Sosialisasi Strategi Pengembangan Ecovillage Secara Berkelanjutan Di Das Citarum Hulu, Jawa Barat

29 ikut serta dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Berikut materi yang disampaikan dalam delapan kali pertemuan riungan warga adalah sebagai berikut: a. Bina Suasana Kegiatan awal dalam tahapan riungan warga adalah bina suasana. Bina suasana adalah teknik pembelajaran untuk mensinergiskan berbagai latar belakang karakter pesertakader kedalam suasana yang lebih ringan, cair, dan bersahabat namun tetap fokus pada tujuan awal yang sudah ditetapkan. Bina suasana juga mengantarkan pesertakader pada rambu-rambu, metodologi, target, dan aturan main pembelajaran dengan mempertimbangkan masukan dari peserta sebagai warga belajar orang dewasa. Bina suasana merupakan tahapan pengenalan warga belajar yang berjumlah 20 orang kader lingkungan untuk saling mengenal satu sama lain. Selain itu pada kegiatan ini fasilitator juga menyampaikan metode pembelajaran yang akan digunakan pada setiap riungan, materi, kontrak jadwal belajar, penetapan peserta peserta dari awal riungan sampai akhir diharapkan tidak terjadi perubahan penetapan waktu belajar dan kedisiplinan. Berdasarkan hasil wawancara dengan Didin Rosyidin selaku fasilitator ecovillage, bahwa bina suasana dilakukan untuk mengeksplorasi harapan ekspektasi peserta terhadap kegiatan yang akan dilakukan metaplan, harapan individu dilebur menjadi harapan bersama dalam hal ini harapan kelompok. Bina suasana dapat dilakukan dengan memainkan beberapa gamepermainan yang diharapkan dapat mencairkan suasana, menumbuhkan persahabatan, mendorong keberanian, keterbukaan, dan kerjasama kelompok. b. Pengenalan Konsep Ecovillage Kegiatan riungan ini merupakan awal untuk mengenalkan dan memberikan pemahaman kepada kelompok ecovillage tentang budaya lingkungan yang perlu diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh seluruh pemangku kepentingan pemerintah, pelaku usaha, tokoh agama, akademisi, dan masyarakat. Pengenalan konsep ecovillage bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang konsep ecovillage dalam mewujudkan desa berbudaya lingkungan BPLHD 2014. c. Analisa Daerah Aliran Air Pada kegiatan ini, kelompok diajak untuk memahami siklus air melalui pembelajaran analisa daerah aliran air DAA. Kelompok kader ecovillage secara aktif menggali unsur-unsur apa saja yang ada di daerah aliran air. Setelah menemukan potensi dan permasalahan, kelompok kader diarahkan untuk melakukan perbaikan terhadap pelestarian siklus daerah aliran air di desanya. Analisa daerah aliran air bertujuan untuk mengenalkan siklus hidrologis kepada masyarakat dengan mengidentifikasi serta mendalami berbagai unsur-unsur hidrologis yang ada dan juga mengkaji berbagai persoalan yang dimungkinkan dapat mengganggu kehidupan dan juga siklus alami dalam sebuah ekosistem. Kegiatan ini bertujuan selain untuk menggali seberapa dalam kecintaan kelompok terhadap sumber daya air juga untuk menggali pemahaman dan pengetahuan 30 kelompok mengenai siklus hidrologi yang terjadi di bumi. Dalam pelaksanaan riungan ini kelompok dibagi menjadi menjadi beberapa kelompok kecil untuk mendiskusikan dan menggambarkan terjadinya siklus hidrologi dalam kertas plano. Kemudian masing-masing kelompok diminta untuk mempresentasikan hasil diskusi yang telah diperoleh bersama kelompoknya BPLHD 2014. Setelah melakukan analisa dan pengkajian daerah aliran air, peserta riungan diajak untuk memetakan daerah aliran air yang ada di kampungdesanya melalui pembelajaran pemetaan daerah aliran air. Pemetaan daerah aliran air adalah teknik pembelajaran untuk mengidentifikasi masalah, potensi, dan kebutuhan. Warga memiliki otoritas penuh terhadap asset sumber daya air yang mereka miliki, sehingga pemetaan DAA dianggap penting untuk dikaji. Daerah aliran air yang ada dipetakan secara detail mulai dari sumber air, pendistribusian sampai pada pemanfaatannya. Peserta riungan diminta untuk menggambarkan, memberikan batasan, simbol-simbol alambuatan berdasarkan wawasan dan kemampuan yang ada dalam media gambar datar. Pemetaan difokuskan pada daerah aliran air, mulai dari sumbernya, pemanfaatan, volume, tingkat pencemaran yang terjadi, dan cara penanganannya. Dengan demikian kader dapat mengapresiasi kondisi lingkungannya sendiri dan merencanakan tindakan perbaikan apa yang dibutuhkan BPLHD 2014. Contoh hasil kajian pemetaan DAA kelompok ecovillage dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Hasil kajian pemetaan DAA kelompok ecovillage No Potensi Masalah Kebutuhan 1 Air melimpah di musim penghujan Distribusi air tidak merata di permukiman Instalasi air bersih yang sesuai standar 2 Air bersumber dari 2 dua mata air Pemanfaatan air bersih masih di loss, tidak menggunakan meteran Menggunkan meteran 3 Air sangat menolong petani untuk menyiram tanaman di musim kemarau Air yang sampai ke penduduk sangat kecil dan tidak merata Pengurus profesional dan digaji 4 Potensi air bersih yang ada hanya dapat memenuhi kebutuhan penduduk untuk beberapa kampung saja Instalasi air sebagian besar masih menggunakan selang cacing Kelebihan uang hasil pengelolaan air dipergunakan untuk pembangunan desa 5 Selang cacing yang bocor khawatir terkontaminasi bakteri Air dimanfaatkan dan digunakan secara hemat dan bijak 6 Air limbah penduduk masih dibuang ke selokan Mata air harus dicagar 7 Penghijauan di kawasan hutan harus ditingkatkan Sumber : BPLHD 2014 d. Pemetaan Potensi dan Permasalahan Secara Swadaya Pada kegiatan riungan sebelumnya peserta telah melakukan pemetaan daerah aliran air yang ada di desanya. Riungan berikutnya dilanjutkan pada pemetaan potensi dan permasalahan secara swadaya. Pemetaan adalah teknik PRA yang digunakan untuk memfasilitasi diskusi mengenai keadaan wilayah desa