentuan ini diukur dari garis pantai ke arah laut lepas 13 danatau ke arah perairan kepulauan. Pungutan perikanan bagi kapal berukuran 30 tiga puluh GT ke bawah, danatau menggunakan mesin berkekuatan 90 sembilan puluh Daya Kuda KD ke bawah dan beroperasi di wilayah laut kewenangan Provinsi atau kabupatenkota, diatur oleh Pemerintah Daerah Setempat. Berikut adalah rangkuman rumus perhitungan besar pungutan terhadap usaha penangkapan ikan. Pungutan Pengusahaan Perikanan PPP = Jumlah GT x Tarif per GT Pungutan Hasil Perikanan PHP - Perusahaan Skala Kecil = 1 x Produktivitas x Harga Patokan Ikan - Perusahaan Skala Besar = 2,5 x Produktivitas x Harga Patokan Ikan

2.3 Kewenangan Pengelolaan Laut

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah khususnya Pasal 18 ayat 1 disebutkan bahwa daerah yang memiliki wilayah laut diberikan kewenangan untuk mengelola sumberdaya di wilayah laut. Selanjutnya ayat 2 disebutkan daerah mendapatkan bagi hasil atas pengelolaan sumberdaya alam di bawah dasar danatau di dasar laut sesuai dengan peraturan perundangan- undangan. Adapun pada ayat 4 disebutkan bahwa kewenangan untuk mengelola sumberdaya ikan di wilayah laut sebagaimana dimaksud pada ayat 3 paling jauh 12 dua belas mil laut diukur dari garis pantai ke arah laut lepas danatau ke arah perairan kepulauan untuk Provinsi dan 13 sepertiga dari wilayah kewenangan Provinsi untuk kabupatenkota. Peraturan Pemerintah Nomor 54 Tahun 2002 tentang Usaha Perikanan khususnya Pasal 13 ayat 1 menyebutkan bahwa Gubernur atau pejabat yang ditunjuk memberikan SIUP, SIPI, dan SIKPI kepada perusahaan perikanan Indonesia yang melakukan penangkapan danatau pengangkutan ikan yang berdomisili di 14 wilayah adminstrasinya. Lebih jauh dikatakan bahwa perizinan tersebut diberikan pada penggunaan kapal perikanan tidak bermotor, kapal perikanan bermotor luar, dan kapal perikanan bermotor dalam in-board yang berukuran di atas 10 GT dan tidak lebih 30 GT danatau yang mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 90 Daya Kuda DK, dan berpangkalan di wilayah administrasinya serta tidak menggunakan modal asing danatau tenaga kerja asing. Selanjutnya pada ayat 2 disebutkan bahwa BupatiWalikota atau pejabat yang ditunjuk diberikan kewenangan yang sama untuk peralatankapal sejenis namun berukuran tidak lebih dari 10 GT danatau yang mesinnya berkekuatan tidak lebih dari 30 Daya Kuda DK,.

2.4 Pengertian kapal dan kapal perikanan

Menurut Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05MEN2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap disebutkan pada Pasal 1 ayat 10 bahwa Kapal perikanan adalah kapal, perahu, atau alat apung lain yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, pengolahan ikan, pelatihan perikanan, dan penelitianeksplorasi perikanan. Selanjutnya Pasal 1 ayat 11 disebutkan bahwa kapal penangkapan ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk menangkap ikan, termasuk menampung, menyimpan, mendinginkan, danatau mengawetkan. Dan ayat 12 disebutkan bahwa Kapal pengangkut ikan adalah kapal yang secara khusus dipergunakan untuk mengangkut ikan, termasuk memuat, menampung, menyimpan, mendinginkan, danatau mengawetkan. Berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12MEN2009 tanggal 19 Mei 2009 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05MEN2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap a. Pasal 46 ayat 1 Untuk memperoleh SIPI danatau SIKPI kapal penangkap ikan danatau kapal pengangkut ikan wajib terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan fisik 15 kapal, alat penangkapan ikan, dan dokumen kapal penangkap ikan danatau kapal pengangkut ikan yang dilakukan oleh tim yang dibentuk oleh Menteri dan beranggotakan para ahli di bidangnya yang berasal dari lembaga terkait. b. Pasal 46 ayat 3 Pemeriksaan fisik kapal, alat penangkap ikan, dan dokumen kapal penangkap ikan danatau kapal pengangkut ikan sebagaimana dimaksud pada ayat 1 termasuk pemeriksaan alat penangkapan ikan dan alat bantu penangkapan ikan yang menjadi satu kesatuan dengan kapal yang digunakan c. Pasal 47: Menteri dapat mendelegasikan kewenangan untuk melaksanakan pemeriksaan fisik kapal, alat penangkapan ikan, dan dokumen kapal penangkap ikan danatau kapal pengangkut ikan kepada pejabat pada instansi yang bertanggungjawab di bidang perikanan di daerah atau kepada pejabat pada unit pelaksana teknis UPT pusat di daerah untuk kapal penangkap ikan danatau kapal pengangkut ikan ukuran tertentu dan yang menggunakan alat penangkapan ikan jenis tertentu Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.05MEN2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap pasal 19 ayat 1 Menteri memberikan kewenangan kepada Direktur Jenderal untuk menerbitkan danatau memperpanjang SIUP, SIPI danatau SIKPI kepada orang atau badan hukum Indonesia yang menggunakan kapal dengan ukuran di atas 30 tiga puluh GT. Sangat jelas bahwa besar PNBP sangat ditentukan oleh ukuran kapal yang diperoleh dari hasil pengukuran langsung. Saat ini, informasi tentang ukuran kapal tersebut dapat diperoleh dari surat ukur kapal dan Gross Akte yang diterbitkan oleh otoritas kemaritiman dalam hal ini Direktorat Jenderal Perhubungan Laut yang merupakan salah satu persyaratan dalam proses perijinan, pembuatan kapal, dan atau pembelian kapal dari luar negeri. Untuk lebih meyakinkan data dan informasi dari dokumen kapal tersebut, mengingat ukuran GT kapal sangat berpengaruh terhadap nilai PNBP dan sebagai upaya pelestarian sumberdaya ikan perlu dilakukan pengukuran kembali secara langsung di lapangan terhadap fisik kapal. Pengukuran langsung ini dapat dilakukan oleh siapa saja, termasuk oleh Tim Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. Berikut adalah tinjauan singkat tentang pengertian kapal dan