34 Tabel 9.
Komposisi Armada Penangkapan Ikan di Sumatera Utara pada Tahun 2006 dan 2007
Jenis dan Ukuran Kapal Ikan
2006 2007
Peningkatan PTM
Motor Tempel 5 GT
5 - 10 GT 10 – 20 GT
20 – 30 GT 30 – 50 GT
≥ 50 GT 14.344
2.759 10.643
2.107 402
411 502
302 15.421
2.951 10.800
2.134 406
415 506
309 7,51
6,95 1,48
1,28 0,99
0,97 0,80
2,32
Jumlah 29.426
29.991 1,92
Tabel 10. Jumlah Kapal Ikan di Setiap KabupatenKota Provinsi Sumatera Utara pada Tahun 2009
Jenis kapal ikan No
Kabupaten atau Kota
PTM MT
KM 5GT
KM 5-
10GT KM
10- 20 GT
KM 20-
30 GT KM
30- 50GT
KM ≥ 50GT
1 2
3 4
5 6
7 8
9 10
11 12
13 Nias
Mand.Natal Tapsel
Tapteng Nias
Selatan Sibolga
Lab.Batu Asahan
Deli Serdang
Langkat Ser.Bedagai
Tj. Balai Medan
2.130 678
57 1.177
2.900 53
244 276
2.663 276
716 250
120 438
216 412
3.500 161
2641
647 258
155 456
4 390
1.800 23
826 1.930
1.387 3.212
1.495 583
1.040 39
48 -
96 385
46 385
266 229
529 205
211 265
- -
- 48
- 28
31 14
8 8
17 37
122 -
- -
43 -
121 -
14 -
2 2
91 111
- -
- 51
- 23
- -
- -
- 299
63 -
- -
43 -
99 -
- -
- -
13 98
11.540 8.263 1.3301 2.694
313 384
436 243
Keterangan : PTM = perahu tanpa motor, MT = motor tempel, KM = kapal motor
35 Tabel 11. Jumlah Alat Tangkap KabupatenKota di Provinsi Sumatera Utara Pada
Tahun 2006 dan 2007 No
Jenis Alat Tangkap Jumlah
Produksi Ton 2006
2007 2006
2007 1
2 3
4 5
6 7
8 9
10 11
12 13
14 15
16 17
18 19
20 21
22 23
24 25
26 27
28 29
30 31
32 33
Pukat Tarik Udang Ganda Pukat Tarik Udang Tunggal
Pukat Tarik Udang Berbingkai Pukat Tarik Ikan
Payang Dogol
Pukat Pantai Pukat Cincin
Jaring Insang Hanyut Jaring Lingkar
Jaring Klitik Jaring Insang Tetap
Trammel Net Bagan Perahu
Bagan Tancap Serok
Anco Rawai Hanyut
Rawai Tetap Rawai Tetap Dasar
Pancing Cumi Pancing Tegak
Pancing Ulur Pancing Yang Lain
Pancing Tonda Sero
Jermal Bubu
Alat Pengumpul Rumput Laut Alat Penangkap Kerang
Alat Penangkap Kepiting Jala Tebar
Lain-Lain 13
45 -
1.192 672
500 521
1.073 4.530
538 502
2.834 572
297 474
1.010 5
1.882 859
1.245 332
66 344
4.863 98
1.510 144
394 35
1942 204
22 943
15 49
- 1.248
696 521
572
1.498 4.906
550 512
2.764 695
311 480
1.018 6
1.898 880
1.267 355
72 376
4.938 111
1.537 146
407 45
1993 223
26 1.025
95 9.871
- 19.843
9.978 11.900
10.494 51.865
58.230 17.464
6.884 16.055
5.701 12.008
4.460 10.263
41 6.345
7.728 3.567
843 133
4.345 11.599
631 3.964
13.201 5.784
9 22.611
473 9
14.388 4.713
9.413 2.379
17.304 10.009
12.782 12.103
46.438 60.748
17.694,8 7.783
14.988 6.302
13.240 4.194
10.261 43
6.592 8.034
3.733 1.263
922 3.522
9.609 408
4.198 12.781
6.990 17
23.792 487
12 15.406
Jumlah 29.661
31.139 342.682
348.222 Keterangan : Pukat tarik adalah trawl
36
4.1.3 Gambaran Umum Kota Medan
Kota Medan sebagai ibukota Provinsi Sumatera Utara merupakan kota ketiga terbesar di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya yang terletak pada posisi 3°30’ –
3°43’ LU dan 98°35’ – 98 44’ BT. Kota ini di sebelah utara berbatasan dengan Selat
Malaka, di sebelah barat, timur dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang. Sebagian besar wilayah Kota Medan merupakan dataran rendah, tempat
pertemuan 2 dua sungai penting yaitu Sungai Babura dan Sungai Deli. Secara Topografi miring ke Utara dan berada pada ketinggian 2,5 – 3,75 meter di atas
pertemuan laut. Luas wilayah Kota Medan adalah 26.519 Ha yang secara administratif dibagi 21 Kecamatan yang mencakup 151 Kelurahan, dimana 3 di
antaranya adalah kecamatan pesisir, Kecamatan Medan Belawan, Kecamatan Medan Labuhan dan Medan Marelan.
Adapun potensi dan tingkat pemanfaatan perairanlahan, produksi dan peluang pengembangan pada sektor kelautan dan perikanan di Kota Medan Provinsi Sumatera
Utara adalah potensi penangkapan ikan, dengan daerah penangkapan ikan di Selat Malaka dengan jarak tempuh sekitar 30 mil laut dari kota. Produksi perikanan Kota
Medan memiliki sebesar 70.897,6 ton.
4.1.5 Gambaran Umum Kota Sibolga
Kota Sibolga merupakan daerah kota pesisir yang terletak di Teluk Tapian Nauli di wilayah pantai barat Provinsi Sumatera Utara dengan ketinggian antara 1 –
50 meter di atas permukaan laut. Kota Sibolga berada pada posisi 1°44’ - 1°46’ LU dan 98°44’ – 98°48’ Bujur Timur. Kota ini di sebelah utara, timur, selatan dan barat
berbatasan dengan Kabupaten Tapanuli Tengah. Wilayah Kota Sibolga terdiri dari daratan Sumatera, daratan kepulauan 4 buah pulau dan laut wilayah sampai sejauh 4
mil dari garis pantai dengan luas wilayah daratan sekitar 1.077 Ha yang terdiri dari daratan Sumatera 889,16 Ha dan daratan kepulauan 187,84 Ha.
Jumlah armada perikanan dalam periode tahun 2005-2009 relatif tidak mengalami peningkatan, bahkan penurunan, yaitu dari 594 unit pada tahun 2005
menjadi 544 unit pada tahun 2009 Tabel 12. Komposisi alat penangkapan ikan di
37 Kota Sibolga pada tahun 2007 dapat dilihat pada Tabel 13. Produksi perikanan Kota
Sibolga sejak tahun 2005 hingga 2009 disajikan pada Tabel 14.
Tabel 12. Komposisi Armada Penangkapan Ikan di Kota Sibolga Tahun 2005 sd 2009
No Jenis Armada
Jumlah Unit 2005
2006 2007
2008 2009
1 2
3 Perahu Tanpa Motor
Motor Tempel Armada Perikanan
• 10 GT
• 10 – 30 GT • 30 - 50 GT
10 107
136 137
204 27
107 127
132 215
27 136
161 125
137 11
142 104
149 122
53 151
69 149
122
Jumlah 594
608 586
528 544
Tabel 13. Komposisi Alat Penangkapan Ikan di Kota Sibolga dari Tahun 2005 sd 2009.
NO Jenis Alat Tangkapan
2005 2006
2007 2008
2009 1.
2. 3.
4. 5.
6. 7.
8. 9.
10. Pukat Cincin
Bagan Terapung Bagan Tancap
Rawai Tetap Gill Net
Pukat Ikan Pancing Ulur
Bubu Trammel net
Serok 152
96 25
39
123 48
80 206
28 -
164 96
25 39
125 38
80 206
21 -
102 74
25 5
124 30
141 392
26 18
105 104
64 1
53 20
168 340
6 7
105 104
42 1
53 20
168 340
6 37
Jumlah 797
794 937
898 876
Sesuai dengan potensi sumberdaya perikanan perairan Pantai Barat Sumatera, maka jenis-jenis ikan hasil tangkapan yang didaratkan di Kota Sibolga terdiri dari
berbagai jenis ikan pelagis kecil, ikan pelagis besar, ikan demersal, ikan karang konsumsi, dan lain – lain. Jenis-jenis ikan tersebut antara lain adalah tuna cakalang
38 dan madidihang, tongkol, kembung, kakap merah, kakap putih, bawal putih, bawal
hitam, selar, layang, manyung, tembang, lemuru, japuh, beloso, teri, kurisi, swangi mata besar, banyar, tenggiri, kerapu, layur, cucut, pari, tetengkek, ekor kuning,
talang-talang, peperek, belanak, lencam, sotong, cumi-cumi, dan lain-lain.
Tabel 14. Perkembangan Produksi Perikanan Tangkap Kota Sibolga tahun 2005 - 2009
No. Tahun
Jumlah Ton Perkembangan
1. 2.
3. 4.
5. 2005
2006 2007
2008 2009
29.207,50 29.901,48
31.620,00 40.956,10
52.217,51 -
2,38 5,43
22,80 27,50
4.2 Nilai Ukuran Kapal Menurut Dokumen Kapal dan Hasil Pengukuran
Ulang
Berdasarkan statistik yang tersedia pada Laporan Tahunan Dinas Perikanan dan Kelautan Sumatera Utara Tahun 2007, jenis alat tangkap terbanyak adalah pancing
dan jaring insang hanyut, masing-masing sekitar 15,85 dan 15,75 dari total alat sebanyak 31.139 unit. Namun demikian, alat tangkap terbanyak yang dioperasikan
untuk kapal 10 – 30 GT adalah gill net, pukat ikan dan purse seine. Dari pengamatan di lapangan dan hasil wawancara dengan berbagai nara sumber, kapal-kapal yang
dicurigai dikecilkan ukuran GT-nya sebagian besar adalah kapal-kapal yang menggunakan alat tangkap pukat ikan dan purse seine. Hal ini dapat dipahami karena
alat tangkap pukat ikan dan purse seine mempunyai dimensi yang cukup besar. Menurut Direktorat Kapal dan Alat Penangkap Ikan 2011, panjang purse seine
dapat mencapai 15 kali panjang kapal dan panjang head rope pukat ikan maksimal 60 meter, rasio ukuran mesin dan GT kapal 5 : 1 dan jumlah ABK berkisar 10 sd 20
orang per kapal pada kapal ukuran diatas 30 GT.
39 Hasil penelitian terhadap seluruh sampel kapal yang terdaftar dalam kelas
ukuran 25 – 30 GT ternyata berukuran di atas 30 GT Tabel 15. Berdasarkan data dalam dokumen kapal, yaitu dokumen perizinan dan dokumen perkapalan yaitu
Surat Ukur, Pas Tahunan atau Gross Akte dari Dirjen Perhubungan Laut, kapal-kapal tersebut sesuai dengan data dalam dokumen berukuran antara 25 sd 30 GT dengan
rata-rata sebesar 29,08 GT sd ±1,38 GT. Namun pengukuran ulang selama penelitian mendapatkan bahwa kapal-kapal tersebut rata-rata berukuran 51,71 GT
±14,81 GT SD sehingga secara umum ada selisih rata-rata sebesar 22,63 GT per kapal. Jika dilihat per lokasi sampel menunjukkan bahwa penyimpangan ukuran pada
kapal-kapal ikan di Belawan secara umum lebih besar dari penyimpangan di Sibolga, masing-masing berturut-turut adalah 24,33 GT dan 22,17 GT.
Hasil pengukuran ulang pada sampel kapal pukat ikan di Belawan menyimpulkan rata-rata ukuran kapal adalah 54,06±30,24 SD padahal rata-rata
ukuran kapal menurut dokumen kapal adalah 28,22±1,98. Adapun pengukuran ulang pada sampel kapal pukat ikan di Sibolga menyimpulkan rata-rata ukuran kapal adalah
48,07±7,24SD namun rata-rata ukuran kapal menurut dokumen kapal adalah 29,19±1,42SD, seperti terlihat pada Gambar 6. Hasil pengukuran ulang pada
sampel kapal pukat cincin di Belawan menyimpulkan rata-rata ukuran kapal adalah 52,02±10,26SD namun rata-rata ukuran kapal menurut dokumen kapal adalah
29,21±1,12SD. Adapun pengukuran ulang pada sampel kapal pukat cinin di Sibolga menyimpulkan rata-rata ukuran kapal adalah 54,97±5,39SD namun rata-
rata ukuran kapal menurut dokumen kapal adalah 29,50±0,71SD, seperti terlihat pada Gambar 7. Foto sampel kapal ikan dapat dilihat pada Gambar 8 dan 9.
Perbedaan-perbedaan tersebut sangat signifikan sehingga kesimpulan ini dapat diambil cepat tanpa harus melakukan analisis statistik; Paired t-test menolak H
Tabel 16.