Pemilihan Calon Fasilitator Strategi Pengembangan Ecovillage Secara Berkelanjutan Di Das Citarum Hulu, Jawa Barat

28 Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung serta SKPD Satuan Kerja Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Sosialisasi juga dilakukan sebagai upaya untuk membuka pintu gerbang bagi pelaksana program dengan harapan agar pengembangan ecovillage dapat diterima serta mendapat sambutan baik dari masyarakat. Sosialisasi diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran kritis, perubahan sikap dan perilaku masyarakat. Sosialisasi harus terintegrasi dalam aktivitas pemberdayaan dan dilakukan secara terus menerus agar masyarakat mampu menanggulangi masalah secara mandiri dan berkelanjutan. Sosialisasi pengembangan ecovillage juga dilakukan melalui kegiatan talkshow di Radio dan Televisi dengan tujuan agar program pengembangan ecovillage dapat diterima oleh masyarakat yang lebih luas.

5. Kegiatan Riungan

Pelaksanaan pengembangan ecovillage dilakukan melalui kegiatan riungan warga yang dilakukan sebanyak 8 delapan kali. Maksud dari pelaksanaan riungan warga adalah untuk menggali pemikirianidegagasan tentang kondisi lingkungan hidup di wilayahnya termasuk permasalahan dan potensi yang dapat mengurangi dampak. Sedangkan tujuannya adalah untuk meningkatkan wawasan dan pengetahuan peserta dalam mengelola lingkungan hidup di wilayahnya, meningkatkan kemampuan dalam meyusun perencanaan bersama dan membangun kembali nilai-nilai budaya positif yang telah pudar di masyarakat. Fasilitator dan pendamping lokal membentuk kelompok ecovillage yang berjumlah 20 orang kader lingkungan yang terdiri dari perwakilan aparatur desa, PKK, Karang Taruna, tokoh masyarakat, dan masyarakat. Kelompok ecovillage ini diharapkan dapat menjadi agen perubahan bagi desanya untuk dapat mengajak dan menggerakkan masyarakat berperilaku ramah lingkungan, memiliki jiwa mandiri dalam mewujudkan DesaKampung Berbudaya Lingkungan Ecovillage. Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala BPLHD Provinsi Jawa Barat menyatakan bahwa tujuan utama dari pengembangan ecovillage adalah membangun dalam arti mengubah pola perilaku masyarakat dalam melestarikan alam dan lingkungan hidup dan untuk mewujudkan Citarum BESTARI diperlukan para kader lingkungan yang berkomitmen mewujudkannya. Metode Pembelajaran yang diterapkan dan dikembangkan oleh fasilitator dalam kegiatan riungan warga adalah Participatory Rural Appraisal PRA. Participatory Rural Appraisal PRA atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Pada intinya PRA adalah metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata Chambers 1996. Pendekatan yang digunakan dalam riungan warga adalah sekolah lingkungan, dimana alam dan lingkungan hidup dapat menjadi sumber belajar dan juga sebagai kitab terbuka yang sangat potensial untuk dikaji oleh masyarakat sekitar. Kondisi nyata yang tidak ideal dapat dicermati dan dicarikan jalan keluarnya berdasarkan sudut pandang dan persepsi masyarakat setempat. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, masyarakat ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif