Kegiatan Riungan Strategi Pengembangan Ecovillage Secara Berkelanjutan Di Das Citarum Hulu, Jawa Barat

30 kelompok mengenai siklus hidrologi yang terjadi di bumi. Dalam pelaksanaan riungan ini kelompok dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan dan menggambarkan terjadinya siklus hidrologi dalam kertas plano. Kemudian masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah diperoleh bersama kelompoknya BPLHD 2014. Setelah melakukan analisa dan pengkajian daerah aliran air, peserta riungan diajak untuk memetakan daerah aliran air yang ada di kampungdesanya melalui pembelajaran pemetaan daerah aliran air. Pemetaan daerah aliran air adalah teknik pembelajaran untuk mengidentifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan. Warga memiliki otoritas penuh terhadap asset sumber daya air yang mereka miliki, sehingga pemetaan DAA dianggap penting untuk dikaji. Daerah aliran air yang ada dipetakan secara detail mulai dari sumber air, pendistribusian sampai pada pemanfaatannya. Peserta riungan diminta untuk menggambarkan, memberikan batasan, simbol-simbol alambuatan berdasarkan wawasan dan kemampuan yang ada dalam media gambar datar. Pemetaan difokuskan pada daerah aliran air, mulai dari sumbernya, pemanfaatan, volume, tingkat pencemaran yang terjadi, dan cara penanganannya. Dengan demikian kader dapat mengapresiasi kondisi lingkungannya sendiri dan merencanakan tindakan perbaikan apa yang dibutuhkan BPLHD 2014. Contoh hasil kajian pemetaan DAA kelompok ecovillage dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil kajian pemetaan DAA kelompok ecovillage No Potensi Masalah Kebutuhan 1 Air melimpah di musim penghujan Distribusi air tidak merata di permukiman Instalasi air bersih yang sesuai standar 2 Air bersumber dari 2 dua mata air Pemanfaatan air bersih masih di loss, tidak menggunakan meteran Menggunkan meteran 3 Air sangat menolong petani untuk menyiram tanaman di musim kemarau Air yang sampai ke penduduk sangat kecil dan tidak merata Pengurus profesional dan digaji 4 Potensi air bersih yang ada hanya dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk beberapa kampung saja Instalasi air sebagian besar masih menggunakan selang cacing Kelebihan uang hasil pengelolaan air dipergunakan untuk pembangunan desa 5 Selang cacing yang bocor khawatir terkontaminasi bakteri Air dimanfaatkan dan digunakan secara hemat dan bijak 6 Air limbah penduduk masih dibuang ke selokan Mata air harus dicagar 7 Penghijauan di kawasan hutan harus ditingkatkan Sumber : BPLHD 2014 d. Pemetaan Potensi dan Permasalahan Secara Swadaya Pada kegiatan riungan sebelumnya peserta telah melakukan pemetaan daerah aliran air yang ada di desanya. Riungan berikutnya dilanjutkan pada pemetaan potensi dan permasalahan secara swadaya. Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah desa 31 tersebut beserta lingkungannya. Keadaan-keadaan tersebut digambarkan ke dalam peta atau sketsa desa. Ada peta yang menggambarkan keadaan sumberdaya umum desa, dan ada peta dengan tema tertentu yang menggambarkan hal-hal yang sesuai dengan ruang lingkup tema tersebut misalnya peta desa yang menggambarkan jenis-jenis tanah, peta sumberdaya pertanian, peta penyebaran penduduk, peta pola pemukiman, dan sebagainya. Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui informasi titik potensi dan permasalahan lingkungan yang terjadi di wilayahnya. Langkah-langkah dalam pemetaan potensi dan masalah adalah sebagai berikut: 1 Peserta riungan menentukan ruang lingkup wilayah desa yang akan dipetakan 2 Menentukan pemanfaatan tata ruang dan wilayah 3 Menentukan batas administratif wilayah 4 Mengidentifikasi dan mendiskusikan ciri-ciri alam 5 Mengidentifikasi fasilitas sosial dan umum 6 Mengidentifikasi sebaran desa 7 Mendiskusikan sebaran-sebaran masalah 8 Teknik penggunaan sebaran ikonlegenda 9 Menggambar peta e. Survey Kampung SendiriTransek Secara harfiah, transek berarti gambar irisan muka bumi. Dalam pendekatan partisipatif, teknik penelusuran lokasi transek merupakan teknik PRA untuk melakukan pengamatan langsung lingkungan dan sumberdaya masyarakat, dengan cara berjalan menelusuri wilayah desa mengikuti suatu lintasan tertentu yang disepakati. Hasil pengamatan dan lintasan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan atau gambar irisan muka bumi untuk didiskusikan lebih lanjut. Suvey kampung sendiri adalah pengamatan sambil berjalan melalui daerah pemukiman desa guna mengamati dan mendiskusikan berbagai keadaan. Keadaan- keadaan yang diamati yaitu pengaturan letak perumahan dan kondisinya, pengaturan halaman rumah, pengaturan air bersih untuk keluarga, keadaan sarana MCK, sarana umum desa sekolahan, toko, tiang listrik, gapura desa, puskesmas, lapangan olah raga, dsb, juga lokasi kebun dan sumberdaya pertanian secara garis besar. Kajian transek ini terarah terutama pada aspek-aspek umum pemukiman desa tersebut dan sarana-sarana yang dimiliki desa; sedangkan keadaan sumberdaya alam dibahas secara garis besarnya saja. Kegiatan ini dilakukan dengan harapan bahwa kelompok kader ecovillage dapat mengenal secara dekat dan detail akan kondisi desa yang sesungguhnya. Kajian ini akan sangat membantu dalam mengenal desa secara umum dan beberapa aspek lainya dari wilayah pemukiman yang kurang diperhatikan. Dalam pelaksanaannya peserta riungan diajak untuk melakukan pengkajian atau riset lapangan secara langsung. Riset ini dilakukan untuk menelaah berbagai persoalan yang ada dan terjadi di lapangan secara langsung atau groundcheck pada irisan bumi dengan ruang lingkung terbatas BPLHD 2014. Tujuan dari pelaksanaan survey kampung sendiri ini agar pesertakelompok kader dapat mengklarifikasi secara empiris berbagai kondisi dan kejadian atau persoalan yang ada di lapangan. Kegiatan ini dimulai dari titik nol di pemukiman penduduk menyusuri ladang, sawah dan track ke mata air. Pada prinsipnya kajian ini difokuskan pada penelaahan 32 kawasan berupa peruntukan lahan yang dilalui, kesuburan tanah, vegetasi yang ada, kesuburan, status lahan, permasalahan, potensi, dan kebutuhan yang ada di lapangan f. Analisa pendukung pemetaan potensi dan masalah Dalam kegiatan analisa pendukung pemetaan potensi dan masalah digunakan beberapa metode analisa sebagai berikut : 1 Analisa Kecenderungan dan Perubahan Desa bukanlah suatu lingkungan yang statis atau tidak mengalami perubahan. Perubahan di desa berasal dari dua arah, yaitu dari dalam desa itu sendiri dan dari luar desa. Sudah menjadi hukum alam, bahwa setiap masyarakat akan mengalami perubahan-perubahan keadaan dengan sendirinya, baik itu kearah kemajuan atau kemunduran kemerosotan. Hal tersebut dapat disebabkan oleh dinamika hidup masyarakat, seperti: berkembang biak; berlangsungnya perang antar kelompok, antar suku, atau antar bangsa; menghabiskan sumberdaya alam; membudidayakan tanaman dan hewan; penemuan teknologi baru yang bersifat lokal, dan sebagainya. Sejalan dengan perkembangan teknologi modern, serta perkembangan jaringan transportasi dan komunikasi, perubahan yang terjadi di desa akan datang lebih cepat akibat pengaruh dari luar terutama dari kota. Arah perubahan tersebut juga dapat berakibat terjadinya kemajuan atau kemunduran kemerosotan keadaan masyarakat suatu desa. Memahami perubahan- perubahan yang terjadi di desa dan memahami kecenderungan perubahan tersebut sangat berharga bagi perencanaan dan pelaksanaan kegiatan program. Analisa kecenderungan adalah teknik PRA untuk menggali pemahaman masyarakat lokal dalam menganalisa perubahan-perubahan berbagai keadaan, kejadian, serta kegiatan masyarakat dari waktu ke waktu. Dari besarnya perubahan hal-hal yang diamati, yang dapat berarti berkurang, tetap, atau bertambah, masyarakat dapat memperoleh gambaran adanya kecenderungan umum perubahan yang akan berlanjut di masa depan. Jenis-jenis informasi yang dikaji dalam pembuatan bagan dan analisa kecenderungan dan perubahan, antara lain: 1 Perubahan dan perkembangan keadaan berbagai sumberdaya seperti tingkat kesuburan tanah, produktivitas lahan, curah hujan, ketersediaan air, ketersediaan kayu bakar dan kayu bangunan; 2 Perubahan dan perkembangan tata guna lahan luas lahan untuk persawahan, perladangan, permukiman, hutan, dan rata-rata luas kepemilikan; 3 Perubahan dan perkembangan penanaman pepohonan jenis-jenis pohon, jenis, dan jumlah hasil; 4 Perubahan dan perkembangan penduduk kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk; 5 Perubahan jenis dan jumlah ternak yang dipelihara masyarakat desa setempat; 6 Perubahan dan perkembangan aspek sosial, ekonomi dan budaya, politik, keamanan dan ketertiban. Tujuan dari analisa kecenderungan dan perubahan, yaitu: 1 memfasilitasi masyarakat untuk mengenali berbagai perubahan terpenting yang terjadi di berbagai bidang kehidupannya, serta mengkaji hubungan antar berbagai perubahan tersebut; 2 memfasilitasi masyarakat untuk membaca atau memperkirakan arah kecenderungan dalam jangka panjang dengan cara 33 menggambar bagan yang dijadikan grafik kecenderungan. Hasil diskusi kelompokpeserta riungan juga akan bermanfaat dalam menentukan topik kajian selanjutnya, serta sebagai bahan dalam penyusunan rencana tindak lanjut. 2 Analisa Kalender Musim Kegiatan-kegiatan dalam daur kehidupan masyarakat desa sangat dipengaruhi oleh siklus musim, seperti musim tanam menjelang musim hujan, musim panen setelah padi menguning, musim paceklik jika kemarau panjang. Peristiwa sosial seringkali berkaitan dengan peristiwa-peristiwa musim tersebut, seperti pesta adat dan perkawinan setelah panen yang berhasil, merantau atau migrasi ke kota atau tempat lain saat musim paceklik. Dengan mengenali dan mengkaji pola-pola musiman ini akan terlihat pola kehidupan masyarakat yang merupakan informasi penting sebagai dasar pengembangan program. Analisa kalender musim adalah teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan yang terjadi berulang dalam suatu kurun waktu tertentu musiman dalam kehidupan masyarakat. Kegiatan-kegiatan dan keadaan-keadaan itu dituangkan ke dalam kalender kegiatan atau keadaan-keadaan, biasanya dalam jarak waktu 1 tahun 12 bulan. Informasi-informasi yang biasanya muncul dalam analisa kalender musim adalah: penaggalan atau sistem kalender yang dipakai oleh masyarakat; iklim, curah hujan, ketersediaan air; pola tanampanen, biaya pertanian hasil pertanian, dan produksiproduktivitas; ketersediaan pangan dan pakan ternak terutama pada musim paceklik; ketersediaan tenaga kerja; musim bekerja ke kota atau tempat lain pada masa paceklik; masalah hama dan penyakit tanaman ternak; kesehatan musim wabah penyakit dan kebersihan lingkungan; pola pengeluaran konsumsi, produksi, investasi; kegiatan sosial kemasyarakatan, adat, dan kegiatan keagamaan. Tujuan kajian kalender musim, yaitu: 1 memfasilitasi masyarakat untuk mengkaji keadaan dan pola kegiatan masyarakat, sehingga diperoleh profil kegiatan utama mereka sepanjang tahun; 2 profil kegiatan-kegiatan masyarakat, sehingga terlihat pola pemanfaatan waktu masyarakat yaitu saat mereka sibuk bekerja, saat sibuk dengan kegiatan lain sosial, agama, adat, dan saat mereka memiliki waktu luang.Tujuan utama kajian kalender musim adalah memfasilitasi diskusi mengenai masalah-masalah yang terjadi pada suatu keadaan atau dalam menyelenggarakan suatu kegiatan. Menurut kalender pertanian Sunda, musim dibagi menjadi 4 empat, yaitu: lalabuh musim hujan baru datang, ngijih musim penghujan, dangdangrat transisi ketika musim penghujan akan berakhir, dan halodo kemarau panjang. Berdasarkan situasi musim tersebut para petani melakukan adaptasi pola tanam terhadap berbagai komoditas yang cocok dengan iklim mikro tersebut. Tata wayah atau waktu Sunda menurut para peserta riungan meliputi: tengah peuting, janari gede, janari leutik, kongkorongok hayam, balebat, carangcang tihang, meletek srengenge, isuk-isuk, haneut moyan, pecat sawed, tangange, lingsir ngulon, sa iyuh kai, tunggang gunung, sore, sariak layung, ngampih laleur, burit, sandekala, sarepna, harieum beunget, sareureuh budak, sareureuh kolot, dan tengah peuting BPLHD 2014. Contoh hasil analisa musim dapat dilihat pada Tabel 10. 34 Tabel 10 Hasil analisa musim kelompok ecovillage Ngijih musim penghujan Halodo musim kemarau Angin wetan Muncul Turaes orok-orok Perubahan bintang timur Ret-retan Bintang Kukus nampak Matahari bergeser ke arah utara Perubahan matahari bergeser kea rah selatan Cuaca dingin Pancaroba cuaca Air berkurang Keluar serangga Siraru Embun bajra Perubahan daun Akasia Daun pepohonan berguguran Keluar bunga Limas Bunyi Tongeret Bergugurannya daun Beringin Perubahan kulit manusia Keluar pohon Acung Kekurangan pakan ternak Haseup hideung Serangan tetelo Petir Migrasi kupu-kupu Serangan penyakit tetelo Bermunculan kotoran cacing Tembakau lembek Bermekaran bunga Jambras Lember, Supa, burung Kapinis Bermekaran buah Randu Sumber : BPLHD 2014 3 Analisis kerjasama dan peta stakeholder Hasil riset dan rencana aksi warga yang disusun oleh kader ecovillage diharapkan dapat mendorong dan memperkuat pembangunan desa rural development kearah visi dan misi yang lebih peka terhadap lingkungan. Prototype desa yang berkelanjutan adalah desa yang akan senantiasa ada dan dapat dinikmati oleh generasi berikutnya. Hal ini dimungkinkan terjadi apabila keseimbangan sumber daya alamnya terpelihara dengan baik. Perusakan terhadap alam serta pemanfaatan potensi desa secara tidak bijaksana menjadi ancaman bagi keberlanjutan. Ecovillage memiliki muatan riset, edukasi lingkungan, perubahan perilaku dan gerakan movement yang dilakukan masyarakat setempat untuk memperbaiki keadaan lingkungan desanya masing- masing. Ecovillage merupakan gerakan dari masyarakat di kota ataupun di desa yang berusaha untuk mengintegrasikan kehidupan sosial dengan gaya hidup yang minim dampak. Untuk mencapai konsep ini dipadukan aspek disain ekologi, permakultur, bangunan ekologi, produksi ramah lingkungan, energi alternatif, latihan penguatan komunitas dan banyak lagi GEN 2015. Berdasarkan hasil kajian kelompok ecovillage menunjukkan ada 18 indikatif program yang harus dibiayai. Legalitas dan aksesbilitas program menjadi salah satu kunci atau modal bagi keberlanjutan program masyarakat. Dengan demikian, semua hasil kajian yang telah dilakukan kelompok ecovillage akan diintegrasikan kedalam MUSREMBANGDES dan RPJMDES melalui lokakarya desa BPLHD 2014. Berdasarkan hasil wawancara bahwa upaya untuk mendapatkan dukungan pembiayaan dibuka juga komunikasi antar pihak ditingkat 35 kecamatan melalui community gathering serta temu lapangan field day yang dihadiri oleh 1,100 kader dan 1,000 orang tamu yang hadir termasuk dari perwakilan OPD provinsi, kabupaten, dunia usaha, dan akademisi. Peta stakeholder merupakan hasil identifikasi para pihak yang memiliki kepentingan, kompetensi, dan tupoksi yang menyangkut pengelolaan di DAS Citarum Hulu. Hal yang sulit dilakukan dalam pengelolaan Citarum adalah koordinasi. Komunikasi dengan berbagai pihak bertujuan untuk menghasilkan program kolaboratif yang lebih baik. Dengan terjalinnya kerjasama dalam menyusun dan mengimplementasikan rencana pegelolaan DAS Terpadu, diharapkan pencapaian tujuan dan sasaran dapat lebih efektif, terstruktur, terukur, dan terarah forum multipihak yang masih dalam proses inisiasi perlu terus ditindaklanjuti guna meningkatkan kapasitas dan memperluas jaringan sehingga menambah daya dukung dan daya dorong terhadap perlindungan DAS Citarum secara adil dan berkelanjutan BPLHD 2014. Bentuk dukungan dan hubungan program multi pihak dapat dilihat pada Tabel 11. Tabel 11 Bentuk dukungan dan hubungan program multi pihak No Program Pihak Yang Terlibat Bentuk Dukungan Koneksitas Program 1 Restorasi Sungai Citarum Kementerian Bappenas ICWRMIP - Normalisasi sungai - Rehabilitasi lahan kritis - Adaptasi perubahan iklim - Sanitasi Kementerian LHK Dukungan bagi CBORBO di DAS Citarum - Penguatan kapasitas masyarakat - Pengembangan jejarin kemitraan Kementerian PU Masterplan BBWS - Normalisasi sungai - OP irigasi - Kemitraan 2 RAM-IP Provinsi Jawa Barat Dinas Kehutanan Rehabilitasi wilayah tangkapan air - Pencagaran mata air - Penanaman lahan kritis Dinas PU Peningkatan kualitas air - Membangun water treatment - Jamban umum - STC Disperternak Pengelolaan limbah ternak dan pertanian - Pengurangan dan pemanfaatan limbah ternak Disperindag Pengembangan jaringan pasar - Sosialisasi - Promosi produk kreatif - Bantuan mesin pengolahan sampah - Inovasi pemanfaatan sampah Distan Pengurangan sedimentasi dari hulu sungai - Rehabilitasi lahan kritis - Peningkatan pupuk organik - Kawasan Rumah Pangan Lestari KRPL Diskop Pengembangan jejaring pasar - Pelatiahn teknologi tepat guna - Promosi dan temu konsumen 36 No Program Pihak Yang Terlibat Bentuk Dukungan Koneksitas Program Dinas PSDA Pengamanan sempadan sungai - Pemeliharaan situ dan embung - Delinasi kakisu untuk ruang terbuka hijau di DAS Citarum Hulu BPLHD Kualitas air - Ecovillage - Pengelolaan sampah - Penanggulangan limbah BPMPD Penguatan kapasitas masyarakat - Sosialisasi 3 R Satpol PP Penegakan hukum lingkungan bagi pembuang limbah - Sidak rutin bagi pembuang limbah - Peringatan dan proses hukum 3 Kuantitas dan kualitas air BPLH Kabupaten Bandung Peningkatan kualitas air dan sosialisasi penanganan lahan kritis - Bioremediasi air limbah pabrik - Sosialisasi 3 R - Penanganan lahan kritis - Pencagaran mata air Dispertasih Kabupaten Bandung - Air bersih pedesaan - Pengelolaan STC - Penyediaan jamban umum Disnak Kabupaten Bandung - Penyediaan kandang ramah lingkungan 4 Kuantitas dan kualitas air PJT-II BJPSDA - Penguatan kapasitas masyarakat - Pertanian ramah lingkungan - Penanganan lahan kritis - Penyediaan sarana sanitasi bagi masyarakat - Beasiswa bagi masyarakat sekitar DAS 5 Penguatan regulasi Dewan Sumber Daya Air Penyusunan dokumen dan sosialisasi - Penyusunan jakprov - Pengelolaan SDA - Penyusunan dokumen SIH3 - Sosialisasi produk peraturan 6 Penguatan regulasi TKPSDA Penyusunan dokumen dan sosialisasi - Penyusunan POLA pengelolaan Wilayah Sungai Citarum - Sejumlah rekomendasi kepada menteri untuk berbagai pemecahan masalah di DAS Citarum Sumber : BPLHD 2014 4 Analisis 5 lima modal Analisa lima modal adalah teknik menggali data dari lapangan mengenai sumber daya alam, sumber daya manusia, infrastruktur, sosial dan finansial. Kelima modal ini sangat berkaitan erat dengan prinsip-prinsip dan usaha-usaha yang mendorong berjalannya peri kehidupan berkelanjutan bagi masyarakat lokal. Analisa 5 lima adalah pengkajian atas modal hajat hidup orang banyak 37 yang sangat berpengaruh pada kehidupan sehari-hari. Masyarakat umum biasanya mengartikan modal hanyalah uang, padahal selain uang modal juga meliputi sumber daya alam, sumber daya manusia, sarana prasarana, sosial, dan finansial. Peserta riungan diajak untuk dapat menganalisa apa saja modal yang mereka miliki, kemudian ditimbang dan diukur berapa persentase dari sumber daya yang mereka miliki dan sejauh mana mampu menunjang peri kehidupan mereka secara utuh. Pada kegiatan riungan ini fasilitator meminta peserta riungan untuk menggali kembali berbagai modal yang mereka miliki dan merumuskannya dalam beberapa kolom yang harus diisi BPLHD 2014. Contoh Hasil analisa 5 modal dapat dilihat pada Tabel 12. 5 Sketsa KebunTata Tanam Sketsa kebun merupakan teknik PRA yang memfasilitasi pengkajian berbagai aspek pengelolaan kebun di wilayah atau desa yang bersangkutan. Hasil kajian tersebut digambarkan dalam bentuk sketsa atau peta kebun yang meperlihatkan berbagai aspek pengelolaan kebun tersebut terutama pola tanam dan teknologi yang diterapkan Rochdyanto dan Saiful 2000 . Hasil yang diperoleh dari kegiatan ini adalah berbagai informasi baik informasi fisik maupun non fisik. Informasi fisik yang didapatkan antara lain pola tanam, luas lahan, jenis-jenis tanaman, praktik konservasi, tata letak bangunan dan sarana prasarana, pembagaian lahan untuk tanaman keras, tanaman pangan, dan sebagainya. Informasi non fisik yang kita dapatkan antara lain: pendapatan yang diperoleh dari penjualan hasil kebun, pembinaan dan penyuluhan yang diperlukan dan yang pernah didapatkan, teknologi pertanian yang bersifat lokal beserta hasilnya dari masa lampau sampai sekarang, tenaga kerja dan pemasaran hasil, serta informasi khsusus seperti masalah status tanah terutama yang menyangkut kepemilikan lahan oleh lembaga adat dan pemerintah. Tujuan kajian sketsa kebun untuk mengkaji keadaan dan pengelolaan kebun, antara lain mengenai: a keadaan berbagai aspek kebun misalnya, kesuburan tanahnya, ketersediaan airnya, pola tanamnya, teknologi pengelolaannya, dsb; b masalah-masalah yang terjadi di dalam pengelolaan kebun, apa penyebabnya dan apa akibatnya; c bagaimana cara petani mencari jalan keluar. Sketsa kebun merupakan gambaran miniatur perlakuan masyarakatpetani terhadap kebun yang mereka miliki. Adapun data yang digali dan dianalisa dalam sketa kebun antara lain jenis vegetasi, volumeukuran, pengolahan tanah, pupuk, obat-obatan, modal, dan harga penjualanuntung dan rugi. Tabel 12 Hasil analisa 5 lima Modal Sumber Daya Alam Sumber Daya Manusia Ekonomi Sosial Infrastruktur Lahan kritis masih luas Program KB kurang populer Kesejahteraan masyarakat tidak merata Kepedulian sosial makin berkurang Tidak adanya bale pertemuan Mata air Populasi Petani menjual Ronda kurang Sarana RW 38 berkurang debit dan jumlahnya Penduduk terus bertambah hasil tani ke tengkulak dengan harga yang tidak menguntungkan efektif kurang memadai Air bersih kurang maksimal Sempitnya lapangan kerja Tidak memiliki pendapatan alternative Frekuensi gotong royong makin berkurang Sarana air bersih kurang layak Lahan pertanian mulai kurang subur Sebagian besar petani guram Dukungan pemerintah tidak ada pada saat harga sayuran jatuh Perelek untuk kematian kurang berjalan Tidak ada tempat pengelolaan sampah Tingginya pencemaran tanah oleh pestisida, limbah ternak, dan domestik Keahliaan alternatif terbatas, hanya bertani Bertani sewa lahan modal kecil, penghasilan kecil Perkembangan seni budaya kurang Gang-gang dan jalan-jalan di perkampungan masih tanah Kepemilikan lahan semakin sempit Sarana pendidikan jaraknya sangat jauh Kearifan lokal dalam pengelolaan lingkungan semakin tergerus Jalan desa banyak yang rusak akibat truk sayuran Pusat kesehatan masyarakat jauh Tingginya pernikahan dini Sarana ibadah perlu ditingkatkan Sarana pendidika PAUD, SD, SMP, SMA perlu ditingkatkan Sumber : BPLHD 2014 6 Analisis Jaringan Pasar Analisa jaringan pasar adalah teknik menggali data dari masyarakat mengenai rantai jaringan pemasaran hasil produk petani. Adapun data yang digali dan dianalisa antara lain: komoditas apa saja yang dihasilkan, tingkat rantai pembelian produk, hambatan, potensi dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat. 7 Analisis Sebab Akibat Analisa sebab akibat merupakan sesi khusus untuk membahas berbagai persoalan hasil riset pengkajian selama rangkaian kegiatan dilaksanakan. Kegiatan ini dimaksudkan untuk melihat dan menelaah berbagai persoalan yang terjadi di masyarakat yang mengakibatkan kesejahteraan para petani tidak pernah beranjak naik. Pada kegiatan ini fasilitator meminta peserta riungan untuk menganalisa “sebab dan akibat” dari kurang meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Dengan pengamatan yang utuh dan menyeluruh, peserta riungan dapat menganalisa bahwa kehidupan masyarakat miskin bukan hanya dikarenakan oleh satu faktor saja, akan tetapi banyak faktor yang menghambat masyarakat 39 untuk maju sehingga persoalan tersebut perlu dipecahkan bersama-sama. Metode analisis sebab akibat ini juga mengajak petani untuk berfikir logis, sehingga dapat menemukan jalan keluar juga secara logis, bertahap dan produktif. 8 Analisis Kesejahteraan Analisis tingkat kesejahteraan adalah alat kajian yang digunakan untuk mendeteksi variasi tingkat kesejahteraan di masyarakat berdasarkan penduduk kaya-sedang dan miskin menurut sudut pandang sanitasi. Ruang lingkup kegiatan riungan tahap ini adalah untuk menentukan beberapa indikator sederhana yang bisa ditangkap mata melalui ciri-ciri fisik seperti: keadaan rumah, jamban, kebersihan sekitar rumah, dan wujud fisik pendukung lainnya. 9 Pengkajian Three Pile Sorting Perilaku Baik, Sedang, dan Buruk dan Contamination Route Penyebaran Penyakit Three Pile Sorting merupakan instrument pembelajaran untuk menyeleksi perilaku baik-sedang-buruk dalam sanitasi sedangkan Contamination route adalah alat pembelajaran untuk mendeteksi penyebaran penyakit. Penyebaran penyakit biasanya melalui 4 empat unsur: melalui air, binatang, debubau, dan langsung melalui tangan manusia baik pada saat makan ataupun minum. Metode yang digunakan pada kegiatan riungan ini adalah bercerita dan diskusi. Fasilitator menceritakan keadaan suatu kampung yang sangat kumuh di tempat lain. Kemudian fasilitator meminta peserta riungan untuk mengidentifikasi perilaku masyarakat berkaitan dengan sanitasi seperti doli, doleng, dolbon, modus, WC becak, WC helikopter. g. Penyusunan Dokumen Rencana Aksi Desa Rencana Tidak Lanjut atau rencana aksi adalah sebuah rumusan program yang diperoleh berdasarkan hasil rembugan masyarakat secara bottom-up dan hasil riset aksi dalam waktu yang cukup panjang. Dokumen rencana aksi mengkompilasi berbagai program sesuai dengan tantangan yang ada disekeliling masyarakat. selain untuk kepentingan internal masyarakat, dokumen rencana aksi ini juga menjadi rujukan para pihak untuk memutuskan program dari bawah, khususnya pemerintah. Penyusunan dokumen rencana aksi kelompok ecovillage merupakan fase akhir dalam sebuah rangkaian pengkajian desa. dalam penyusunannya peserta dengan sangat sadar merumuskan sejumlah jurus untuk memecahkan masalah. Program ini dirumuskan berdasarkan analisis persoalan atau masalah yang telah dikaji sebelumnya. Beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh kelompok ecovillage antara lain sebagai berikut: a pencagaran mata air; b penanganan sampah; c alih profesi; 4 pembuatan kebun bibit desa; 5 pengembangan kawasan rumah pangan lestari KRPL; dan 6 pemeliharaan tanaman BPLHD 2014. 40

6. Kegiatan Pendampingan Lanjutan

Keberlanjutan pelaksanaan pengembangan ecovillage di DAS Citarum Hulu dilakukan melalui kegiatan pendampingan lanjutan. Kegiatan pendampingan lanjutan merupakan kegiatan yang dilakukan oleh kelompok ecovillage dalam rangka meningkatkan kapasitas kader dengan melakukan rencana aksi desa yang telah disusun serta melakukan sosialisasi ke warga sekitar dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat. 4 METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Daerah Aliran Sungai Citarum Hulu yang terletak di Kabupaten Bandung Provinsi Jawa Barat terdiri dari 54 desa dengan rincian sebagi berikut Kecamatan Kertasari terdiri dari 6 desa desa Neglawangi, Santosa, Tarumajaya, Cibeureum, Cihawuk dan Sukapura, Kecamatan Paseh terdiri dari 12 desa desa Loa, Drawati, Cipaku, Sindangsari, Sukamantri, Sukamanah, Mekarpawitan, Cijagra, Tangsimekar, Cipedes, Karangtunggal, dan Cigentur, Kecamatan Pacet terdiri dari 13 desa desa Cikitu, Girimulya, Sukarame, Cikawao, Nagrak, Mandalahaji, Maruyung, Pangauban, Cinanggela, Mekarjaya, Mekrsari, Cipeujeuh dan Tanjungwangi, Kecamatan Ibun terdiri dari 12 desa Neglasari, Dukuh, Ibun, Laksana, Mekarwangi, Sudi, Cibeet, Pangguh, Karyalaksana, Lampegan, Talun, dan Tanggulun, dan Kecamatan Majalaya terdiri dari 11 desa desa Neglasari, Wangisagara, Padamulya, Sukamukti, Padaulun, Biru, Sukamaju, Majasetra, Majalaya, Majakerta, dan Bojong. Berikut peta lokasi penelitian Gambar 3. Penentuan lokasi penelitian adalah desa-desa yang telah dilakukan pengembangan Ecovillage oleh BPLHD Provinsi Jawa Barat pada tahun 2014. Dan dilanjutkan pendampingan selama tahun 2015. Penelitian ini dilakukan selama tujuh bulan yaitu bulan Mei sampai dengan Desember 2015 dimulai dari penentuan atribut, pengambilan data, FGD, wawancara sampai dengan observasi lapangan serta proses penulisan. Tahapan Penelitian Tahapan dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tahap klasifikasi tipologi desa kedalam kategori desa agraria dan desa industri. Tahapan ini dilakukan dengan menganalisis peta perubahan tutupan lahan tahun 2005 dengan tahun 2014 yang kemudian dilihat mata pencaharian penduduk disekitar daerah penelitian. 41 2. Tahap pengumpulan data ekologi dan sosial-ekonomi, pengumpulan data ini didapat dari kondisi eksisting dan permasalahan yang ada di daerah penelitian. Selanjutnya data-data ini digunakan untuk membuat kuisioner performance keberlanjutan pengembangan ecovillage. 3. Tahapan pengumpulan data, dilakukan dengan cara FGD dengan responden perwakilan dari 54 desa pengembangan ecovillage. Gambar 3 Lokasi penelitian di DAS Citarum Hulu 42 4. Tahap penentuan performance keberlanjutan pengembangan ecovillage, tahapan ini dilakukan dengan menggunakan metode multidimensional scaling MDS dan faktor-faktor penting sebagai pengungkit. 5. Tahap formulasi kebijakan pengembangan program ecovillage secara keberlanjutan. Tahapan ini dilakukan dengan menggunakan metode analisis adalah prospektif oleh para pakar expert judgment. Atribut yang digunakan faktor-faktor penting sebagai pengungkit yang dihasilkan dari metode MDS. Jenis, Sumber Data, dan Teknik Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan sekunder. Data primer didapat dari pengamatan langsung atau observasi di lokasi penelitian, wawancara maupun pengisian kusioner dengan responden terdiri dari kader yang terlibat dalam pengembangan ecovillage ataupun pemangku kepentingan dalam pengelolaan DAS Citarum seperti kepala desa, Camat. Data sekunder didapat dari BPLHD Provinsi Jawa Barat, Bappeda Provinsi Jawa Barat, BPDAS Citarum, situs resmi, instansi terkait yang relevan dengan bidang penelitian, serta studi pustaka. Rincian Jenis, sumber data, dan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat dilihat pada tabel 13. Teknik Penarikan Sampel Populasi dalam penelitian adalah seluruh kader ecovillage di 54 desa sebanyak 1,100 kader ecovillage. Penentuan sampel dilakukan dengan metode random sampling. Dalam hal ini semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel. Adapun penentuan jumlah sampel yang disurvai mengacu pada rumus Slovin 1960, yaitu: n=N1 + Ne 2 Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan dalam pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir Berdasarkan persamaan di atas dengan menggunakan tingkat kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan dalam pengambilan sampel sebesar 10, maka ukuran sampel penelitian yang diambil sebanyak 92 sampel. Sebelum pengambilan sampel ditentukan terlebih dahulu tipologi desa yaitu desa agraria dan desa industri, sesudah itu perwakilan masing-masing desa diambil sampel sehingga berjumlah 99 orang responden. Responden yang dipilih dalam penelitian ini dibagi sesuai kebutuhan tahapan penelitian yaitu : 1. Penentuan atribut dan kriteria skor dalam analisis MDS didapat dari laporan Pengembangan Ecovillage di DAS Citarum Hulu BPLHD 2014 yang kemudian didiskusikan oleh 3 orang pakar yaitu dari pihak BPLHD Provinsi Jawa Barat, Fasilitator Ecovillage dan penggiat lingkungan untuk menentukan