57
Gambar 13 Peta status keberlanjutan dimensi ekonomi
Gambar 14 Faktor pengungkit dimensi ekonomi
58 Untuk meningkatkan nilai indeks keberlanjutan diperlukan adanya
pendampingan bagi kelompok dalam penyuluhan agar limbah pertanian tidak langsung dibuang, melakukan pemupukan dengan pupuk organik dan
pemanfaatan limbah pertanian serta melakukan konservasi pada lahan-lahan miring seperti membuat teraseringguludan. Keempat atribut ini membawa
pengaruh pada perbaikan lingkungan di DAS Citarum Hulu.
Menurut Putri, dkk 2012 dalam Apriyani, dkk 2014, produk unggulan merupakan produk potensial untuk dikembangkan dalam suatu wilayah dengan
memanfaatkan sumber daya alam SDA dan sumber daya manusia SDM setempat, serta mendatangkan pendapatan bagi masyarakat maupun pemerintah.
Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dari hasil daur ulang dan dari usaha pengembangan produk pascapanen tingkat rumah tangga, diperlukan beberapa
upaya, antara lain: 1 meningkatkan kemampuan teknis produksi pengusaha dengan sering mengikuti pelatihan-pelatihan; 2 meningkatkan akses
informasi; 3 meningkatkan kemampuan manajerial masyarakat dengan mengikuti pelatihan di bidang manajerial seperti pelatihan pembukuan
sederhana; 4 mendorong proses produksi untuk menggunakan alat yang lebih canggih dan modern; serta 5 mendorong bahan baku yang digunakan agar
selalu tersedia dalam jumlah yang cukup dan tepat waktu Apriyani, dkk 2014.
3. Indeks Keberlanjutan Dimensi Sosial
Ordinasi pada Gambar 15 menunjukan nilai indeks rata-rata dari 54 desa untuk dimensi ekonomi sebesar 74.66 dengan status keberlanjutan baik. Jika
dilihat dari masing-masing desa nilai indeks antara 26-50 dengan status keberlanjutan kurang ada 1 desa, nilai indeks antara 51-75 dengan status
keberlanjutan cukup ada 29 desa. Nilai indeks antara 76-100 dengan status keberlanjutan baik ada 24 desa dan secara keseluruhan status keberlanjutan
dimensi sosial dapat dilihat pada Gambar 16.
Gambar 15 Indeks keberlanjutan dimensi sosial
59
Nilai median Root Mean Square pada dimensi sosial sebesar 2.55 maka atribut yang menjadi faktor pengungkit dengan nilai Root Mean Square lebih
besar dari 2.55, ada empat atribut yaitu 1 komitmen bersama dalam perbaikan lingkungan 3.70; 2 partisipasi masyarakat program lingkungan
3.09; 3 kelembagaan yang mendukung lingkungan 2.61; dan 4 dukungan aparat 2.60 dapat dilihat pada Gambar 17.
Komitmen kelompok ecovillage dan warga masyarakat sangat diperlukan dalam perbaikan lingkungan. Partisipasi dan keikutsertaan kelompok dalam
upaya perbaikan lingkungan menjadi energi yang mendorong bergeraknya roda pembangunan atau kegiatan masyarakat dalam rangka mencapai tujuan atau
untuk memecahkan suatu masalah. Partisipasi masyarakat diartikan sebagai keterlibatan aktif warga masyarakat, baik secara perorangan, kelompok atau
kesatuan masyarakat dalam proses pembuatan keputusan bersama, perencanaan dan pelaksanaan program dan pembangunan masyarakat, yang dilaksanakan di
dalam maupun diluar lingkungan masyarakat atas dasar rasa kesadaran dan tanggungjawab, demikian antara lain yang dijelaskan Soelaiman 1985: 6.
Secara konseptual partisipasi masyarakat merupakan alat dan tujuan pembangunan masyarakat, dengan demikian ia berfungsi sebagai penggerak
dan pengarah proses perubahan sosial. Gambar 16 Peta status keberlanjutan dimensi sosial
60
Hal ini diperkuat hasil identifikasi permaslahan yang dilakukan oleh Dinas Kehutanan 2015 menyatakan permasalahan sosial di DAS Ctarum hulu
menyangkut :
a. Partisipasi masyarakat masih kurang, Pengertian tentang partisipasi yaitu merupakan keterlibatan aktif individu
atau masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan, penerimaan manfaat serta monitoring dan evaluasi suatu kegiatan. Permasalahan saat ini adalah sulitnya
mengendalikan perambah untuk mengolah lahan di dalam kawasan hutan lindung, disebabkan karena masalah ekonomi. Hal ini akan terus berlanjut
selama tidak adanya larangan dan tindakan tegas dari aparat yang terkait dengan pelestarian hutan lindung. Untuk itu diperlukan datainformasi keadaan
sosial ekonomi masyarakat disekitar hutan lindung dan tingkat partisipasinya, agar tetap melestarikan hutan lindung dan memanfaatkannya secara sosial
ekonomi untuk meningkatkan kesejahteraannya.
b. Lemahnya koordinasi antar stakeholder Wilayah DAS tersusun dari berbagai penggunaan lahan dimana masing-
masing berbeda pengelolanya sehingga kelembagaan pengelola lahan yang terkait sangat komplek dan beragam. Dengan demikian pengelolaan lahan di
DAS akan melibatkan banyak parapihak stakeholders baik formal maupun informal, berbagai sektor, dan melibatkan berbagai disiplin keahlian yang
Gambar 17 Faktor pengungkit dimensi sosial