23
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. PENENTUAN FORMULA SARI TEMPE TERPILIH
Penentuan formula sari tempe terpilih dilakukan berdasarkan hasil uji rating hedonik. Hasil uji rating hedonik menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kesukaan yang nyata di antara
keempat sampel yang diujikan. Formula yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi dalam hal warna adalah sari tempe dengan pemanis madu dan sari kedelai dengan pemanis gula pasir.
Keduanya tidak memiliki perbedaan yang nyata satu sama lain pada taraf signifikansi 5. Formula yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi dalam hal bau, rasa, dan keseluruhan adalah
sari tempe dengan pemanis madu. Sari tempe dengan pemanis madu merupakan satu-satunya formula sari tempe yang memiliki tingkat kesukaan secara keseluruhan lebih tinggi daripada sari
kedelai. Oleh karena itu, ditentukan formula terpilih adalah sari tempe dengan pemanis madu. Gambar keempat sampel yang disajikan pada uji rating hedonik dapat dilihat pada Gambar 7
sedangkan histogram tingkat kesukaan panelis terhadap keempat sampel dapat dilihat pada Gambar 8. Rekapitulasi data uji rating hedonik dan pengolahan datanya dapat dilihat pada
Lampiran 1a, 1b, 1c, 1d, dan 1e.
Gambar 7. Formula sari tempe yang disajikan pada uji rating hedonik
Gambar 8. Histogram hasil uji rating hedonik Warna
Bau Rasa
Keseluruhan Respon
Panelis
Atribut 1
2 3
4 5
6 7
1 2
3 4
Sari tempe gula pasir
Sari tempe madu
Sari tempe gula merah
Sari kedelai gula pasir
24
B. HASIL UJI DISTRIBUSI PANAS
Uji distribusi panas dilakukan dengan menempatkan sepuluh buah termokopel pada sepuluh titik berbeda di dalam retort yang diduga lambat menerima panas. Parameter-parameter yang
dapat diamati dari hasil uji distribusi panas adalah titik terdingin dalam retort, waktu venting, dan come-up time CUT. Berdasarkan data hasil uji distribusi panas yang dilakukan, dapat
diplotkan kurva hubungan antara waktu pemanasan dan suhu termokopel. Rekapitulasi data hasil uji distribusi panas dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 9 menunjukkan kurva distribusi
panas di dalam retort selama proses pemanasan berlangsung.
Gambar 9. Kurva distribusi panas dalam retort Kurva distribusi panas menunjukkan bahwa titik 7 merupakan titik dalam retort yang paling
lambat menerima panas titik terdingincoldest point. Posisi titik 7 dalam retort dapat dilihat kembali pada Gambar 4. Selanjutnya, titik 7 dijadikan sebagai titik acuan bagi perhitungan
proses kecukupan panas pada uji penetrasi panas. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa jika titik terdingin dalam retort telah mencapai kecukupan panas, titik-titik lain dalam retort juga
telah mencapai kecukupan panas. Kurva distribusi panas juga menunjukkan bahwa waktu venting retort adalah 15 menit dan
CUT retort adalah 22 menit. Berdasarkan kurva tersebut, tampak bahwa sebelum menit ke-15, suhu retort meningkat secara tajam dan distribusi panas di dalam retort tidak merata. Hal ini
ditunjukkan dengan adanya variasi suhu yang beragam pada setiap termokopel yang terpasang dalam retort. Namun, setelah proses pemanasan berlangsung selama 15 menit dan retort telah
mencapai suhu sekitar 108
o
C, peningkatan suhu dalam retort relatif lambat dan suhu termokopel yang terbaca oleh termorekorder relatif seragam. Hal ini menunjukkan bahwa distribusi panas
dalam retort telah seragam sehingga waktu venting retort adalah 15 menit. CUT merupakan waktu yang dibutuhkan oleh retort sejak dinyalakan hingga mencapai suhu yang diinginkan
121
o
C. Berdasarkan kurva distribusi panas, dapat dilihat bahwa seluruh termokopel telah mencapai suhu 121
o
C setelah pemanasan selama 22 menit sehingga nilai CUT retort adalah 22 menit.
Venting CUT
0,0 20,0
40,0 60,0
80,0 100,0
120,0 140,0
1 3
5 7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 Suh
u Ter
m okopel
o
C TC
1 oC TC
2 oC TC
3 oC TC
4 oC TC5
oC TC
6 oC TC
7 oC TC
8 oC TC
9 oC TC
10 oC TC
1 oC Waktu menit
25
C. HASIL UJI PENETRASI PANAS